HARDTOKILL: “Perpaduan Metalcore, Death Metal, Hardcore Masih Jadi Identitas Kami”

Konsep itu, dimuntahkan Hardtokill melalui lagu rilisan tunggal terbaru, “Mark of the Beast”, yang menjadi pembuka menuju album keempat.
hardtokill
HARDTOKILL

Hardtokill telah memuntahkan emosinya di “Mark of the Beast”, ekspresi terbaru band asal Jakarta ini, dari keresahan kolektif mereka terhadap situasi global yang semakin gelap, menekan dan tak menentu.

Namun berbeda dibanding tema-tema sebelumnya yang lebih personal, kali ini band yang digerakkan gitaris Rachmat Abdillah, bassis Shandy Yudha, vokalis Agung Sedayu dan dramer Komang Dirgantara Gitta Adi Dharma ini mengajak pendengarnya untuk lebih menyadari dan waspada kondisi dunia saat ini.

Tema lirik “Mark of the Beast” mengangkat narasi kelam tentang dominasi sistem global yang perlahan memaksa manusia menerima ‘tanda’ melalui berbagai bentuk dari teknologi, barcode hingga vaksinasi yang ditanam ke dalam tubuh.

Lewat tuturan eksplisit dan atmosfer musikal yang gelap nan agresif, Hardtokill menyuarakan kekhawatiran akan efek domino dari sistem tersebut, yang tak hanya berpotensi merusak fisik manusia, tetapi juga mengikis sisi spiritual dan kesadaran sebagai makhluk berakal.

Ungkapan di lagu tersebut bukan sebuah sikap ketakutan, tapi ajakan untuk berpikir. “Kami ingin teman-teman memproses apa yang sedang terjadi di sekitar kita. Entah ini sebuah konspirasi atau realita, kita semua perlu waspada dan sadar,” ujar pihak band memperjelas pesannya. 

Momentum Berbahaya

Proses kreatif penggarapan produksi “Mark of The Beast” sebenarnya sudah dimulai Hardtokill sejak awal 2025 lalu. Saat itu, ide riff kasarnya mulai terbentuk. Namun, aransemen secara utuh baru mulai dikerjakan para personelnya pada pertengahan Juni. Sejak saat itu, prosesnya pun dikebut.

Jika dihitung sejak memulai rekaman – yang dieksekusi di Studio K dan Rintop Studio/Three Sixty – hingga ke pemolesan mixing dan mastering, Hardtokill merampungkan “Mark of The Beast” dalam waktu kurang lebih dua minggu. Lalu pada awal Juli, materi langsung diproses untuk dirilis di kanal digital.

Kepada MUSIKERAS, pihak band menegaskan bahwa hampir tidak ada kendala teknis yang berarti, yang mereka temui saat menggarap produksi “Mark of The Beast”.

Namun tantangannya justru datang dari pengaturan waktu para personel, dimana mereka harus kejar-kejaran antara jadwal kerja, urusan rumah dan sesi rekaman.

“Yang menarik, saat proses rekaman berlangsung, kami masing-masing sebenarnya belum benar-benar hapal seluruh part lagu. Jadi, setelah materi selesai secara utuh, barulah kami benar-benar mengulik dan menghafal bagian kami masing-masing.”

Setelah keseluruhan siap untuk dipublikasikan, Sabtu, 19 Juli lantas dipilih sebagai hari peluncuran, bertepatan dengan gelaran showcase Hardtokill yang juga mengusung tajuk ‘Mark of The Beast’.

Rilisan dan hajatan panggung yang juga menampilkan aksi panas dari beberapa band berbahaya seperti Corporation of Bleeding, Trench Horror, Broken Trash, Mahasura dan Fourteen Straight itu sengaja disatukan dalam satu momentum, sebagai bentuk perkenalan resmi lagu terbaru Hardtokill ke publik metalhead.

hardtokill

Moshpit Brutal

Secara musikal, “Mark of The Beast” tetap membawa ciri khas Hardtokill yang memadukan elemen hardcore, death metal dan metalcore yang agresif, penuh ledakan emosi, dan intensitas kemarahan.

“Beberapa teman yang sudah lebih dulu mendengarkan materi ini sempat berkomentar soal intro yang terasa cukup panjang. Katanya, nuansanya mengingatkan pada band-band old school death metal atau thrash metal era ’90-an,” urai mereka.

Kendati demikian, band bentukan 2002 ini menegaskan tidak secara khusus mengarah ke sana, saat meracik komposisi musik di “Mark of The Beast”.

“Intro yang agak panjang itu memang sengaja dibuat untuk membangun atmosfer gelap yang ingin disampaikan lewat lagu ini. Sekaligus juga memberikan ruang bagi para metalhead buat angguk-angguk kecil dulu—pemanasan sebelum akhirnya masuk ke bagian moshpit yang lebih brutal.”

Dan juga, lanjut mereka lagi, bisa dibilang riff yang diterapkan di lagu tersebut merupakan persembahan paling gelap yang pernah mereka hasilkan sejauh ini.

Dalam proses peracikan komposisi serta aransemennya, Hardtokill tidak secara khusus menentukan referensi musik yang dijadikan acuan.

Namun mungkin tanpa disadari, ada di antara personelnya yang sering menyetal lagu-lagu milik beberapa band mancanegara macam Death Vomit, Pantera, Forgotten, Misery Index, Obituary, Ghost, Bolt Thrower, In Flames, Hatebreed, Terror hingga H2O.

“Bukan sebagai referensi utuh, tapi lebih sebagai latar suasana yang nempel di kepala. Kami nggak menjadikan satu band tertentu sebagai patokan. Justru semua itu dicampur aduk secara natural, sesuai dengan mood dan karakter kami sendiri saat nulis dan ngebentuk lagu ini.”

Sejauh ini, setelah “Mark of the Beast” resmi diluncurkan ke berbagai platform digital, Hardtokill telah mencanangkan pembuatan karya album.

Tepatnya, saat ini mereka berusaha mengejar produksi album keempat. Walau prosesnya masih dalam tahap pengumpulan materi. Namun prosesnya dijalani sambil terus meraba-raba arah musikal dan tema lirik yang ingin mereka angkat di album terbaru nanti.

“Apakah akan tetap berada di jalur yang sama, atau justru menjelajah warna baru. Semua masih terbuka dan berkembang seiring proses kreatif berjalan,” seru mereka meyakinkan.

“Mark of the Beast” sendiri dirilis secara resmi melalui label independen The Agony Records. Sebelumnya, Hardtokill telah merilis tiga album, yaitu “The Agony” (2006), “Amarah Jiwa” (25 Juli 2012) dan “Resistan” (21 Januari 2023). (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
ssis
Read More

SSIS: Bukan Sekadar Teriak dan Distorsi

Awalnya dikenal memainkan pop punk, tapi kini SSIS bergerak menuju modern rock dengan sentuhan emosional di lagu terbarunya, “Luka”.