Arya Novanda, tepatnya pada 20 Juni 2025 lalu, telah merilis “Have You Ever Loved A Woman”, sebuah interpretasi penghormatan dari komposisi blues lawas yang pertama kali direkam oleh gitaris blues legendaris, Freddie King pada 1960 silam.
Selain Freddie King, lagu “Have You Ever Loved A Woman” juga lantas dipopulerkan oleh gitaris Eric Clapton bersama bandnya, John Mayall & the Bluesbreakers (1965) dan Derek and the Dominos (1970).
Versi Arya sendiri, ia rekam saat tampil di panggung Java Jazz Festival 2025 lalu.
Bagi musisi yang juga tergabung di formasi The Krankers ini, memainkan “Have You Ever Loved A Woman” seperti sebuah perjalanan musikal, menyusuri akar-akar terdalam dari musik blues yang otentik, jujur, dan membumi.
Lagu yang dirilis pada 20 Juni 2025 lalu tersebut, bukan sekadar cover, melainkan sekaligus sebagai bentuk cinta dan dedikasi pada dua nama legenda besar yang telah menginspirasi generasi demi generasi.
Di komposisi versi Arya Novanda sendiri, seperti menghidupkan kembali semangat mentah dan soulful dari Freddie King dan Eric Clapton, dengan interpretasi baru yang tetap menghormati esensinya.
Dipadu dengan sentuhan modern serta permainan gitar yang sangat ekspresif dan emosional, tribute ini terasa personal sekaligus universal.
“Freddie King dan Eric Clapton mengajarkan saya bahwa blues bukan soal banyak nada, tapi seberapa dalam kita memainkannya,” tutur Arya Novanda mengungkapkan.
Bicara tentang blues rock, dari mana saja Arya mendapatkan pengaruh dan inspirasi terhadap permainan gitar serta proses penciptaan lagu-lagunya?
Menjawab pertanyaan itu, Arya mengungkapkan kepada MUSIKERAS lima album berkadar blues pekat yang sangat ia sukai.
Jimi Hendrix “Band Of Gypsys” (Capitol – 25 Maret 1970)
“Alasannya karena menurut saya pribadi, (album) ini revolusioner sekali. Hendrix memiliki prinsip dan karakter musik yang kuat serta spirit pembawaan sampai spontanitas jamming langsung di atas panggung dengan formasi Buddy Miles pada dram yang punya sentuhan R&B yang kental. Bagiku, ini salah satu album terbaik sepanjang sejarah. Raw, live, dan pure. Warnanya juga sangat unik.”
Fleetwood Mac “self-titled”/Peter Green’s Fleetwood Mac (Blue Horizon – 24 Februari 1968)
“Nggak banyak orang zaman sekarang look up ke album ini sebagai salah satu rekaman blues yang sangat autentik. Menurutku, (gitaris) Peter Green perlu mendapat apresiasi yang lebih masif lagi. Bicara taste, luar biasa namun sederhana dan bold. Karakternya sungguh kuat!”
Stevie Ray Vaughan “Live at the El Mocambo” (Sony Music – 26 November 1991)
“Unbelievable Tuhan bisa kasih seorang Stevie Ray Vaughan sebuah keluarbiasaan dari jiwa, sentuhan, dan hati serta kejujuran yang mendalam ke beliau yang se-powerful itu. Terutama di (rekaman) konser ini adalah peak performa beliau sepanjang karirnya, yang secara pribadi menginspirasi saya untuk lebih mendengarkan kalbu saya sejujur-jujurnya, dibanding main gitar sekadar untuk dianggap oleh orang lain.”
Gary Clark Jr. “The Story of Sonny Boy Slim” (Warner Bros. – 11 September 2015)
“Album inilah yang membuat blues di era sekarang menjadi relevan. Dengan pencampuran R&B, soul yang kental, namun blues-nya ada di hati. Bisa saya sebut ini adalah ‘blues wangi’, tampan, easy tapi soulful, playing it cool, tapi ‘kena’ banget!”
Arya Novanda “Rock Star” (Berita Angkasa – 28 Juni 2024)
Alasannya, ya ini album saya sendiri. Digarap secara live tanpa metronome, pure raw energy di dalam studio, menangkap sinyal secara spontan. Album ini nggak rapih, urakan, tapi jujur apa adanya. Itulah karakter saya. Saya suka dibikin simple aja, nggak pake bumbu istilahnya. Terbuka, jujur, raw, rock n roll, blues, penjiwaan, distorsi… ini warna baru dalam blues Indonesia maupun dunia saya dan band. Saya bersyukur bisa menulis album ini.”