Dimulai sejak Kamis, 24 Februari 2021 lalu, setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan ‘operasi militer khusus’ di sisi timur Ukraina, tak lama setelahnya ledakan pun dilaporkan terjadi di pinggiran Kharkiv, Kramatorsk dan Mariupol, serta ibu kota Kiev (Kyiv). Putin melancarkan tuduhan bahwa ada elemen Nazi di Ukraina untuk membenarkan serangannya itu. Pemimpin Rusia menyerukan ‘demiliterisasi dan denazifikasi’ Ukraina dan memperingatkan negara-negara lain bahwa setiap upaya untuk menghadang tindakan Rusia akan merasakan ‘konsekuensi yang belum pernah mereka lihat’. Menurut menteri kesehatan Ukraina, sejauh ini serangan-serangan militer Rusia telah mengakibatkan hampir 200 kematian sejauh ini, termasuk warga sipil.

Band deathcore tergahar asal Rusia, SAUGHTER TO PREVAIL langsung melampiaskan protes keras mengecam agresi negaranya itu. Melalui akun media sosialnya, mereka menyebut serangan itu sebagai mimpi buruk yang harus berakhir sesegera mungkin. 

Sebelumnya, grup yang berbasis di Yekaterinburg, kota terbesar keempat di Rusia tersebut, juga sudah menegaskan sikap mereka. “Tidak untuk perang! Band kami tidak ada hubungannya dengan politik, kami tidak berpihak. Kami untuk semua penghuni dunia yang damai ini dan untuk perdamaian dunia. Kami tidak menerima tindakan militer apa pun. Kami berharap Anda semua dan orang yang Anda cintai, kerabat dan teman tetap aman dan berharap mimpi buruk ini berakhir secepat mungkin.”

.

.

Di Yekaterinburg sendiri, juga pecah gelombang protes anti-perang. Mereka turun ke jalan-jalan di kota terbesar di Distrik Federal Ural, dan salah satu pusat budaya dan industri utama Rusia. Mereka mengutuk invasi militer negara mereka ke Ukraina dan mengatakan mereka malu terhadap bangsa mereka.

Unit progressive metalcore asal Ukraina yang kini tengah naik daun, JINJER juga menyampaikan kecaman kerasnya terhadap serangan militer yang diperintahkan oleh Vladimir Putin. Melalui akun media sosial resmi mereka, Jinjer menyerukan untuk menghentikan perang tersebut. “Tidak ada yang bisa membenarkan kekerasan dan kematian orang tak bersalah, dan inilah yang terjadi di negara kami sekarang,” seru mereka. 

Pada kesempatan itu, Jinjer juga mengabarkan bahwa sejauh ini, seluruh personel Jinjer dan keluarganya masing-masing dalam kondisi aman dan tidak terluka. 

“Kami sangat menghargai semua penggemar kami di seluruh dunia atas perhatiannya, terkait untuk semua simpati dan dukungan untuk band kami dan yang lebih penting negara kami. Seperti yang Anda semua tahu, dini hari ini pada 24 Februari, Putin memulai perang melawan #ukraina yang berdaulat dan merdeka! Perlu diketahui bahwa saat ini kami sangat bergantung pada Anda, penggemar kami di setiap negara untuk mendukung Ukraina dan perdamaian di negara kami. Anda dan pendapat Anda paling penting saat ini.”

Slaughter to Prevail yang mulai berkiprah sejak 2015 lalu meraih perhatian secara global setelah merilis album “Kostolom” pada Agustus 2021 lalu via Sumerian Records. Sementara Jinjer yang semakin digemari oleh publik metal dunia saat ini, sejauh ini telah merilis empat album studio sejak terbentuk pada 2008 silam, yaitu “Cloud Factory” (2014/2018), “King of Everything” (2016), “Macro” (2019) dan “Wallflowers” (2021).

.