Satu lagi band ekstrim mengibarkan kelahirannya dari Bandung, Jawa Barat, tahun ini. Kali ini mencoba mencuri perhatian dengan geberan grindcore tradisional yang frontal, yang dilampiaskan lewat sebuah album mini (EP) debut berjudul “Aggression” via Husted Records, pada awal Desember 2023 lalu.
Mass-49 yang berformat kuintet ini meletupkan tujuh amunisi panas yang mereka kemas menjadi EP dalam waktu cukup singkat. Proses peramuan materinya, hingga ke tahapan rekaman, bisa dibilang mengalir secara organik. Dimulai dari proses latihan pada Juni lalu, hingga rekaman setiap minggu di September.
“Tidak ada yang spesial. Setiap personel masih dan selalu berusaha (melakukan) yang terbaik,” ujar pihak Mass-49 kepada MUSIKERAS.
Pemilihan paham musiknya pun, bahkan tidak direncanakan secara khusus. Tidak ada rundingan serius harus berkiblat ke mana atau meracik materi yang seperti apa, kecuali garis besar grindcore. Tujuh trek terbentuk seketika pas masuk studio. Meski demikian, ada beberapa band asal AS yang setidaknya mereka sebut sebagai cerminan. Di antaranya Caustic Wound, Vermin Womb, Miasmatic Necrosis hingga band-band death doom macam Funebrarum atau Mortiferum.
“Grindcore menjadi titel genre adalah spontan saja, ketika kami mencoba jamming di studio. Kami rasa, musik kami cukup menyerempet, agak mentok ke arah sana. Mengenai konsep grindcore sendiri, kami suka riff dan suara yang ganas dan cepat. Maka secara umum grindcore-lah pilihannya. Namun sub-genre lain pun kami selipkan. Mulai dari hardcore, punk, post hardcore, jazz dan lainnya, yang masing-masing personel sedang dengarkan. Kami tidak memungkiri mungkin ada sebagian pendengar yang mengatakan kami bukan true-grind, tapi ya diambil simpelnya saja.”
Bagi para personel Mass-49; Agung Permana Masri (vokal), Muslim Ghifari (bass), Febi Ramadhan Nasution (gitar), Suryatama Putra Panji Pranata (gitar) dan Mochamad Faisal Maulhana (dram), grindcore adalah genre yang menyenangkan. Karena mereka bisa bercerita soal keresahan personal sampai isu-isu internasional. “Semua genre bisa menyuarakan itu juga sih, tapi kami suka grindcore karena padat, cepat dan ganas. Mungkin tiga hal itu yang bisa membuat grindcore istimewa untuk kami!”
“Aggression” sendiri, menurut Mass-49 adalah sisi koin yang lain dari kehidupan bermasyarakat, yang mereka respon dari kutub buruknya. Merespon kejanggalan sosial macam ketidakadilan, perampasan hak hingga kecurangan. Secara musikal, dengan gamblang mereka menunjukkan kemuakan lewat solidnya perpaduan suara agresif, marah dan padat ala grindcore klasik. Mereka juga semakin memperkuat pesannya lewat visual serangga lalat yang hinggap di gedung-gedung runtuh.
“Hal-hal yang dianggap busuk atau kotor kayak bangkai, sampah, dan lain-lain itu pasti disukai lalat. Itulah kenapa kami akhirnya nampilin visual lalat yang hinggap di perkotaan sebagai penguat pesan EP Mass-49 kali ini.”
Hampir sekujur “Aggression” yang direkam di Fun House Studio dan Suaka Studio, Bandung memberi tantangan tersendiri bagi setiap personel Mass-49 saat penggodokannya. Karena grindcore merupakan hal baru bagi mereka, sehingga mereka harus mengeksekusi rekamannya dengan sungguh sungguh.
Sejauh ini, “Aggression” baru tersedia via laman Bandcamp Husted Records. Tapi dalam waktu dekat, Mass-49 bakal merilisnya dalam format fisik, berupa kaset yang akan dihadirkan bersamaan dengan peluncuran beberapa item merchandise. Paket tersebut bisa didapatkan di sepanjang tur promo mereka, yang dimulai bulan ini, dengan menyambangi kota Tasikmalaya, Yogyakarta, Batu, Gresik dan Cirebon. Lalu pada Januari tahun depan, Mass-49 bakal melanjutkannya ke beberapa titik di negara tetangga, yakni Penang, Ipoh dan Kuala Lumpur (Malaysia) serta Bangkok (Thailand). (aug/MK02)
.
Leave a Reply