War Of Badar akhirnya bangkit dari tidur panjang, usai rehat selama satu dekade. Untuk membayar kekosongan agresi mereka, kini unit death metal asal Malang, Jawa Timur ini pun melampiaskan sebuah album penuh teranyar bertajuk “Rebirth”.

Kepadatan kesibukan pribadi masing-masing personelnya, adalah faktor utama yang menyebabkan War Of Badar sempat mati suri. Mulai dari menikah, hobi baru hingga urusan luar kota. “Dan kami menghargai pilihan masing-masing personel itu,” ujar pihak band kepada MUSIKERAS, menegaskan.

Terbentuk pada 2007 silam hingga memutuskan berhenti sejenak dari hiruk-pikuk skena bawah tanah pada 2013. Kini, War OF Badar kembali memperkenalkan diri dengan formasi baru, yang diperkuat dua personel utamanya, yakni gitaris Luky Ardiansyah dan Arieph Firmansyah, plus bantuan vokalis Baithul Rohman, dramer Sugar Dhandit dan bassis Rendy Alnesta.

Dari segi materi, mereka masih mengibarkan death metal yang mengombinasikan pengaruh dari pejuang-pejuang cadas dunia macam Kataklysm, Dying Fetus hingga Misery Index. Tahun ini, sebuah perwujudan yang sempurna dari lumbung kreativitas mereka akhirnya terlampiaskan, berwujud 11 trek bengis yang dimuntahkan secara maksimal di “Rebirth”.

Dalam rangkuman albumnya ini, War Of Badar banyak merepresentasikan sudut pandang sosial hingga isu kemanusiaan. Seperti yang terlihat pada trek “Delusi”, dimana mereka mengungkapkan keresahan politisme yang kian bengis, dimana penguasaan kekuasaan menjadi sebuah embel-embel untuk merebut kekuasaan.

Tak luput dari sorotan mereka, juga menyikapi kejahatan genosida Israel terhadap Palestina. Seperti yang diumbar di komposisi berjudul “The Blessed Land”. Lagu ini, sekaligus diakui War Of Badar sebagai lagu yang paling menantang secara teknis saat mengeksekusi rekamannya.

“Karena kami membuatnya mendadak dan tergugah melihat isu genosida di Palestina, membuat kami berpikir kritis dan tajam dalam waktu yang singkat!”

Proses kreatif penggarapan album “Rebirth” membutuhkan waktu selama sekitar sembilan bulan. Mereka merekamnya di rumah salah satu personel, dan keseluruhan proses – termasuk mixing dan mastering – mereka eksekusi sendiri secara mandiri.

Kendati secara kasat mata War Of Badar berada di pusaran death metal saat mengeksplorasi konsep musikalnya, namun mereka sendiri tak pernah secara sengaja melabeli musiknya dengan paham death metal. Mereka lebih senang ranah itu disimpulkan oleh para pendengarnya.

“Yang jelas apa yang didengar bukan deathcore. Mungkin usia dan referensi yang bertambah selama 10 tahun pasti (membuat) pemilihan riff, sound dan musik akan lebih wise.”

Usai peluncuran album, War Of Badar selanjutnya berencana membuat video klip untuk lagu “Delusi”, karena dianggap sangat relevan terhadap dinamika politik yang bengis seperti saat ini. 

Dengarkan “Rebirth” di berbagai kanal digital seperti Spotify, Apple Music hingga Amazon Music. (aug/MK02)