“Latar belakang referensi personel kami yang berbeda-beda merupakan alasan untuk membuat identitas musik black metal yang lebih segar. Karena beberapa personel sudah mempunyai band black metal, di band lain. (Maka) Kami mencoba membuat sesuatu yang baru.”
Unit cadas asal Bogor, Siegward mengungkapkan alasan di atas kepada MUSIKERAS, tentang mengapa mereka tetap menganut black metal. Ada keinginan untuk mengeksplorasi, agar terdengar berbeda. Seperti yang telah mereka terapkan di album mini (EP) terbaru bertajuk “Heritage of The Wicked”.
Karya rekaman tersebut sudah diperdengarkan via label Harsh Productions sejak Oktober 2023 lalu, dan diedarkan dalam format kaset yang jumlahnya terbatas, yakni hanya 50 keping. Hanya ada tiga amunisi kelam yang termuat di dalamnya, yaitu “The Legion”, “Invocation of Doom” serta “In a Land Brimming with Hollows” dengan intensitas lirik penuh amarah, yang menohok ke isu sosial-politik.
Sementara untuk garapan musiknya, Siegward yang dihuni formasi Rio Satria Nurfarissi (vokal), Setiawan Indi Cahya (gitar), M. Arifin Hidayat (gitar), Tauchid Aminudin (bass) dan Boby Pinasti Afandy (dram) melampiaskan formula melodic black metal plus semangat crust punk yang mengakar, berpadu alunan melodi lirih yang menggambarkan keresahan, kesedihan dan kemarahan. Semuanya dibalut menjadi satu.
Jika dirinci, komposisi musiknya terdengar mengombinasikan black metal ala band-band dunia seperti Dissection, Watain, Dark Funeral, Spectral Wound hingga Stromkeep, lalu menjalar ke ranah crusty punk macam Anti Cimex, Skitsystem dan Young and in the Way.
“Kami tidak mempunyai batasan. Apa yang kami dengar enak, ya kami masukkan ke dalam komposisi musik. Bahkan kami mengonversi referensi dari musik di luar black metal untuk diaplikasikan ke musik kami”.
Proses penggarapan “Heritage of The Wicked” sendiri dieksekusi selama kurang lebih setengah tahun. Antara lain dengan melakukan proses saling bertukar pikiran, serta menggabungkan ide-ide aransemen yang mereka dapatkan agar menjadi suatu karya yang epik. Dimulai dengan mencari aransemen pokok untuk gitar, lalu menentukan isian melodi untuk menambah suasana menjadi kelam dan mencari ketukan dram melalui jamming di studio. Terakhir, menerapkan pola tarikan vokal yang sesuai dengan lirik yang sudah dibuat.
Proses rekaman “Heritage of The Wicked” keseluruhan dilakukan Siegward di Tonebetter Studio dan Rocky Music Studio, lalu dilanjutkan pemolesan mixing dan mastering di Tonebetter Studio.
Ada beberapa tantangan teknis yang ditemui saat menjalani proses produksinya. Yang terutama adalah pembagian waktu para personel yang kerap bentrok karena kesibukan masing-masing. “Lalu saat rekaman, kami banyak memberikan evolusi perubahan pada aransemen yang sebelumnya sudah kami buat, agar materi terdengar lebih fresh.”
Para personel Siegward menyebut “In a Land Brimming with Hollows” sebagai salah satu lagu yang juga memberikan tantangan tersendiri saat mengeksekusi rekamannya di studio. Alasan utamanya, karena ada bagian di lagu tersebut yang dibuat secara spontan di studio. “Kami juga mencoba menggunakan beberapa jembatan aransemen gitar yang bervariasi, karena riff gitar pada bagian lagu tersebut banyak menggunakan beberapa scale. Bagian memasukkan clean voice pada pertengahan lagu pun memberikan tantangan tersendiri bagi kami.”
Kini, keresahan dalam kegelapan Siegward yang lirih di “Heritage of The Wicked’ sudah bisa dilantangkan via berbagai platform digital. Lalu, secara paralel, band bentukan 2019 lalu ini juga sudah menjalani proses penggarapan materi menuju album penuh. Sejauh ini sudah ada dua lagu, dan ditargetkan bisa dirilis tahun ini juga. Disamping itu, juga ada penggodokan rencana untuk menggelar tur. (mdy/MK01)
.
Leave a Reply