Ada berita mengejutkan dari kubu Blackteeth. Sambil mengumumkan peluncuran single terbarunya yang bertajuk “Pesta di Neraka”, unit rock ugal-ugalan asal Jakarta ini juga menegaskan formasi terkininya. Dua personelnya yang juga tercatat sebagai penghuni resmi band NTRL, gitaris Coki Bollemeyer dan dramer Eno Gitara tak lagi memperkuat formasi Blackteeth, sehingga kini hanya menyisakan vokalis sekaligus founder-nya, Said Satriyo dan bassis Jerremia “Jerry” L Gaol.

Tapi, perpisahan itu bukan karena ada masalah internal. Lalu apa alasan hengkangnya Coki dan Eno? Simpel. Karena Blackteeth kini semakin menjadi band yang professional.

“Blackteeth itu emang proyeknya Satriyo dari awal. Dia yang bikin konsep, dia yang nulis lagu, dia yang ngasih nama. Anaknya ulet dan punya visi yang jelas buat band ini. Dari awal gue diajak sama Eno untuk gabung di Blackteeth, gue nggak heran kalo band ini bisa jalan ke arah yang lebih profesional. Dulu gue pernah bilang ke Satriyo kalo Blackteeth udah sampe di fase ini, lo jalanin aja band ini sama Jerry karena gue sih yakin, walaupun gue dan Eno nggak ada,  Blackteeth masih akan tetep jalan,” urai Coki memperjelas.

“Gue orang pertama yang tertarik dan yakin sama materi yang di-upload sama Satriyo di SoundCloud,” cetus Eno menimpali. “Makanya gue nawarin diri untuk main dram di Blackteeth. Terbukti band ini bisa jadi band yang produktif dan setiap gue pergi ke daerah-daerah sama NTRL, banyak banget orang yang langsung bilang ke gue suka sama Blackteeth. Jujur, gue sih nggak heran karena level band ini emang udah sampe di situ. Jadi gue sih yakin tanpa gue dan Coki pun Blackteeth tetep akan bisa jalan. Gue malah nggak sabar Blackteeth bisa sepanggung dan tur bareng NTRL. Pasti bakal seru banget di backstage, hahaha…!”

Tak ketinggalan, Jerry juga ikut angkat bicara mengenai situasi Blackteeth saat ini. Ia pun menegaskan bahwa ia, Eno dan Coki tidak kesulitan untuk melebur dengan ide dan konsep yang dibuat Satriyo. “Karena referensi dan ketertarikan musik kami berempat sama. Sampai sekarang pun nggak ada yang berubah dengan kondisi Blackteeth, tapi akan jadi stagnan kalau bertahan dengan format awal, karena kenyataannya Blackteeth udah di kondisi untuk lebih profesional dan bertanggung jawab dengan karya yang udah ada. Akhirnya keputusan ini yang harus diambil.”

Lantas, sudah adakah calon pengganti untuk posisi yang ditinggalkan Coki dan Eno? “Ada beberapa nama, tapi masih confidential. Belum bisa gue share,” cetus Satriyo meyakinkan.

Kembali tentang single “Pesta Di Neraka”, di lagu yang tentunya masih menyuguhkan kontribusi musik dari Coki dan Eno, Blackteeth menggeber nafas rock and roll yang kental. “Gue penggemar berat musik rock and roll, dari album pertama pun banyak banget unsur rock and roll yang gue adaptasi ke musiknya Blackteeth. Untuk ‘Pesta di Neraka’, gue coba mengadaptasi lagu ‘Neraka Jahanam’ (Duo Kribo) dan ‘Highway To Hell’ (AC/DC). Harapannya supaya orang bisa benar-benar merasakan serunya pesta di neraka, hahaha,” seru Satriyo dengan nada bercanda.

“Pesta di Neraka” terdapat di album kedua Blackteeth yang bertajuk “Bleki” dan bisa didapatkan dalam format cakram padat (CD) atau via berbagai portal digital seperti iTunes, Spotify, Deezer, Joox, dan layanan music streaming lainnya. 

Sejarah Blackteeth dimulai oleh Said Satriyo ketika mengunggah lagu-lagu ciptaannya di SoundCloud pada 2013 lalu. Karena tidak ingin dikenal sebagai musisi solo, maka konsep awal sebagai one-man project pun bergeser menjadi band. Satriyo lalu mengajak Coki Bollemeyer (NTRL/Sunyotok), bassis Jerremia L. Gaol (Sunyotok) dan dramer Eno Gitara (NTRL) untuk bergabung pada awal Januari 2014 dan memilih Blackteeth sebagai nama band. Pada September 2014, Blackteeth merilis album perdananya yang didistribusikan oleh Demajors, yang diperkenalkan lewat single “Bodo Amat” yang sangat mewakili karakter musik Blackteeth yang ugal-ugalan dan tanpa basa-basi. Album ini lumayan menuai kontroversi karena lirik-liriknya yang sangat vulgar dan tanpa sensor. (MK01)

Kredit foto: Hakim Satriiyo

.