Hari ini, unit cadas asal Pasuruan, Jawa Timur ini akhirnya resmi meluncurkan album mini (EP) debutnya yang berjudul “Exploitation Disaster”. Sebelumnya pada 22 April 2022 lalu, sudah lebih dulu dipanaskan ancang-ancangnya lewat lagu rilisan tunggal berjudul “Jiwa” yang dilepas dalam format video musik.

Khususnya di “Jiwa”, walau hanya berdurasi satu menit delapan detik, namun visualisasi peluru grindcore tersebut menayangkan pesan tematik yang mengusik jiwa. Tentang gejolak alam, akibat keserakahan manusia yang mengakibatkan bencana alam. 

“Sebetulnya, konsep yang kami usung di lagu ‘Jiwa’ dan EP ‘Exploitation Disaster’ ini masih selaras, yaitu menyerukan tentang perusakan alam yang membawa dampak signifikan terhadap ketidakseimbangan lingkungan, akibat krisis iklim global maupun ulah manusia itu sendiri yang mengakibatkan pemanasan global, kerusakan hutan, efek gas rumah kaca hingga asap industri pabrik,” seru pihak Tigris kepada MUSIKERAS, merinci cakupan lirik-lirik lagunya.

Dan kebetulan, keseharian salah satu personel band ini, yakni gitaris Andika Reski Maulana aka Dika juga merupakan aktifis hutan daerah pegunungan di Jawa Timur. Bahkan ia pernah menjadi relawan untuk memadamkan api di kawasan gunung Welirang selama tiga hari tiga malam, meninggalkan anak dan istri. 

.

.

Tidak hanya itu. Nama Tigris sendiri pun rupanya berarti harimau, tepatnya Panthera Tigris yang diambil dari bahasa Latin. Tigris mempunyai sifat seperti manusia pemberani dan bersuara lantang ketika merasa lingkungannya terancam, sama seperti bentuk keperdulian aktifis hutan dan lingkungan yang berani dan bersuara lantang demi melindungi hutan akibat eksploitasi hayati. Dan lagi-lagi, juga ada hubungannya dengan profesi Dika lainnya, dimana ia pernah menggeluti profesi sebagai pawang harimau di salah satu kebun binatang di Jawa Timur selama lebih dari dua tahun.

EP “Exploitation Disaster” yang secara secara keseluruhan berdurasi tujuh menit 75 detik, mulai digarap Dika, vokalis Ade Pratama Wicaksono aka Adhe serta dramer Rizky Ridho Syahputra aka Edo sekitar tiga bulan, sejak terbentuk pada Januari 2022. Ketiganya mengeksekusi rekamannya di tiga studio berbeda, lantaran terbentuk jarak dan waktu. Untuk isian gitar, bass dan dram dikerjakan Tigris di Hendika Samastha Soundlab, Malang. Sementara untuk vokal direkam di Scenesalabim milik Ilham Cactus Enemy dan Dfez Studio Recording, Pasuruan. Setelah keseluruhan rekaman rampung, dilanjutkan pemolesan mixing dan mastering di Hendika Samastha Soundlab.

“Untuk menentukan deadline rekaman, kami pun harus mengondisikan waktu luang satu sama lain karena masing-masing personel mempunyai pekerjaan utama di luar musik. Proses rekamannya menghabiskan waktu dua bulan. Di sisi lain, sambil menunggu proses mixing dan mastering selesai, kami pun mulai fokus untuk penggarapan video klip single ‘Jiwa’.”

Pengambilan gambar untuk video musik “Jiwa” sendiri dilakukan di lereng gunung Arjuno, tepatnya di area hutan dekat desa Tambak Watu, Kabupaten Pasuruan. Tigris dibantu oleh rekan-rekan mereka dari Warlast 21 dalam menggarap produksi videonya. Meskipun terkendala hujan, proses penggarapan bisa berlangsung lancar karena tim Tigris sudah mematangkan konsepnya terlebih dahulu, dan mereka benar-benar memaksimalkan waktu yang ada.

Berhubung EP “Exploitation Disaster” merupakan karya album mini perdana mereka, maka para personel Tigris pun mencoba untuk saling bereksplorasi satu sama lain dalam menentukan konsep musiknya. “Kami menggabungkan antara musik death metal, crust-punk hingga stoner,” cetus Tigris meyakinkan.

Kini, EP “Exploitation Disaster” yang juga memuat lagu-lagu berhulu ledak tinggi seperti “Headstrong”, “Eksploitasi Api”, “You Die”, “Jengah”, “Godbless Us” dan “Murka” sudah bisa didapatkan dalam format fisik (CD). Untuk pemesanan, silakan langsung menghubungi akun resmi Tigris di Instagram, @tigris_gc. (mdy/MK01)