Finalmorph memperkenalkan dirinya sebagai band pendatang baru, dengan merilis lagu rilisan tunggal perdana berjudul “Civil War”. Sebuah komposisi yang secara musikal banyak terinspirasi beberapa band dunia dengan paham yang variatif. Di antaranya seperti Architects, I Prevail, Chelsea Grin, Dream Theater dan masih banyak lagi.
Lalu dari situ, unit cadas yang lahir dari rahim kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan tahun lalu ini mencoba bereksperimen dan membentuk musiknya dalam satu benang merah, yaitu modern metal, yang disesuaikan dengan style mereka sendiri.
Konsep musik Finalmorph bebas saja disebut metalcore atau lainnya. Yang jelas, menurut band yang digerakkan formasi vokalis Fernando Sastra Cendana (Vero), gitaris Ahmad Hidayat (Jims) dan dramer M. Adwa Ulhaq ini, modern metal yang mereka geber tidak mengenal adanya batasan.
“Untuk 10 tahun ke depan, mungkin saja (musik kami) bisa berubah, karena pastinya musik berubah mengikuti perkembangan zaman. Bukan tren. Dan hal yang membuat musik Finalmorph terdengar modern, pertama dari segi sound gitar misalnya dengan menggunakan 7 string dengan tuning drop F#. Kedua, permainan dram yang lebih nge-groove dan banyak chop. Ketiga, unsur instrumentasi yang ada di dalam sequencer,” ungkap Jims meyakinkan.
Modern metal dalam musik Finalmorph sendiri lahir dari kombinasi berbagai pengaruh yang melatar-belakangi referensi musik para personelnya. Peleburan itu, sedikit banyak mendatangkan banyak kesulitan secara teknis saat mengeksekusi rekamannya.
“Banyak kesulitan dan tantangan, secara tiga personel Finalmorph memiliki selera musik yang berbeda-beda. Seperti Vero yang terbiasa musik Jepang, Adwa yang biasa bermain musik progresif dan Jims yang memang sejak awal suka metal. Jadi untuk membuat ‘Civil War’ merupakan tantangan buat kami, bagaimana bisa menggabungkan beberapa pemikiran untuk mengisi setiap part-nya. Kesulitannya, di sesi take gitar, karena tuning-nya drop F# jadi harus pakai gitar tertentu, dan setiap part yang direkam wajib di-tune terus agar clarity dari gitarnya lebih jelas,” beber pihak band kepada MUSIKERAS, memperjelas.
Tapi terlepas dari masalah-masalah itu, menurut mereka, modern metal merupakan jenis musik yang cocok buat Finalmorph. Modern metal bagi mereka merupakan genre yang bebas, yang memungkinkan mereka memasukkan unsur apa saja.
“Tidak hanya unsur metal dan kami pun bisa leluasa karena memang di lagu-lagu kami ada part yang memberikan kejutan dan mengubah nuansa dari lagu. Mungkin itulah yang menjadi ciri khas dari Finalmoprh.”
Proses pembuatan “Civil War” dilakukan di rumah Jims selama sekitar tiga bulanan. Lumayan lama lantaran ada beberapa bagian yang harus mereka revisi. Juga ada proses pencarian sound gitar yang dianggap tepat, serta instrumen-instrumen untuk kebutuhan sequenser serta pemilihan nada vokal yang lebih tepat untuk lagunya.
Tentu saja “Civil War” bukan satu-satunya lagu yang digarap Finalmorph. Rencana utama yang ada di jadwal mereka adalah merilis beberapa lagu lepas dalam rentang waktu per tiga bulan. Setelah meluncurkan empat atau lima lagu, mereka akan fokus merampungkan album penuh, yang ditargetkan bisa rilis tahun depan.
“Namun itu tergantung bagaimana situasi nanti, dan pastinya rencana kami untuk tampil off air di kota-kota besar terlebih dahulu, karena kami bisa dibilang band yang berasal dari ‘daerah’. Kami berharap musik kami dapat didengarkan oleh semua kalangan, bukan hanya yang suka musik metal saja karena ada beberapa single yang nanti mungkin bisa masuk ke semua kalangan.”
Sejak 10 Mei 2024 lalu, “Civil War” sudah bisa diraungkan di berbagai platform digital. (aug/MK02)
Tonton videonya di sini.
Leave a Reply