Akhirnya, album terbaru GrausiG yang bertajuk “Dogma Dunia Baru (2018)” telah menetaskan single perdananya. Lagu yang terpilih adalah “Propaganda Konsep Ketuhanan”, dan sekaligus dibuatkan video klip sebagai sarana promosinya. Adalah NEC Project yang mengeksekusi video tersebut, dengan konsep penggabungan kisah singkat dua orang anak dengan penampilan dari GrausiG.

Pada awal video tersebut, digambarkan sesuai dengan tema dan lirik dari single “Propaganda Konsep Ketuhanan”, yakni tentang kepolosan dua anak manusia yang terkontaminasi oleh busuknya hasutan dan propaganda oleh segelintir manusia-manusia busuk, berbekal pemahaman tersendiri tentang keberadaan Tuhan sebagai sang pencipta yang secara langsung memberi berdampak pada kehidupan pribadi kedua anak manusia tersebut, mulai dari penyimpangan kepribadian, penghasutan hingga menganggap remeh kehidupan mahkluk lain di muka dunia ini.

Para personel GrausiG, yakni Bolonk (vokal), Mame (gitar/vokal latar), Septian (gitar), Ewin (bass) dan Denny (dram) beralasan, pemilihan lagu “Propaganda Konsep Ketuhanan” memang didasari muntahan liriknya yang dianggap paling mewakili atau merepresentasikan dari keseluruhan tema album.

“Lirik dalam lagu tersebut menggambarkan cara pandang manusia baru terhadap Tuhan-nya masing-masing, yang dianggap paling benar tanpa mempedulikan manusia lainnya,” seru pihak GrausiG kepada MUSIKERAS, menegaskan.

Album “Dogma Dunia Baru” sendiri direkam GrausiG di K Studio dan Apache Studio, Jakarta sejak pertengahan 2017 lalu, lalu dirilis pada akhir Mei 2018. Ada delapan komposisi berbahaya yang disuguhkan GrausiG di album tersebut, yang keseluruhan lahir dari proses workshop, dimana mereka selalu berusaha mengedepankan komposisi.

“Metalhead wajib dengar album ‘Dogma Dunia Baru’, karena di album ini bakal dengar komposisi yang belum pernah ada dan (pernah) dibuat oleh band death metal lokal. Terdengar dan terkesan brutal nggak selalu harus bermain dalam tempo yang cepat serta riffing yang rumit dan teknikal, tapi lebih kepada komposisi lagu yang mematikan!”

Di album terbaru ini, bisa pula dibilang sebagai penanda kebangkitan GrausiG untuk kesekian kalinya. Setelah melewati beberapa kali proses bongkar pasang personel, dan bahkan pernah pula vakum selama lebih dari satu dekade, akhirnya GrausiG memutuskan untuk kembali menancapkan identitas karakter musikalitas mereka yang sesungguhnya. “Dogma Dunia Baru” menjadi momentum bagi GrausiG untuk kembali mengibarkan logo lama mereka, seperti yang dulu menghiasi dua album awalnya, di era ‘90an. Bagi mereka, logo lama GrausiG dirasa lebih mewakili materi serta musikalitas ‘death metal’.

GrausiG yang dibentuk pada 1989 oleh Yahya Wacked (mantan vokalis awal band metal senior Sucker Head), mendapatkan namanya dari bahasa Jerman yang berarti ‘menyeramkan’. Selama menjalani karirnya yang terentang hampir 30 tahun, GrausiG telah menghasilkan beberapa jejak karya rekaman, yaitu “Feed The Flesh To The Beast”, sebuah album mini yang dirilis dalam format kaset oleh Graveyard Prod pada 1997 dan dirilis ulang setahun kemudian oleh Colours Prod.. Lalu album penuh debut bertajuk “Abandon, Forgotten and Rotting Alone” (1999) dirilis via Independen Records/Aquarius Musikindo. Berikutnya sebuah EP berformat kaset berjudul “Tiga Dimensi” (2002) via Alfa Records dan “In The Name Of All Who Suffered And Died” (2013), lalu single “God’s Replicated” (2014) dan kaset kompilasi “Feed The Flesh Who Suffered And Died”. Pada 2016, GrausiG merilis album “Di Belakang Garis Musuh” via Majemuk Records, yang lantas dirilis ulang setahun kemudian oleh Obscure Musick, sebuah label independen asal Amerika Serikat. (mdy/MK01)

.