Grindfection berasal dari Tanjung Morawa, Sumatera Utara yang terbentuk pada 2021 dan sepakat memainkan leburan musik grindcore ala Terrorizer dan Misery Index dengan sentuhan thrash metal dari band seperti Sepultura, dan bahkan Obituary yang mengandung unsur-unsur death metal.
Sementara di muatan liriknya, band yang diperkuat vokalis Argamahatta Aritonang (Arga), bassis Gezty Ramadhan (Gezz), gitaris Guntur Surya dan dramer Saji Saputra ini sarat akan pandangan politik dan kemanusiaan.
Mereka merasa konsep itu sedikit bernuansa band Nasum dan Assück yang turut memperkuat karakteristik kemasan Grindfection.
Memang, para personel Grindfection datang dengan latar belakang musikal yang berbeda-beda. Dari death metal, punk hingga grind. Keragaman itulah yang akhirnya mereka lebur, mengawinkan sub-genre grindcore dan thrash metal.
“Proses menentukan benang merah ini yang sebenarnya menarik sekaligus challenging,” ujar mereka kepada MUSIKERAS, meyakinkan.
“Karena sewaktu kami membuat lagu, kami ‘memaksa’ untuk konsentrasi agar menjaga koridor dari masing masing disiplin. Merangsang ide-ide liar memang mengasikkan, tetapi mencoba disiplin terhadap suatu hal yang sifatnya berangkat dari warna tertentu itu mengajarkan kami untuk menjaga hal yang sifatnya prinsipal.”
Lebih jauh, band ini menggambarkan, musik thrashgrind yang mereka mainkan menerapkan disiplin band-band thrash dengan stop and go drum, dan riffing slide chord yang dipadukan riff downstroke untuk merespon blasting drum.
Referensi yang terbilang klasik dan ortodoks tersebut memunculkan perdebatan tentang kenapa hasil mastering suara yang mereka rilis – khususnya di lagu rilisan tunggalnya yang berjudul “Genoshit” – cenderung clean.
“Kami yakin ini akan menjadi perdebatan, namun ini kami pilih sebagai hal yang ideal untuk memulai debut karena berhubungan dengan respondensi pendengar, akan tetapi menjadi seru karena kami menjadi saksi dalam pernikahan biologis antara grindcore dengan thrash metal yang akhirnya menyatukan visi kami berempat untuk menyepakati formulasi ini sebagai koridor kami dalam berkarya.”

Kerangka lagu dan aransemen “Genoshit” sendiri dibuat para personel Grindfection secara bersama-sama di studio, pada awal 2024. Mereka mengakui bahwa proses kreatifnya bisa dibilang berlangsung lancar lantaran sejak awal sudah melakukan pemetaan referensinya.
“Dan intensitas kami di studio juga sudah terprogram dengan serius. Sehingga sewaktu merekam dan mentranslasi karya ini dalam bentuk audio tidak begitu jadi masalah. Aransemen lagu ‘Genoshit’ cukup merepresntasikan EP kami. Lalu pemilihan tema dan lagu ini kami rilis sebagai bentuk dedikasi dan empati kami terhadap kondisi perang di Timur Tengah.”
Menurut mereka, “Genoshit” merupakan rilisan pemanasan menuju peluncuran album mini (EP) debut bertajuk “Infeksi Dendam”. Dicanangkan bakal memuat lima amunisi lagu serta tambahan satu komposisi intro di dalamnya. Jika tak ada kendala, EP tersebut akan dirilis dalam format kaset pita via label Brutal Cortex Records.
Sejak Oktober 2023, penggarapan instrumentasi “Infeksi Dendam” sudah dimulai Grindfection di studio. Kemudian dieksekusi rekamannya pada awal 2024 di Server Studio, di Tanjung Morawa.
“Secara materi EP sudah (di tahapan) final mastering dan dari pihak label kami (Brutal Cortex Records) juga sedang proses produksi, sesuai timeline dari label EP debut ini akan dirilis di awal Januari 2025.” (mdy/MK01)
Leave a Reply