Dalam kurun waktu dua tahun sejak melepas rilisan lagu tunggal pertamanya yang bertajuk “Under Control”, tepatnya pada 26 Desember 2020, banyak hal baru yang menyemangati komplotan punk bengal asal beberapa daerah di Jawa Timur ini. Saat menggodok lagu barunya yang telah dimuntahkan pada 9 April 2022 lalu, yakni “Shapeless Shadow”, Dissident telah diperkuat formasi baru.

Penambahan personel dilakukan untuk melengkapi dan menambah elemen-elemen baru yang menjadikan Dissident sebagai entitas yang lebih solid. Dan di sisi lain, ide-ide saat penulisan materi pun juga ikut terkerek. Walau sempat tersendat selama kurang lebih satu tahun lantaran hadangan pandemi, namun kini mereka memutuskan untuk meracik dan merancang ide baru setelah semuanya bergabung.

Dissident yang terbentuk sejak 2019 kini dihuni oleh Muhammad ‘Cumik’ Misbach (vokal), Mahardika ’Dika’ S.K. (gitar/vokal), Wira Anggit (gitar), Imam Iwantoro (dram) dan Reisza ‘Sinyo’ Romadona (bass), yang merupakan para musisi gabungan dari beberapa band, seperti Nuclear Force, Obat Bius, Nowhere, Snap Attack dan Zygore.

Perubahan itu, tentu saja membawa pengaruh besar yang positif dalam peracikan lagu. Jika dibandingkan dengan “Under Control” misalnya, Dissident meyakinkan sangat banyak elemen baru yang masuk. Khususnya sejak mereka mengajak rekan musisi yang mereka percaya sanggup dan memiliki antusiasme yang sama dalam bermain musik. 

.

.

“Dan tentunya, kami memutuskan untuk tambah personel untuk menambah gairah kami dan menambah insight kami dalam proses berkarya dan penulisan materi. (Jadi) Perbedaannya cukup signifikan, mulai dari progresi kord, memorable riff dan tentunya isian vokal yang makin terasa gelap dan marah,” tutur Dissident kepada MUSIKERAS, meyakinkan.

“Shapeless Shadow” sendiri, lanjut Dissident, merupakan bentuk manifestasi dari ketakutan-ketakutan dalam kehidupan bersosial di bawah kuasa tiran pada hari ini. Sebuah bentuk protes secara sarkas terhadap kehidupan masyarakat khalayak umum yang hanya mengikuti arus zaman dan mengkonsumsi setiap bentuk dari kapitalisme modern.

Pesan di lagu itu, selaras dengan konsep keseluruhan “Menjaga Nyala Berbagi Api”, judul album yang kini tengah mereka kerjakan. “Shapeless Shadow” merupakan bagian dari album tersebut. “Singkatnya adalah sebuah kumpulan berbagai macam bentuk protes terhadap lingkungan, penguasa yang tiran, dan sebuah ritus kami untuk menjaga semangat-semangat insureksioner agar tetap berapi-api dalam merayakan kehidupan ini.”

Walau berada dalam golakan pusaran punk, namun Dissident tak ingin menerapkan pakem yang membatasi. Untuk mengekspresikan lirik-lirik brutalnya, mereka menggodok musiknya seekspresif mungkin, dengan melibatkan elemen genre lain seperti new wave of British heavy metal, black metal, death metal serta tentunya, D-Beat.

“Tak melulu harus satu warna genre, karena hal tersebut bisa membuat kami jadi buntu dalam proses berkarya. Dan dari banyaknya elemen atau warna musik dari genre yang berbeda tadi, kami dapat merumuskan formula baru pada warna musik kami dan tentunya membuat kami nyaman dalam berkarya,” seru Dissident menegaskan.

Selain di kanal YouTube, “Shapeless Shadow” juga bisa didengarkan di situs Bandcamp. (aug/MK02)