Hyper – sesuai namanya – benar-benar makin menunjukkan keaktifannya. Setelah enam tahun perjalanannya, melampiaskan deretan lagu rilisan tunggal, menjajal panggung demi panggung, akhirnya meluncurkan sebuah album debut. Diberi tajuk “Don’t Trust Anyone“ dan telah diperdengarkan secara resmi sejak 22 Juni 2024 lalu. 

Tarik mundur, kuintet indie metal asal Bandung, Majalaya yang diperkuat vokalis Adam Surya Abdillah (Mada Beken), gitaris Luthfi Saadil Malik (Kuwil Malik) dan Fajar Fauzi Firdaus (Njay Go) dan dramer Bobby Rezaldi Malik ini sudah menunjukkan kisi-kisi akan hadirnya “Don’t Trust Anyone” lewat dua lagu yang sudah dirilis lebih dulu.

Lagu tersebut adalah “Ready To Fight” (2019) dan “Delusi” (2021), yang juga menyesaki albumnya bersama delapan lagu baru lainnya, yakni “Road to Resolution”, “Who Will Save Us?”, “Lonely Wolf”, “Dendam”, “Crows”, “Resah”, “Epilogue” serta lagu yang dijadikan judul album, “Don’t Trust Anyone”.

Sebagai anak muda yang problematik, lirik-lirik yang ditulis Mada dan Kuwil menceritakan tentang kehidupan pribadi masing-masing personelnya. Mulai dari krisis kepercayaan dan kekecewaan terhadap manusia, kisah romantis yang berujung tragis, kejenuhan melihat berita yang tidak sesuai fakta, yang akhirnya menjadi tema pilihan lagu-lagu di album ini. 

“Secara konseptual, kami terinspirasi dari kehidupan sehari-hari yang dialami oleh masing-masing personel. Akibat dari rasa sakit hati terhadap manusia yang memunculkan ‘trust issue’, kemudian kami serap menjadi konsep utama album ini. ‘Dont Trust Anyone’ sendiri mengajarkan kita semua untuk lebih memilah-milah kepercayaan terhadap seseorang, karena sumber dari rasa sakit adalah kepercayaan yang disalahgunakan oleh manusia,” beber pihak band kepada MUSIKERAS, mengurai lebih lengkap.

hyper

Terjegal Pandemi

“Don’t Trust Anyone” sendiri menjadi judul yang mempresentasikan keseluruhan trek di album. Dalam urusan gaya penulisan lirik, Hyper menyebut band-band dunia macam Saosin, Linkin Park hingga Bring Me The Horizon sebagai referensi untuk album ini.

Proses kreatif penggarapan “Don’t Trust Anyone” menerapkan beberapa metode. Hyper mengungkapkan, ada beberapa lagu yang dibuat secara jamming, tapi ada juga yang digodok oleh Kuwil, atau dikulik bersama Njay. 

Sementara untuk proses rekamannya yang dilakukan di Homeland Studio dan Aska Record Studio, mereka membutuhkan waktu selama empat tahun. Karena pada saat itu, sempat terhadang kekangan pandemi Covid-19 selama kurang lebih dua tahun.

“Pada saat itu juga terkendala bassis kami yang sibuk dengan pekerjaannya dan memutuskan untuk mengundurkan diri di tengah-tengah proses rekaman. Yang akhirnya, pada saat itu, Njay yang mengisi posisi bass buat rekaman di album ini,” ujar pihak Hyper menegaskan.

Keseluruhan proses rekaman delapan lagu juga dianggap Hyper lumayan menantang. Maklum, ini pengalaman perdana bagi mereka merasakan rekaman di studio. “Ada rasa deg-degan juga selama proses rekamannya, karena kami diarahkan langsung oleh Zoteng Kampret (engineer sekaligus produser), yang mana kita tahu beliau adalah orang yang ada di (balik) beberapa album keren dari band-band besar di skena musik metal!”

Bicara tentang aransemen musiknya, Hyper mengakui bahwa proses peracikannya terbilang tidak muluk-muluk. Mereka bermain dengan sequenzer yang beriringan dengan permainan dinamika di bass, yang menjadi salah satu ciri khas band ini. 

Lalu di luar itu, mereka juga mengakui banyak menyerap inspirasi musikal dari band-band metalcore era awal 2000-an seperti Trivium, As I Lay Dying, Lamb Of God, Bullet For My Valentine hingga Killswitch Engage saat mengeksekusi produksi “Don’t Trust Anyone”.

Keseluruhan lagu di album “Don’t Trust Anyone” ini bisa didengarkan di berbagai platform digital. (aug/MK02)