EXTREME DECAY Menggerinda Lagi, Rayakan “Year of the Grind”

Seiring dengan meredanya tekanan pandemi, unit pejuang grindcore senior asal kota Malang, Jawa Timur ini pun siap kembali menyalak. Extreme Decay langsung menyambar momentum bagus, dimana band yang terbentuk pada 1998 silam tersebut baru saja meluncurkan sebuah album studio bertitel “Downfall Of A God Complex”. Karya rekaman yang beramunisikan 22 lagu tersebut telah resmi beredar di pasaran sejak 29 April 2022 lalu.

Album ini, bisa dibilang dipersiapkan dengan matang. Perilisannya dalam format CD dieksekusi oleh Selfmadegod Records, sebuah label rekaman asal Polandia yang juga menaungi rilisan band grindcore klasik macam Antigama, Nasum, Unholy Grave hingga Agathocles. Sedangkan versi kasetnya dirilis via Grieve Records, label rekaman berbasis di Jakarta yang juga menjadi rumah bagi Kelelawar Malam, Masakre sampai Marax. Sementara untuk format piringan hitam, “Downfall Of A God Complex” akan diedarkan segera melalui kerjasama antara 10 label rekaman ‘bawah tanah’ yang tersebar di Eropa dan Amerika Selatan. 

Sebelumnya, tepatnya pada 22 Juli 2021 lalu, Extreme Decay juga sempat merilis album mini (EP) bertajuk “Antiviral” via Disaster Records, yang dilepas dalam format kaset dalam jumlah terbatas. Hanya 100 keping. Tapi pada 15 Maret 2022, EP tersebut dirilis ulang dalam format piringan hitam ukuran tujuh inci melalui label rekaman Samstrong Records. Di versi ini, ada tambahan dua lagu yang belum pernah dirilis, salah satunya adalah lagu “Kolaps” yang direkonstruksi ulang oleh musisi noise asal Yogyakarta, Indra Menus.

Nah, untuk merayakan kedua rilisan tersebut, Extreme Decay bersama Gembira Lokaria mempersembahkan sebuah konser showcase spesial bertajuk “Year Of The Grind: From Antiviral To Downfall Of A God Complex Release Party”, yang dijadwalkan bakal digeber di Sriwijaya Social Hub, Malang, pada 2 Juli 2022 mendatang. Di pesta cadas tersebut, mereka juga mengajak serta band-band berbahaya seperti Dazzle, TamaT dan To Die untuk ikut menggerinda. 

Dazzle, bisa dibilang merupakan darah muda yang paling segar dari sirkuit musik cadas di area Malang Raya. Mengusung perpaduan paham thrash metal, hardcore dan crossover dalam pengaruh Metallica, Power Trip hingga Suicidal Tendencies. Belakangan, mereka makin rajin mengisi berbagai jenis panggung hingga tur ke beberapa daerah. Sebagai energi baru, langkah mereka sangat layak diapresiasi. 

Lalu ada TamaT, selaku epos tentang rangkaian kegagalan dan kemursalan yang terus berulang. Dentum beat refetitifnya adalah memoar tentang hidup remuk realita warga Binangun, yang kenal keindahan. Doa-doa dirakit TamaT lewat kolase klip, komedi satir, dan sampah-sampah digital yang berserakan di media sosial. Frasa ‘mbokneancok!’ cukup mewakili dentum TamaT yang ngebut, ugal-ugalan dan kampungan. Unit breakcore asal Surabaya ini baru saja merilis album baru bersama Greedy Dust Records. Ini merupakan konser pertama TamaT dengan set spesial di tahun ini. 

.

.

Terakhir adalah To Die, kolektif hardcore punk berbasis di Yogyakarta, yang sudah menggeliat sejak 1998 silam. Diskografinya melimpah dengan berbagai karya rilisan aneka format di ranah spektrum hardcore punk yang ekstrim. EP terbaru mereka, “I Want To Watch A Face In Agony” dirilis dalam format 7″ lathe cut via Samstrong Records, format kaset rilisan Unleash Records serta 3″ flower-shapped CD via Above.Ltd. Kebetulan mereka sedang menghela rangkaian tur, jadi sekalian mampir ke Malang.

Selain melibatkan ketiga band tadi, di konser “Year Of The Grind” juga menghadirkan kolektif seni, komunitas, brand, serta pihak pendukung lainnya. Pihak Extreme Decay dan Gembira Lokaria sendiri yang mengurasi ‘partai tambahan’ tersebut.

Extreme Decay sendiri bakal tampil dalam set berdurasi panjang yang terbagi dua sesi, plus sesi kolaborasi dengan Indra Menus di tengah aksinya. Selain menggeber repertoar lagu-lagu anyar, formasi Eko Setiyo Priyono (dram), Ahmad Fahrulli (gitar/vokal), Mochamad Ravi (gitar/vokal) dan Anizar Yasmin (bass/vokal) juga bakal menggasak beberapa nomor klasik dari diskografi mereka. Selain itu, bakal banyak pula kejutan di atas panggung yang mereka janjikan.

Tiket “Year Of The Grind” dipatok seharga Rp.75.000 (Presale) dan Rp.100.000 (Reguler) yang bisa didapatkan secara offline maupun online melalui Rekam Jaya. Selain itu, ada berbagai jenis paket kombinasi (bundling) spesial yang berisi tiket plus rilisan Extreme Decay beragam format serta aneka merchandise kaos dan poster artprint eksklusif dalam jumlah terbatas. Pada saat acara, penonton juga bakal menemukan beberapa stan yang menjajakan produk-produk rekaman serta merchandise dari berbagai band dan label rekaman yang terlibat.  

Menurut penjelasan Gembira Lokaria selaku penyelenggara, pertunjukan ini bakal digarap dengan standar dan kemasan produksi yang cukup mumpuni. Mulai dari penataan panggung, penataan suara dan cahaya, videotron hingga dekorasi visual. Harapannya bisa menyuguhkan standar konser yang apik serta menjadi pengalaman baru yang berkesan bagi seluruh penonton dan semua pihak yang terlibat.

Nah, mesin gerinda sudah mulai dipanaskan, siap diledakkan segera di arena moshpit. Grind On! (mdy/MK01) 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
exentrix
Read More

EXENTRIX: Ajak Kembalikan Rock yang Teknikal

Walau kini hanya diperkuat dua personel, namun Exentrix masih menyimpan energi rock yang meledak-ledak, seperti yang tersalurkan di karya terbarunya.