Walau sempat kehilangan gitaris, lalu yang terakhir kibordis, plus terpaan pandemi yang belum benar-benar usai, tidak menyurutkan semangat band metal asal Malang, Jawa Timur ini untuk terus berkarya. Kini, diperkuat empat personel, La Xavier De Mystelltain (LXDM) pun kembali menerjang lewat karya rekaman baru, sebuah lagu rilisan tunggal bertajuk “Until the End of Day (Sangu Pati)”.

Lagu yang diedarkan via Seizo Entertainment ini, menurut Romanus Eldi Santosa (vokal), Wendy ‘Bombril’ Goerid Ernanta (bass), Ninis Agung Wahyu Prayoga (gitar) dan Satriyo Wibowo Widya Pranoto aka Ryo Lee (dram) merupakan lagu yang diciptakan untuk mengingatkan manusia akan keberadaan Tuhan dan hari kematian. Sub judul ‘Sangu Pati’ sendiri bermakna ‘bekal kematian’.

“Lagu ini memiliki makna tentang hidup ini yang bersifat sementara saja,  yang penuh dengan lika-liku dan berbagai macam cobaan yang diberikan kepada manusia. Sedangkan manusia diciptakan dengan nikmat berupa kesempurnaan akal dan pikiran. Tak cuma itu, manusia juga diberikan nikmat harta dan tahta daripada mahluk lain. Namun karena berbagai nikmat itu,  terkadang manusia sering lupa dari mana nikmat itu berasal dan ke mana mereka akan kembali, seakan mereka hidup untuk selamanya dengan kesempurnaan itu,” urai pihak band menjelaskan maksud lirik lagunya.

Tapi dari sudut musikal, LXDM tetap konsisten meracik lagunya dengan balutan distorsi tinggi berhawa metalcore, yang dipadukan dengan iringan gamelan etnik Indonesia, plus senandung sinden yang memiliki unsur khas, menghasilkan kesan angker pada lagunya.

.

.

“Kami menyatukan dan mengolaborasikan aura dari suara instrumen etnik gamelan Jawa dan gamelan Bali, dan sedikit sentuhan sinden Jawa yang berisikan petuah dari kitab nenek moyang Jawa kuno, yang ada sangkut-paut dengan isi lagu ‘Until the End of Day’ ini. Kami memilih konsep metalcore etnik, (alasannya) karena metalcore (pada dasarnya) didominasi oleh western culture. Awalnya kami sendiri sedikit ragu menyampurkan etnik dalam metalcore, namun saat proses penggarapan ternyata banyak bagian dari musik etnik ini yang sangat cocok dimasukkan ke dalam metalcore, yang biasanya didominasi dengan mood yang penuh emosi, kesedihan, kegelapan dan depresi. Nuansa etnik ini justru memperkuat aura-aura tersebut. Dan juga,  kami ingin mengangkat budaya Indonesia ke kancah musik metal dunia,” papar LXDM kepada MUSIKERAS, panjang-lebar.

LXDM juga memastikan, eksekusi komposisi “Until the End of Day” juga tidak mematok pada satu referensi yang tetap. Karena dalam hal musikal, masing-masing personel mempunyai latar belakang referensi yang berbeda-beda. Bahkan bertolak belakang! 

“Lagu ini merupakan gabungan dari beberapa referensi yang dimiliki oleh masing masing personel. Mungkin dari beberapa pendengar lagu kami pernah menyatakan pada kami bahwa band kami, dari segi musik dan jenis suara vokal, ter-influence oleh Born of Osiris dan If I Were You.”

LXDM yang terbentuk sejak 2006 silam menggarap “Until the End of Day (Sangu Pati)” dalam durasi waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan lagu mereka sebelumnya, yaitu”Aggravate” yang dirilis setahun lalu. Namun hengkangnya kibordis, membuat proses pengerjaan lagu sempat tertunda. Seharusnya selesai dalam waktu kisaran tiga bulanan, namun melar menjadi lebih dari enam bulan lantaran mereka harus melakukan aransemen ulang.”

Saat kibordis menyatakan keluar, kesulitan pertama yang dihadapi LXDM adalah dari segi waktu produksi lagu. Karena tadinya, sang kibordis dan dramer yang memegang peranan meramu komposisi serta aransemen lagu tersebut. “Peran kibordis sangat penting di situ, (tapi) malah justru terhenti. Akhirnya penggarapan aransemen diserahkan kepada dramer kami, dibantu oleh gitaris kami. Namun hal tersebut tidak menghilangkan khas dari lagu LXDM yang selalu mengangkat aura musik etnik.”

“Until the End of Day (Sangu Pati)” kini bisa digeber melalui berbagai platform digital macam Spotify, Apple Music, Tidal hingga YouTube Music. (mdy/MK01)

.

.