Genre dalam konteks musikal sesungguhnya hanyalah sebuah penuntun, atau pedoman untuk mengenali pijakan utama sebuah band. Tapi tidak bersifat mutlak, melainkan justru sebagai sumber inspirasi untuk bereksplorasi lebih jauh. Seperti yang diyakini unit black metal asal Bandung ini. Black metal menjadi rumah, yang lantas dihiasi berbagai ornamen untuk membentuk identitas atau ciri khas, yang membuat Godphobia berbeda dibanding band-band sejenis.

Di single terbarunya yang bertajuk “I’ll Realize I’m Your Devil in the Shadow That Makes Me Feel Die”, Godphobia yang kini diperkuat formasi Moh. Lulu’I Fajrin a.k.a. Baba Balthazar (vokal), Faridz Chaider Rahman a.k.a. Luciferian (gitar), Erick Kurnia a.k.a. Ericktus Corneas (bass) dan Dendy Budiman a.k.a. Dendi (dram) ini mencoba mengolaborasikan kekelaman black metal dengan instrumentasi tradisional Sunda yang bernama Tarawangsa. Lalu mereka juga melibatkan alunan suara penyanyi wanita bernama Alice.

Ekesekusi konsep ini tidak gampang. Paling tidak menurut Godphobia, mereka butuh waktu selama satu setengah tahun untuk meraciknya. “Kami sedikit kesusahan untuk menyatukan instrumen tradisional lokal, lebih tepatnya Tarawangsa, dengan instrumen modern. Bagai minyak (bertemu) dengan air. Tapi kami berusaha membuat chemistry-nya,” tutur pihak Godphobia kepada MUSIKERAS mengungkap tantangannya.

Lebih jauh, Godphobia menyebutkan bahwa lagu yang mereka garap di Teargas Lab Records, Bandung tersebut juga memasukkan empat elemen untuk melengkapi aransemen lagunya. Mereka berusaha keras untuk fleksibel terhadap ‘pakem’ black metal.

“Mungkin kami berbeda dibanding band-band black metal yang lain karena kami membuat musik black metal versi Godphobia sendiri, seperti memasukkan genre lain di musik kami. Referensi kami banyak, seperti genre punk, heavy metal, rock hingga folk metal.”  

Lalu yang menarik, band yang terbentuk di kawasan Cicaheum pada Januari 2012 lalu ini juga tak ingin setengah-setengah dalam penulisan maupun penjiwaan lirik. Mereka pada dasarnya mengambil tema tentang psychopath dan bipolar depression. Mereka menceritakan kisah nyata yang dialami orang    yang memiliki bipolar depression, suatu gangguan mental yang menyebabkan terjadinya perubahan mood yang ekstrim. Membuat perasaan orang yang mengalaminya bisa berubah secara tiba-tiba, dari sangat bahagia (mania) menjadi sangat sedih (depresi).

“Kami mendatangi mereka untuk diajak berbagi pengalaman mereka. Tapi masih kurang nyata bagi kami untuk menceritakannya, dan vokalis kami (Baba Balthazar) mencoba untuk merasakan bagaimana menjadi bipolar depression. Selama tiga bulan, vokalis kami mengalami bipolar depression, dan di saat itulah ia menulis lirik single ‘I’ll Realize I’m Your Devil’,” urai Godphobia lagi, berusaha meyakinkan.

Perlu diketahui, ihwal terbentuknya Godphobia sendiri memang dilatari adanya kertepurukan secara emosional personelnya dan Godphobia adalah wadah untuk mencurahkan isi kertepurukan tersebut.

Setelah “I’ll Realize I’m Your Devil in the Shadow That Makes Me Feel Die” yang akan dilepaskan secara resmi pada 31 Oktober 2021 mendatang, rencana Godphobia berikutnya adalah menggarap materi album penuh yang ditargetkan bisa rilis tahun depan. Sebelumnya, mereka sudah pernah merilis album mini (EP) debut bertajuk “In Satan We Trust” pada Januari 2019 lalu. (mdy/MK01)