Berdiri pada penghujung 2021 di Semarang, Jawa Tengah, band ini dibentuk untuk mengobarkan niat meramaikan kancah hardcore-punk di kotanya, yang saat ini masih didominasi oleh kaum laki-laki. Sekaligus, Women in Bloom juga ingin menginspirasi para perempuan lainnya untuk membentuk band. Khususnya di skena hardcore punk.
Para personel Women in Bloom yang digerakkan vokalis Rizzky Dhea, bassis Debby Alin, dramer Rafli ‘Arap’ Aji serta gitaris Panglima Raja dipertemukan secara intens di berbagai hajatan panggung ‘bawah tanah’ di Semarang. Dari sana, kesepakatan untuk membentuk Women in Bloom tercetus. Dan kini, sebagai tanda awal keseriusan mereka, sebuah lagu rilisan tunggal bertajuk “Aku Muak” telah dilampiaskan ke publik hardcore punk.
Di lagu tersebut, Women in Bloom memuntahkan sekujur kemuakan atas perilaku orang-orang yang merasa lebih superior dibanding orang lain. Perasaan superior seringkali muncul dalam aktifitas sehari-hari, mulai dari tongkrongan sejawat, rekan-rekan di tempat kerja, hingga lingkup keluarga yang mestinya hangat dan setara.
“Kekuasaan ada di mana-mana,” tulis filsuf pascamodern Michel Foucault. Di mana ada kekuasaan, di sana juga akan ada anti-kekuasaan. “Aku Muak” adalah ekspresi Women in Bloom yang menjadi bagian dari anti-kekuasaan itu.
Proses pembuatan “Aku Muak” sendiri sebenarnya tidak begitu lama. Menurut ungkapan pihak Women in Bloom kepada MUSIKERAS, pengerjaannya hanya sekitar lebih dari dua minggu. Mulai dirancang sekitar 2022 lalu, namun baru diputuskan direkam pada akhir 2023.
“Waktu itu ada beberapa kendala yang membuat kami harus menunda rekaman single ‘Aku Muak’. Salah satunya, kami merombak beberapa part dalam lagu ini sehingga ketika rekaman materi kami benar-benar matang. Proses rekamannya sih tehitung cepat ya, kurang lebih enam jam. Tapi mixing dan mastering yang terhitung lama karena kami harus menentukan sound yang sesuai dengan yang kami inginkan,” urai Women in Bloom yang merekam materi lagunya di Hari Ini Ruang Rekam Studio.
Dengan meminjam sonik Californian hardcore-punk a la Tørsö dan Scowl, juga selundupan groove di sela-sela ketukan beringas hardcore-punk, dosis tinggi kemarahan Women in Bloom diyakini akan mengusik dansa liar penonton di lantai moshing.
Tapi dari segi musikal, konsep Californian hardcore punk sebenarnya tidak sengaja diterapkan Women in Bloom di komposisi “Aku Muak”. Secara jujur, mereka mengaku tidak mematok genre saat menggodok musiknya. “Justru label genre Californian Hardcore-Punk (datang) dari orang-orang yang mendengarkan lagu ‘Aku Muak’ ketika kami manggung.”
Sambil mempromosikan “Aku Muak”, kini Women in Bloom juga sudah membuka jalur kreativitasnya menuju pembuatan album mini (EP) debut. Sejauh ini mereka sudah mengumpulkan beberapa materi. “Tapi kami masih sering workshop agar materi-materi yang kami kumpulkan benar-benar matang sebelum akhirnya direkam,” ujar mereka lagi, meyakinkan.
“Aku Muak” kini sudah bisa didengarkan melalui berbagai platform digital streaming sejak awal Maret 2024 lalu. (aug/MK02)
Kredit foto: @rottenslice
.
Leave a Reply