Satu dekade lalu, album debut bertajuk “Thrash Metal 1983” dikumandangkan oleh unit cadas asal Kota Gudeg, Yogyakarta ini. Sebuah karya rekaman yang digulirkan sebagai perwujudan dari semangat dan misi Metallic Ass untuk ‘memasyarakatkan thrash metal dan men-thrashmetal-kan masyarakat’. Mereka menyukai dan memainkan thrash metal karena memiliki semangat pemberontakan, sebagaimana yang dilakukan para pengusung genre tersebut di era ’80an, diantaranya untuk menghadang dominasi dan kemapanan musik glam metal. 

Tapi Metallic Ass bukan penggelora thrash metal tipikal seperti yang kebanyakan kita temui di skena metal. Mereka dikenal cenderung humoris, khususnya dalam tuturan lirik. Mereka ingin menekankan bahwa musik metal dengan distorsi penuh itu dapat dibawakan secara ceria dan jenaka. Metallic Ass menyebutnya dengan istilah ‘happy metal’. Lalu pesan-pesan dari lirik lagunya juga tidak mengangkat tema ‘gelap’ atau pun seram, melainkan lebih banyak membahas seputar kehidupan sehari-hari yang disampaikan secara lugas kepada para pendengarnya. 

Contohnya, judul-judul lagunya bisa seperti ini; “Distorsi Menendang Bokong”, “Cintaku Dibawa Lari Motor India”, “Asu! Parkirnya Sepuluh Ribu!”, “Metal Sak Modare” dan “Nge-Thrash Dulu Biar Hidup Lebih Teratur”. Kocak!

Konsep unik itulah yang diterapkan trio Denison Wicaksono a.k.a. Denizone (bass/vokal), Denny Arifiyanto (gitar) dan Yuda Hasfari Sagala a.k.a. Bable (dram) di album “Thrash Metal 1983”. Nah, tahun ini, berkaitan dengan perayaan tahun ke-10 perilisan album tersebut, seharusnya Metallic Ass menggelar konser khusus untuk memperingatinya. Namun sayang, pandemi datang menghadang dan membuyarkan rencana tersebut. 

Tapi semangat tetap terjaga. Sebagai gantinya, Metallic Ass pun mengubah konsep dengan menggelar sebuah live session yang telah tayang di YouTube sejak dua minggu lalu. Di proyek manggung virtual bertajuk “Asu! Albumnya 10 Tahun” yang penggarapannya dipersiapkan selama tiga bulan tersebut, Metallic Ass menggasak sebanyak 12 lagu dari album “Thrash Metal 1983”. Mereka tidak hanya tampil bertiga di hajatan itu. Di posisi gitar, ada Adam (Infinite Siennas) membantu menebalkan kegarangan di sektor gitar serta vokalis Dendi (Der Jager) yang dihadirkan di lagu “Metal Sak Modare”. 

.

.

Bagi Metallic Ass, satu-satunya kendala yang mereka hadapi saat menyiapkan “Asu! Albumnya 10 Tahun” adalah ketersediaan dana. Karena menurut penuturan mereka kepada MUSIKERAS, sebisa mungkin mereka bisa meminimalisir biaya yang keluar untuk produksi ini.

“Kami sudah mencoba menawarkan kerja sama sponsor untuk live session ini, tapi tetap belum ada (pihak) yang berminat. Ya sudah nggak apa-apa, kami tetap produksi dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada. Kalau spesifik kendala teknis, kami rasa tidak ada. Karena kami sudah mendapatkan partner produksi yang cukup kompeten yaitu Cosmic Creative untuk membantu kami meng-convert karya kami dari seni pertunjukan menjadi seni media rekam.”

Di mata para personel Metallic Ass, album “Thrash Metal 1983” sendiri merupakan pencapaian mereka yang luar biasa dalam hal musikal pada waktu itu. Karya rekaman perdana tersebut merupakan titik tolak awal perjalanan mencari bentuk dan jati diri dari karya-karya Metallic Ass.

“Tentunya kami juga melakukan koreksi-koreksi minor untuk penggarapan karya yang sudah rilis 10 tahun lalu ini, seperti perbaikan kualitas sound, teknik memainkan alat musiknya, dan lirik lagu, untuk menyesuaikan dengan situasi kekinian,” ujar mereka lagi, sambil memberi contoh lagu “Kehabisan Pulsa” yang kini diubah liriknya menjadi “Kehabisan Kuota”. 

Namun demikian, sampai saat ini pun, Metallic Ass masih menganggap “Thrash Metal 1983” relevan dengan kondisi mereka. Terutama dalam hal semangat memainkan musik thrash metal. Walaupun sudah berselang satu dekade, dan bahkan telah menelurkan album kedua, “Agriculture Thrash” (2015) serta sebuah single bertajuk “Kedaulatan Metal” (2018).

“Bagaimana pun (album itu) akan tetap menjadi inspirasi kami dalam berkarya. Dimana ketika itu, kami masing-masing berada dalam keterbatasan, namun tetap bisa menghasilkan karya album sendiri. Tema-tema lirik yang kami ciptakan sampai saat ini masih sama dengan album pertama, yaitu kritik sosial, kehidupan sehari-hari, dan nasionalisme, serta (terapan) riff-riff yang terinspirasi dari musisi metal tahun ’80-‘90an. Intinya, konsep musikal ‘Thrash Metal 1983’ masih mewakili semangat kami dalam bermusik.”

Walau masih dalam situasi pandemi, Metallic Ass tak ingin pasrah dan berdiam diri. Kini band yang sudah bergerilya sejak 2008 silam ini mulai mengumpulkan materi dan selalu berusaha menemukan sesuatu yang baru. Tentunya juga ada pemikiran untuk melepas album baru dan kini sedang dimatangkan konsepnya. Kami nggak benar-benar diam dan nggak bikin apa-apa. Sesekali kami akan merilis konten-konten semacam video clip, single dan live session seperti sekarang untuk tetap berkarya.”

O ya, selain di kanal YouTube, “Asu! Albumnya 10 Tahun” juga dapat dinikmati melalui berbagai platform digital lainnya. (mdy/MK01)

.