Keseriusan unit rock Qodir dalam berkarya di ranah rock terus bergulir, yang kembali ditunjukkan lewat peluncuran lagu rilisan tunggal kelima mereka yang berjudul “Aku Butuh Dia”. Sekaligus dengan video musiknya. Lagu ini adalah salah satu dari sembilan amunisi yang menyesaki album debut “Seribu Bulan”, yang telah dirilis sejak 22 Mei 2022 lalu.

Kehadiran Qodir yang dimotori vokalis dan penulis lagu Ahmad Abdul Qodir Jaelani aka Dul Jaelani plus dukungan gitaris Muhammad Xaviar dan Deriel Sudiro serta dramer Akselza Trigaskara aka Axel CB seperti oase bagi mereka yang menyukai musik rock alternatif. Lebih spesifik ke aliran grunge yang menjadi pilihannya. Mereka ingin turut memberi warna pada skena musik rock anak muda yang makin jarang memainkan musik rock dan masuk di industri.

Dul sendiri menulis lagu “Aku Butuh Dia” pada 2014 silam, saat sedang resah dan membutuhkan sesuatu untuk dilampiaskan. Maka jadilah lirik lagu tersebut. Karena penulisan liriknya spontan, jadi prosesnya terbilang cepat. Hanya saat merekam isian vokal saja yang butuh pematangan, yang diracik bersama dengan personel lainnya di studio.

Alhamdulillah, nggak ada kesulitan pas rekaman vokal saya. Karena saya suka teriak-teriak ngamuk sambil ngeband jadi lancar-lancar aja pas take vokalnya,” seru putra dari musisi Ahmad Dhani (Dewa 19) ini sambil tertawa.

Seperti biasa, Qodir menyajikan lagu-lagu dengan lirik yang sangat terinspirasi ideologi spoken word. Mengambil ide dari seni pertunjukan dimana seseorang menuangkan pemikirannya terhadap suatu hal seperti politik, religi, edukasi, sosial, cinta dan lainnya. Qodir membahas soal keresahan di dunia cinta tapi dengan kata-kata yang manis, seperti kata ‘Dia’ yang dirahasiakan. 

“Biar orang-orang atau pendengar yang menerka-nerka unsur misterius dari lirik lagunya. Spoken word yang terkenal dengan perenungan mendalam itu juga sebenernya kami sampaikan secara tersirat di video musik ‘Aku Butuh Dia’. Kami hanya ingin menggarisbawahi tentang musik Qodir, mensyiarkan musik rock yang energik dan semangat di kalangan Gen Z. Di tengah gempuran musik-musik cengeng di kalangan Gen Z ini. Itu salah satu misi utama kami. Semoga aja diterima sebagai pilihan musik mereka, disamping musik-musik yang sudah ada,” beber Dul lagi, yang merangkap sebagai bassis di Qodir.

Dari sisi proses rekaman sampai mixing dan mastering, lagu “Aku Butuh Dia” lumayan membutuhkan waktu yang lama, dibandingkan proses lagu-lagu lain di album “Seribu Bulan”. Karena alasannya, menurut Xaviar, banyak hal yang mereka pikirkan agar bisa menghasilkan musik rock yang garang tapi tidak biasa-biasa saja.

“Akhirnya kami coba eksperimen untuk menambah ornamen lain selain distorsi, seperti suara-suara synthesizer dan sound-sound gitar yang nggak pada umumnya. Juga tambahan brass section dan biola. Biar lagu rock ini bukan lagu rock biasa. Bukan sekadar grunge atau rock, namun ada unsur psychedelic-nya juga. Nah, itu yang membuat kami diskusi lama, gimana cara buat semuanya nge-blend. Juga lama mencari sound gitar yang pas di setiap part. Di sini kami semua banyak eksperimen. Masalah sound adalah hal yang paling detail karena Qodir selalu mempunyai desain yang mungkin terdengar out of the box dibanding band yang lain.”

Bagi Qodir, musik yang mereka mainkan juga terinspirasi dari ideologi grup rock legendaris dunia, Queen dalam membuat lagu, yaitu melampui genre dan selalu mencoba membuat genre baru. Karena menurut Qodir, tugas musisi muda jaman sekarang dengan kemajuan teknologi dan keanekaragaman musik adalah selalu berusaha menciptakan sesuatu yang baru dengan rasa yang pas.

Dari pengalaman pentas Qodir selama ini, banyak yang menganggap musik mereka terlalu idealis, tidak relevan dengan industri jaman sekarang. Bagi band yang mulai digeliatkan pada 2021 lalu ini, penilaian itu ada betulnya. Makanya, mereka persembahkan karya ‘suka-suka’ ini. Dalam artian, tidak berkompromi dengan selera pasar. Paling tidak untuk saat ini. Karena rencana ke depannya, Qodir mungkin akan ‘melemah’ sedikit untuk lebih mempertimbangkan selera pasar. Tapi bukan berarti mereka akan menghilangkan idealisme.

“Idealisme bagi saya mempunyai arti ide yang logis. Jadi walaupun kami lebih memperimbangkan pasar, contoh kami harus membuat tema lagu dengan banyak-banyak menangkap fenomena apa yang sedang dialami anak muda. Namun tentu kami akan tetap akan berkarya dengan ciri khas kami dengan mengedepankan musik rock agar nanti saat tiba waktunya musik keras bangkit, kami ingin turut terlibat. Karena saya punya keyakinan kuat musik rock akan bangkit lagi,” cetus Dul kepada MUSIKERAS meyakinkan.

O ya, di album “Seribu Bulan” sendiri, Qodir menyebut ada satu lagu yang terbilang paling sulit eksekusi rekamannya secara teknis. Lagu tersebut bertajuk “Sakral”, dimana mereka benar-benar berusaha membuat genre baru. “Kami memadukan musik grunge, world, memasukkan unsur gambus Timur Tengah, lalu irama suara ritual upacara suku Indian, juga strings dan brass section serta dzikir kalimat Tauhid di akhir lagu yang menjadikan durasinya sembilan menit.”

Dengarkan “Aku Butuh Dia”, “Sakral” atau lagu-lagu lainnya di album “Seribu Bulan” via berbagai paltform digital seperti Spotify, Apple Music, YouTube dan lainnya. (mdy/MK01)

Baca juga: