Unit metalcore dari Gianyar, Bali ini mengeset ulang pergerakan karirnya. Lagu lamanya yang pernah ditayangkan di kanal YouTube pada 5 November 2020 lalu, “Crownless Blood” dipermak ulang, lalu dilepas ke publik kembali. Kali ini terhidang di berbagai platform digital sejak Senin, 27 November 2023 lalu.

“Crownless Blood” sendiri merupakan salah satu dari beberapa karya lagu rekaman Nightmare On Stage yang awalnya dipersiapkan untuk menjadi album. Tepatnya ketika band tersebut masih diperkuat dua personel lamanya, yakni vokalis Ida Bagus Agung Artha Guna aka Gus Agung dan bassis Robby Septyan Arifin. Lagu tersebut digarap di Matilda Records, milik Satria ‘Antok’ Adiguna yang banyak membantu dalam urusan teknis rekamannya. Termasuk membuat Nightmare On Stage merasakan sistem rekaman digital untuk pertama kalinya.

Saat itu, “Crownless Blood” sempat termuat di album kompilasi “Made IN Bali Vol. 2”. Namun sayangnya, ternyata album tersebut hanya bertahan sekitar satu tahun di platform streaming. Lalu di internal Nightmare On Stage sendiri juga berujung tidak stabil, dengan hengkangnya Gus Agung dan Robby. Momentum itu, khususnya ketika mereka juga melepas lagu rilisan tunggal keempat yang berjudul “Is This The End?”, membuat Nightmare On Stage sekaligus memutuskan untuk mengubah karakter soundnya. Seperti yang diterapkan di “Crownless Blood” versi baru.

Saat meraciknya, formasi Nightmare On Stage saat ini; I Gede Wahyu Putra Winarta (vokal), Ida Bagus Putu Emanda Pramana (gitar), Jhony Langgeng Baruna Wirawan (gitar), Arif Rahman Hakim (bass), Komang Ary Prasetya (dram) fokus menata profil penataan suaranya. 

“Memang berbeda dibanding yang kami rilis tiga tahun lalu,” seru pihak Nightmare On Stage kepada MUSIKERAS, memperjelas. “Perbedaan utamanya selain di sound profile, juga ada di isian bass yang dilakukan oleh Rahman, bassis baru kami, serta penambahan di special effects pada sequencer. Sisanya masih menggunakan trek yang lama.”

Dari sisi musik, metalcore masih menjadi pijakan utama. Namun kali ini olahannya sedikit menyentuh ranah deathcore, yang menerapkan riff triplet yang chuggy plus sentuhan symphonic orchestra via sequencer dan scream ala death metal di bridge menuju outro lagu, namun tanpa menghilangkan nuansa metalcore dengan chorus yang kuat.

“Kalau ciri yang membedakan kami dari band-band sejenis atau paling tidak yang se-genre, yang paling menonjol mungkin ada di dua vokalis kami yang benar-benar ‘hanya vokalis’. Tidak memegang alat instrumen apa pun Biasanya band metalcore, post-hardcore atau genre alternative lainnya cenderung memiliki hanya satu lead vocalist yang mengambil bagian scream dan ada satu personel yang memegang instrumen sembari mengambil clean vocal atau pun sebaliknya. Tapi di sini, dengan dua vokalis kami memaksimalkan peran masing-masing dari mereka, dimana dengan isian artikulasi, lirik yang padat. Dan bahkan vokalis clean kami waktu itu (Gus Agung), juga turut ambil layer scream. Jadi misalnya ketika Wahyu ambil tipe mid high scream, dan Gus Agung akan mengisi layer scream low-nya. Begitu juga sebaliknya.”

Para personel Nightmare On Stage mengaku, saat peracikan komposisi serta aransemen “Crownless Blood”, pembuatan konsep awalnya banyak terinspirasi dari band asal Perancis, yaitu Betraying the Martyrs. Jika diperhatikan, semenit pertama lagu “The Resilient” (2017), akan terdengar sangat mirip dengan “Crownless Blood”. Karena memang lagu itu yang menjadi inspirasi utama gitaris mereka, Emanda Pramana ketika menyusun struktur lagu tersebut. Begitu juga di bagian outro lagu yang terinspirasi dari lagu “Man Made Disaster”, dari album debut Betraying the Martyrs, “Breathe in Life” (2011).

Tapi seiring proses pengerjaannya, Nightmare On Stage juga mengungkapkan banyak pula pengaruh dari band seperti Veil of Maya, khususnya dari lagu “Overthrow” – dari album “False Idol” (2017) – atau pun album “Matriarch” (2015).

“Di bagian vokal clean sebenarnya lumayan menarik, karena playlist Gus Agung) tidak metal sama sekali, jadi dia benar-benar ngulik dari nada instrumen yang ada untuk membuat nuansa baru dengan mengisi sedikit sentuhan “delic”. Tujuannya supaya menciptakan nada yang khas di bagian reff. Untuk vokal scream, Wahyu yang juga sekaligus membuat lirik dan komposisinya meramu isian clean dan scream tetap padat, tapi bisa berdampingan dan tidak saling tumpang tindih.”

Pengesetan ulang pergerakan Nightmare On Stage setelah “Crownless Blood” adalah menjalani misi perilisan kembali lagu-lagu sebelumnya sudah tayang di YouTube, namun belum tersaji di platform digital lainnya. Bulan ini, serta awal tahun depan mereka bakal meluncurkan lagu rilisan tunggal hasil permak ulang, sekaligus sebagai jembatan menuju ke perilisan album mini (EP) debut mereka. Sejauh ini, produksi materi EP tersebut sudah 75% mendekati rampung. Hanya menyisakan satu lagu yang belum diisi vokal serta tahapan mastering untuk semua lagu. (mdy/MK01)

.