Setelah mengumandangkannya di panggung “Pesta Partai Barbar” di Solo, pada 21 Mei 2017 lalu, Down For Life akhirnya merilis dua karya rekaman barunya, yakni “Kerangka Langit” dan “Liturgi Penyesatan” dalam format piringan hitam (7” vinyl) bertajuk “Menantang Langit” di hajatan “Jangan Lengah Record Fair” yang digelar oleh Demajors di Garage 21, Jakarta Selatan, mulai besok hingga 30 Juli 2017.

“Menantang Langit” sendiri merupakan rilisan pertama unit metal asal Surakarta, Jawa Tengah tersebut dalam empat tahun terakhir. Sebelumnya, Down For Life yang kini diperkuat formasi Stephanus Adjie (vokal), Ahmad ‘Jojo’ Ashar (bass), Rio Baskara (gitar), Isa Mahendrajati (gitar) dan Muhammad ‘Abdul’ Latief (dram) telah merilis dua album penuh, yaitu “Simponi Kebisingan Babi Neraka (2008) dan “Himne Perang Akhir Pekan” (2013).

“Kerangka Langit” dan “Liturgi Penyesatan” sebenarnya sudah digarap sejak April 2014 silam di Studio Kua Etnika Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Yogyakarta, untuk proyek bersama Digibeat. Tapi belum terealisasikan, sampai kemudian Demajors tertarik untuk merilisnya dalam format piringan hitam. Diproduseri oleh Eko Pakting, yang juga menjadi produser di album Down For Life sebelumnya, plus bantuan dari Andreas Oki Gembus untuk pengoperasian teknis rekaman.

Lagu “Liturgi Penyesatan” tentunya sudah tak asing bagi pemuja Down For Life. Karena lagu tersebut merupakan salah satu single dari album “Himne Perang Akhir Pekan” yang lantas diaransemen ulang dalam format akustik, hasil kolaborasi Down For Life dengan Bagus Tri Wahyu Utomo, seorang musisi dan komposer dari Solo. Versi asli yang sarat geberan distorsi digubah menjadi lebih melodius dengan memadukan alunan gitar akustik, string section dan paduan suara. Di versi baru ini, bukannya melemah, namun aransemen “Liturgi Penyesatan” justru menjadi semakin gelap, sesuai uraian liriknya.

Lewat lagu ini pula, untuk pertama kalinya Down For Life merekam dan merilis lagu dalam versi akustik. Rio dan Isa, menanggalkan raungan distorsi gitar mereka dan menggantinya dengan harmonisasi gitar akustik yang dipadukan dengan permainan biola Bagus Tri Wahyu Utomo serta gesekan cello Julius Giri Haryanto. Demikian pula dengan Adjie yang kali ini tertantang untuk menyanyikan liriknya secara berbeda, dibantu paduan suara Tommy dan teman-teman dari Komunitas Jazz Yogyakarta. Kombinasi yang sangat menarik dan mengejutkan dalam ranah musik keras di Indonesia.

Lagu lainnya, yakni “Kerangka Langit” merupakan sebuah karya daur ulang milik salah satu band rock legendaris asal Solo, Kaisar, yang pernah termuat di album kompilasi “10 Finalis Festival rock se-Indonesia V”, rilisan Logiss Records pada 1989 silam. Bagi para personel Down For Life, meng-cover lagu tersebut adalah bentuk penghormatan mereka untuk Kaisar dan kancah musik keras di Indonesia, khususnya di Solo. Lagu tersebut diaransemen menjadi lebih kasar dan ‘ugal-ugalan’ oleh Down For Life dengan menghadirkan vokalis tamu, Rezanov dari Gribs, tanpa menghilangkan aura megah dari lagu aslinya.

“Lagu itu sebagai penghormatan dan perayaan pada musik rock dan metal era ‘80an,” cetus Adjie kepada MUSIKERAS mempertegas. Lalu alasan menghadirkan vokalis tamu karena ia ingin menghadirkan konsep dua karakter vokal.

“Kami aransemen ulang dengan menghadirkan karakter vokal growl seperti biasanya kami, dan vokal tinggi sebagai penghormatan untuk band-band rock dan metal era ‘80an. Rezanov, selain karena teman kami, dia dan Gribs adalah representasi nyata musik glam atau hair metal di era ‘2000an.”

“Menantang Langit” sendiri dirilis dalam dua kemasan, yaitu edisi bundling terbatas – hanya 50 unit – seharga Rp. 250.000,- yang berisi piringan hitam, t-shirt edisi khusus dari Merchcons serta korek gas dari Tokai. Satu lagi adalah edisi biasa yang juga dibuat terbatas, hanya 150 unit, dan dijual seharga Rp. 175.000,-, berisi piringan hitam dan korek gas. (MK01)