Sebuah band beraliran stoner rock dengan inspirasi lirik dari band-band rumpun black metal. Ya, itulah Noose, yang mencoba tampil beda dibanding penganut-penganut Stoner Rock/Metal lainnya yang biasanya cenderung berceloteh tentang luar angkasa, kepercayaan terhadap hal-hal supranatural (okultisme) hingga giting dan acid trip – berbagai hal tentang pengalaman kehilangan kesadaran akibat konsumsi narkoba – dalam tuturan lirik-lirik lagunya.

Noose yang dihuni formasi Firlyano Fadly (vokal/gitar), Kevin Fahmi F (bass) dan Dendi Ahmadi (dram) menyebut konsep musiknya dengan sebutan ‘Misanthropic Stoner Rock’. “Bukanlah sebuah genre yang ‘official’, melainkan hanyalah label yang kami berikan untuk mendiskripsikan musik Noose sendiri, berdasarkan lirik-lirik yang berbau misanthropy, yang banyak terinspirasi oleh black metal. Yang menarik adalah, kami dapat mengangkat tema-tema yang berbau nihilistic dan misanthropy tersebut ke dalam lingkup Stoner Rock/Metal,” urai pihak band kepada MUSIKERAS, menerangkan.

Oh ya, istilah misanthropy sendiri – menurut beberapa kamus – kira-kira bisa diartikan sebagai kebencian atau pandangan miring pada spesies manusia atau kemanusiaan. Sementara nihilistic merupakan pandangan filosofi yang mengatakan bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak memiliki suatu tujuan.

Nah, konsep itulah yang mereka tuangkan di album mini (EP) “Flawless Darkness”. Karya rekaman yang dieksekusi di Cave Studio (termasuk untuk proses mixing and mastering) ini sebenarnya telah diluncurkan sejak April 2018 lalu dalam format kaset, serta cakram padat (CD) dalam jumlah terbatas via label rekaman Hell Is Other Records. Namun kali ini, “Flawless Darkness” akan kembali dirilis ulang dalam kemasan istimewa, dimana peluncurannya akan mengemas kaset dan t-shirt dalam satu kesatuan.

“Flawless Darkness” sendiri merupakan perkenalan awal trio heavy rock anyar asal Malang tersebut, dimana mereka memadukan kegagahan stoner rock dengan kebengisan doom metal. “Noose memiliki visi dan juga keinginan besar untuk memanaskan geliat musik rock purba dengan sound yang modern,” ungkap para personelnya, yang mengaku banyak mendapat pengaruh dari band-band panutan mereka seperti Black Sabbath, Budgie, Deep Purple lalu meraciknya dengan menyuntikkan sentuhan rock kontemporer ala Mastodon, Priestess dan Baroness.

Nama Noose sendiri diilhami dari tiga tembang milik tiga grup rock yang menjadi anthem telinga para personelnya; Eyehategod “Medicine Noose”, A Perfect Circle “The Noose” dan Soundgarden “Pretty Noose”. “Kata ‘Noose’ sendiri berarti ‘tali tambang yang digunakan untuk gantung diri’ yang menggambarkan musik yang kami mainkan; gelap dan muram,” cetus Fadly via siaran pers resminya.

“Flawless Darkness” beramunisikan enam materi orisinil, yakni “N.O.D (Nauseous on Disarray)”, “Witchtrap”, “Surreal Way of Paradise”, “Children of The Grief”, “Devil’s Envy”, “Deathwish” dan “Territorial Pissings”, komposisi daur ulang milik Nirvana dari album ikonik mereka, “Nevermind” yang telah digubah sedemikian rupa sesuai dengan karakter musik Noose.

Keseluruhan lagu digeber Noose dengan distorsi super beringas dan memacu adrenalin. Namun khusus di lagu “Children of The Grief”, para personel Noose mengaku merasakan kepuasan tersendiri karena di lagu itulah yang mewakili pendeskripsian musik Noose secara mendasar. “Dan dalam segi lirik, lagu ini membahas tentang curahan hati dan anthem para outcasts!” (mdy/MK03)

.