Walau usia kuartet cadas asal Jakarta ini baru sekitar enam bulan, tapi sejak awal mereka bertekad harus merampungkan karya lagu orisinal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bidikan awal, Mei 2022 sudah bisa mengeksekusi keseluruhan proses rekaman, mengingat kesibukan masing-masing personel yang dikhawatirkan bisa menjegal prosesnya. Target itu berhasil. Pada 13 Juli 2022 lalu, Mahasura akhirnya berhasil melampiaskan lagu rilisan tunggal debutnya yang bertajuk “Bipolar”.
Bagi para personelnya, yakni Imadudin Robani Adam aka Adam (gitar/sequencer), Reza Andrian (dram), Zakiy Rappabillah (vokal) dan Muhammad Riyan Marlius aka Iyan (bass), menggarap “Bipolar” bukan urusan mudah. Proses yang mereka lewati cukup panjang. Karena di aransemen lagu tersebut, Mahasura melebur dua unsur penting di ranah metal yang terbilang sangat menantang, yaitu blackened dan deathcore. “Bipolar” menerapkan pola riff kelam ala black metal yang kemudian dicampur dengan riff-riff serta breakdown ganas ala deathcore.
“Lagu pertama ini yang akhirnya mengantarkan kami untuk menggarap ‘Bipolar’ dengan mengambil referensi dari beberapa band. Untuk blackened-nya sendiri, kami ambil dari Behemoth. Karena menurut kami, nuansa yang dimiliki Behemoth sudah sangat sempurna untuk mencirikan blackened itu sendiri. Kalau untuk deathcore, kami mengambil referensi dari Mental Cruelty. Walaupun masih belum seperti mereka, kami sejauh ini mengambil gaya ambiance di aransemen mereka yang akhirnya kami aplikasikan di ‘Bipolar’ lewat isian-isian dark choir dan strings,” papar Mahasura kepada MUSIKERAS, merinci konsepnya.
.
.
Lewat “Bipolar”, Mahasura memang ingin mencoba sesuatu yang baru. Menurut mereka, konsep perpaduan yang mereka terapkan masih terbilang langka di Indonesia. “Rata-rata mungkin hanya fokus untuk bagian deathcore-nya saja, dan hanya sedikit memasukkan unsur blackened di dalamnya. Selain itu, memadukan konsep ini juga membawa kami berempat untuk melewati batas-batas bermusik kami.”
Sebagai contoh, lanjut Mahasura lagi, jika biasanya mereka hanya memaksimalkan bebunyian dari instrumen yang mereka mainkan masing-masing, maka kali ini malah harus menambahkan isian-isian lain dari perangkat lain. Dari sisi teknis, metode itu sangat menguras tenaga karena mereka harus menambah perangkat instrumentasi sequencer demi menunjang isian-isian tadi. Khususnya jika dimainkan secara live.
“Untuk band baru seperti kami yang semuanya dilakukan sendiri, itu sangat mengurasi tenaga. Tapi justru di situlah tantangannya. Selain itu, kami juga harus latihan intensif karena perpaduan genre ini membawa kami ke dalam perpaduan tempo yang berbeda juga. Perubahan-perubahan tempo di dalam lagu harus diakui cukup berat, khususnya untuk dramer kami yang nggak terbiasa bermain deathcore.”
Tapi bagi personel Mahasura, khususnya Adam, hadirnya “Bipolar” memberi makna yang sangat penting bagi bandnya. Karena lagu itu adalah sebuah pencapaian bagi Mahasura. “Jadi gue ngerasa, kalo udah ada single dan dirilis ke publik, itu artinya lo udah siap ngejalanin band ini secara serius. Jadi ‘Bipolar’ punya banyak arti buat kami,” cetusnya.
Di samping itu, kehadiran “Bipolar” sekaligus membuka pintu kreativitas Mahasura ke tahapan berikutnya, yaitu target merilis album mini (EP). Mereka ingin sesuatu yang lebih konseptual. Tapi sebelumnya, akan ada rilisan tunggal kedua sebelum merampungkan EP, yang ditargetkan bisa diletupkan tahun depan.
“Bisa dibilang, progresnya masih sangat jauh, masih sekitar 35%. Yang jelas, kami mau fokus ke penggarapan single kedua dahulu meskipun sebenarnya gambaran EP akan jadi seperti apa sudah kami punya.” (mdy/MK01)
.
.
Leave a Reply