Tiga tahun lebih setelah merilis album debut “Lifeforce”, salah satu gitaris shredder terbaik Tanah Air, Irvan Borneo kembali meluncurkan album rock instrumental terbarunya yang bertajuk “Karindangan” via distribusi independen. Di album berorientasi gitar yang memuat delapan trek tersebut, Irvan mengeksplorasi kemampuannya meramu komposisi yang menyinggung berbagai sisi sub-genre rock.

Secara khusus, menurut Irvan, album keduanya yang digarap di Studio Joglo 72, Jakarta Selatan ini mengedepankan konsep yang lebih luas. “Dalam artian, di sini di setiap lagu mewakili genre tertentu: rock, pop, ballad, slow blues, country, funk yang dikemas dengan lebih mengutamakan sisi melodius sebagai tema untuk menguatkan warna lagu tersebut,” ujarnya kepada MUSIKERAS.

Namun, kendati sosoknya lebih menonjol sebagai seorang gitaris, Irvan tak ingin terjebak pada sekadar eksplorasi gitar. Bagaimana pun, seluruh komposisi yang dituangkannya diolah dengan sangat mempertimbangkan kebutuhan sebagai lagu yang utuh, yang bisa dinikmati banyak orang. 

“Berbeda jauh dibanding album sebelumnya, di sini gue berusaha untuk lebih dewasa dalam menentukan komposisi, riff dan melodi. Harapannya, karena ini album instrumental, namun orang bisa lebih enjoy menikmati lagunya. Tidak selalu mengedepankan unsur teknikal yang rumit, tapi justru di sini akan lebih terdengar variatif bila disimak dari lagu ke lagu.”

Bagi Irvan, hal yang tersulit saat menggarap album ini justru bagaimana mengolah sebuah komposisi sehingga bisa tersampaikan ‘feel‘ atau ‘soul‘ ke pendengarnya. “Setiap lagu tentunya punya tingkat kesulitan tertentu. Yang membedakan cuma pada kebutuhan lagu itu sendiri. Saya mengalami beberapa kali pengulangan pada saat take gitar, terutama pada lagu-lagu yang berirama pelan atau medium.”

Irvan yang punya nama asli Rahmad Irfansyah memulai karir profesionalnya sebagai gitaris pada 1998 dengan membentuk band Embrio dan menghasilkan satu album. Saat itu, pria kelahiran Kotabaru (Kalimantan Selatan), 4 November 1981 tersebut baru berusia 16 tahun. Lalu, tiga tahun kemudian, Irvan direkrut menjadi session guitarist untuk penyanyi Nugie selama setahun. Setelah itu, Irvan dilibatkan pula menyumbangkan permainan gitarnya di tiga lagu untuk album solo debut Ari Lasso, “Sendiri Dulu” (2001). Pada 2009, Irvan sempat membentuk band Sectornine dan merilis satu album. Empat tahun kemudian, Irvan mendampingi KLa Project sebagai session guitarist untuk  konser “KLAkustik 2”. Kini, Irvan tercatat sebagai gitaris tetap untuk penyanyi solo, Anji yang mulai dijalaninya sejak 2011.

Sebagai gitaris dengan kemampuan teknikal yang sangat baik, Irvan yang antara lain mengagumi permainan gitar dari Eric Clapton, Ritchie Blackmoore, Jeff Beck, Joe Satriani, Steve Vai, Steve Morse, Marty Friedman, Dire Straits hingga Nuno Bettencourt (Extreme) ini sudah beberapa kali dipinang berbagai distributor produk gitar ternama sebagai duta resmi (artist endorsee), mulai dari PRS SE, BC Rich, Stephallen hingga Schecter. (mudya)

Susunan lagu di “Karindangan”: 1) 411, 2) Turbulensi, 3) Sabda Pagi, 4) Si Petualang, 5) Kampung Sawah, 6) Riuh, 7) Karindangan, 8) Menanti yang Dinanti