Surabaya selalu dipanaskan geliat pejuang-pejuang musik ‘bawah tanah’, terutama di skena hardcore punk dan turunannya. Beberapa tahun terakhir, fenomena tersebut mengalami perkembangan pesat, dan Ornament adalah salah satu dari sekian banyak band baru yang juga ikut menggairahkan. 

Metalcore menjadi menu utama band yang baru terbentuk pada akhir 2022 lalu ini. Tepatnya mereka memainkan musik metalcore ala roster-roster dari label internasional seperti Trustkill Records atau bahkan Good Life Recordings. Formula itu kini sudah diterapkan Ornament dalam sebuah album mini (EP) bertajuk “Hereditary”.

Di EP tersebut, terdapat satu komposisi intro, dua lagu penuh serta sebuah rekaman piano instrumental berjudul “Memento” yang membawa pesan tentang perenungan, kegelisahan juga luapan emosi yang menggebu soal apa yang telah terjadi pada kehidupan. 

Saat proses pembuatan materi “Hereditary”, para personel Ornament yang dihuni oleh Usman ‘Resal’ Pasolo (gitar), Bagus ‘Begs’ Chandra (gitar), Nando (bass), Alvin Fauzi (dram) dan Dezta Kusuma (vokal) mengaku mengalami kisah unik dalam menjalani prosesnya.

“Kami hanya bertemu dua kali di dalam studio musik dalam jangka waktu hampir satu tahun. Di kesempatan waktu bertemu yang singkat itu kami berhasil membuat dua materi lagu penuh dan satu intro. Setelahnya, kami mulai menyempurnakan materi kami saat melakukan sesi rekaman pertama,” ujar pihak Ornament kepada MUSIKERAS mengungkap proses kreatifnya.

Ornament akhirnya butuh waktu sekitar 11 bulan untuk merampungkan rekamannya, dimana mereka mendapat bantuan teknis dari Alwan Hilal (Self Home Recording) dan Indra Cahya (Texas Sicklab Studio). Nama terakhir juga dipercaya untuk memoles mixing dan mastering, yang juga dieksekusi di Texas Sicklab Studio.

.

.

“Tantangan utama sebenarnya adalah waktu dan tenaga para personel, karena kami semua memiliki keisibukan sendiri-sendiri yang lumayan menyita waktu dan tenaga. Maka dari itu pengerjaan materi kami bisa dibilang sangat sangat lama,” seru mereka lagi, menegaskan alasannya.

Tentang konsep metalcore yang mereka terapkan, khususnya di komposisi lagu yang bertajuk “Hereditary” dan “Shall We Perish?”, Ornament menyebut kebanyakan referensi datang dari dua label luar yang disebutkan tadi. Atau secara garis besar, mereka mengakui cenderung mengacu pada era metalcore di akhir 90-an hingga awal 2000-an.

“Menurut kami di era tersebut metalcore benar-benar mempresentasikan keotentikan mereka, sebelum menuju era komersialisasi penuh setelahnya. Dan di era itu metalcore masih sangat memegang erat etos hardcore di dalamnya.”

Lebih rinci, referensi utama Ornament saat menggarap EP “Hereditary” adalah sangat terpengaruh racikan musik dari band Arkangel (Belgia) dan Poison The Well (AS). Menurut mereka, di sanalah poros metalcore yang dapat menciptakan sebuah materi yang bisa terdengar sangat keras layaknya Arkangel, atau pun bisa sangat melankolis seperti Poison The Well.

“Di luar itu masih banyak juga, seperti Driven, Harvest, Undying hingga Misery Signals, yang pun dapat didengarkan pengaruh-pengaruhnya pada materi kami.”

EP “Hereditary” bisa didengarkan di Bandcamp, tepatnya di kanal New Stone Records serta di platform Spotify dan Deezer. (aug/MK02)

.

.