Band metal asal Bandung yang baru terbentuk tahun lalu ini berawal dari persekongkolan bermusik di lingkungan kampus. Tadinya hanya untuk kepentingan acara-acara kampus dan sekadar penyaluran hobi. Bahkan saat itu, Underveins tak punya visi apa-apa dalam menentukan jalur musiknya. Hingga suatu saat, tercetus keinginan dari gitaris Adib Arieqy untuk membangkitkan skena musik heavy metal ‘bawah tanah’ di di kota Bandung.
Personel lainnya saat itu, yakni vokalis Muhammad Mufli Rafiandy Bagdja, gitaris Daniel Agra Shabiru serta bassis Reizaki Muhammad Arhassa rupanya memupuk niat yang sama. Kegiatan band itu pun mulai memasuki fase serius. Mereka lantas mencari seorang dramer, dan akhirnya dipertemukan dengan Dito Triadi Rachmadan.
“Di saat itulah Underveins mulai terbentuk. Underveins sendiri memiliki arti, kami akan tetap berkarya selama pembuluh darah kami masih berjalan,” cetus pihak band kepada MUSIKERAS, meyakinkan misinya.
Keseriusan Underveins terbukti. Hari ini, 3 Juni 2022, mereka akhirnya berhasil merampungkan dan meluncurkan secara resmi sebuah lagu rilisan tunggal bertajuk “Jiwa dan Moral”. Lagu ini dicanangkan bakal menjembatani menuju album perdana Underveins.
Proses kreatif saat merekam “Jiwa dan Moral” sendiri dilakukan secara during dan luring lantaran beberapa personel Underveins ada yang bekerja di Jakarta. Alurnya dimulai dari Adib dan Reizaki yang memberikan gambaran demo terlebih dahulu kepada para personel melalui metode berbagi data di google drive.
Selanjutnya, Daniel, Dito dan Mufli akan melakukan penyeleksian ide dan gambaran terhadap demo yang telah dibuat, seperti lirik dan riff-riff yang harus diubah. Setelah keputusan akhir terhadap ide dan gambaran telah dibuat, barulah mereka memutuskan untuk latihan di studio musik untuk menyocokkan ide-ide dan gambaran yang telah diberikan.
.
.
Proses tersebut, menurut tuturan Underveins, menghabiskan waktu sekitar tiga minggu untuk penataan aransemen lagu dan penulisan lirik. “Setelah latihan bersama, kami merasa lagu ‘Jiwa dan Moral’ sudah layak untuk didistribusikan kepada publik, khususnya penikmat lagu heavy metal. Kami (lalu) memutuskan untuk rekaman, mixing dan mastering lagu kami ini di Southside Chamber Bandung.”
Konsep musik yang dituangkan Underveins di karya awalnya itu didominasi penggabungan sub-genre metal seperti, thrash metal, hardcore, metalcore dan groove metal. Bertempo sedikit cepat, yang dipacu oleh campuran riff heavy metal dan oldschool hardcore. Tapi di bagian melodi ada pengaruh gaya thrash metal serta groove metal era 90-an yang kental, namun diaplikasikan secara modern.
Setiap personel menumpahkan referensi masing-masing dalam penggarapan “Jiwa dan Moral”. Antara lain mencoba menuangkan pengaruh dari band-band cadas dunia macam Pantera, Megadeth, As I Lay Dying serta pahlawan lokal, Seringai. Mereka beralasan, penggabungan itu dilakukan karena ingin membuat pendengarnya menjadi seperti ‘melakukan perjalanan’ (traveling) terhadap lagu “Jiwa dan Moral”.
“Maksud dari ‘traveling’ ini adalah, kami ingin pendengar lagu kami seakan-akan seperti diajak jalan-jalan oleh part-part yang ada di dalam lagu. Dengan seperti ini, kami berharap pendengar tidak cepat bosan untuk mendengarkan lagu kami.”
Setelah perilisan “Jiwa dan Moral”, Underveins berencana mulai menggalakkan kegiatan panggung untuk memperdengarkan “Jiwa dan Moral” sesering mungkin, sekaligus untuk memperluas koneksi mereka di kalangan penikmat musik heavy metal. Selain itu, juga ada rencana untuk mulai menggarap demo lagu-lagu mereka untuk kebutuhan album.
“Lagu kami sudah banyak, tapi belum bisa kami eksekusi karena kami ingin mencari gigs dan panggung-panggung lainnya terlebih dahulu,. Ini bertujuan agar nama Underveins setidaknya sudah mulai dikenal. Jadi kami lebih mengutamakan mencari massa terlebih dahulu.” (aug/MK02)
Good start… keep it up… ans Good Luck 👍🏻🤲