Banyak cerita menarik dari proses penggarapan album terbaru Humiliation, “Karnaval Genosida” yang telah digelindingkan sejak akhir Maret 2018 lalu. Selain keterlibatan beberapa musisi tamu yang memberi kontribusi kejutan, tentunya kisah di balik kerja samanya dengan produser dan engineer metal veteran kelas dunia, Mark Lewis juga menjadi sebuah pencapaian yang luar biasa bagi unit bergenre death metal asal Bandung tersebut.

Mark Lewis sebelumnya punya reputasi tangguh di skena metal dunia. Produser asal Florida, AS tersebut tercatat pernah menangani penggarapan album milik Chimaira, Trivium, DevilDriver hingga The Black Dahlia Murder. Dan karya terbarunya cukup prestisius, yakni mengeksekusi proses penataan suara ulang (remixed) album debut raksasa thrash metal Megadeth, “Killing Is My Business … And Business Is Good!” yang bakal dirilis kembali pada 8 Juni 2018 mendatang.

Bagi band yang sudah mulai menggeliat di skena metal sejak 2010 silam ini, keputusan bekerja sama dengan produser musik metal kenamaan tersebut didasari target untuk bisa menyajikan karya yang lebih bagus. “Dan tentunya untuk lebih melebarkan sayap lagi, khususnya ke industri metal internasional,” urai pihak band kepada MUSIKERAS beralasan.

Ihwal kerja sama Adam Ardhandy (vokal), Hamzah Sastra (gitar), Firman Ananda (bass), Hinhin Akew (gitar) dan Luthfi Setyo (dram) dengan Mark Lewis berawal dari interaksi di media sosial. Menurut tuturan Humiliation, setelah berhasil mendapatkan kontak dengan Mark, mereka lantas menanyakan perihal kemungkinan untuk bisa bekerja sama dengan dia.

“Kami menawarkan proyek untuk mixing dan mastering album ketiga kami pada Mark Lewis, karena kebetulan kami merasa kalau Mark adalah orang yang tepat untuk menggarap album ‘Karnaval Genosida’. Lalu Mark meminta kami mengirimkan demo lagu dan dia sangat menyukai demo kami, lalu terjadilah kesepakatan dan kerja sama bisa terjadi hingga album ‘Karnaval Genosida’ bisa rampung.”

Tentunya, usaha itu tidak sia-sia. Hasil racikan sound dari Mark benar-benar dirasakan para personel Humiliation sesuai dengan ekspektasi. “Hasil olahan dari Mark Lewis lebih tight dan wide, dan tentunya clarity-nya lebih terasa. kalo kita dengerin tiap instrumen berada pada frekuensi yang tepat sehingga jika kita mendengarkan dan fokus ke masing-masing instrumen akan terdengar detail dan jelas,” urai pihak band lagi.

Selain hasil olahan suara yang memuaskan, proyek kerja sama tersebut juga sekaligus menyisakan jejak pengalaman dan pelajaran berharga dalam teknis rekaman, terutama dalam urusan mixing dan mastering. “Selain itu,  kami juga dituntut seprofesional mungkin saat bekerja sama dengan Mark Lewis, dan itu merupakan pengalaman berharga buat kami di proyek album ‘Karnaval Genosida’ ini!”

Seperti yang sudah diberitakan di banyak media, “Karnaval Genosida” yang direkam di Masterplan Studio Bandung juga melibatkan kolaborasi dengan beberapa musisi tamu lokal. Mereka adalah Ucok (Homicide), Vicky (Burgerkill), Nobie (Bottlesmoker), Ronald (Carnivored) dan penyanyi pop Yuka Tamada.

“Membuat proyek kolaborasi adalah bentuk apresiasi kami terhadap figur dan teman akan prestasi dan karyanya. Menurut kami, ini juga merupakan suatu tantangan buat Humiliation, terutama untuk saya pribadi apalagi jika berkolaborasi dengan figur yang lintas genre. Tentunya ini prestasi yang cukup membanggakan buat kami dalam membuat sebuah karya death metal yang mampu mengemas musik eksperimental. Karena kami percaya musik adalah bahasa universal,” urai Adam, mewakili rekan-rekannya di Humiliation beralasan.

Ya, satu nama unik yang menghiasi deretan tersebut adalah Yuka Tamada. Solois pop jebolan salah satu ajang pencarian bakat bergengsi di Indonesia tersebut dilibatkan di lagu “Ironi Agnostik” yang telah dipilih sebagai single pertama, serta “Harmoni Tanpa Nyawa”.

Lagu “Ironi Agnostik” sendiri menghadirkan nuansa dan aransemen yang berbeda dibanding lagu-lagu dari album sebelumnya dengan aransemen yang lebih teknikal. Ada sisi feminim dari vokal Yuka yang dilebur dengan aransemen dengan tempo cepat khas Humiliation.

Pihak band mengungkapkan, konsep “Karnaval Genosida” merupakan bagian ketiga atau penutup dari trilogi dua album sebelumnya, yakni “Savior of Human Destruction” (2012) dan “Fatamorgana” (2015). Lalu dari sisi musikal, terdapat perbedaan yang sangat signifikan di “Karnaval Genosida” jika dibandingkan album-album sebelumnya. Pasalnya, ada dua gitaris baru yang terlibat di penggarapan materinya. “Secara konsep mungkin lebih mengedepankan pendewasaan Humiliation dalam bermusik. Masih dalam warna teknikal yang cukup cozy untuk didengarkan.”

Selain “Ironi Agnostik” dan “Harmoni Tanpa Nyawa”, album “Karnaval Genosida” juga memuat sembilan komposisi cadas lainnya, yaitu “Gentar Bersuara”, “Anomali”, “Apokalips Bertabir”, “Karnaval Genosida”, “Antem Absolut”, “Heresi Genetika”,“Genesis”, “Bidah Menjalang” serta “Perang Demi Setan”, sebuah lagu daur ulang milik Forgotten. Namun khusus lagu yang disebut terakhir, hanya termuat di album versi CD dan tidak terdapat di platform digital. (Mdy/MK01)

.