Seperti karya sebelumnya, yakni “Lokomotif” yang dilepasliarkan pada April 2020 lalu, kini unit rap rock asal Jakarta ini kembali menebar harapan, semangat dan kekuatan untuk siapa saja yang mendengarkan karya lagunya. Seperti yang dikobarkan MightySound di lagu rilisan tunggal terbarunya, “Last Fight”. 

Dilepas sejak 12 Agustus 2022 lalu, “Last Fight” dilahirkan di masa pandemi, masa sulit dimana semua orang dipaksa berjuang untuk bertahan hidup. “Last Fight” menggambarkan semangat juang dari seseorang meskipun ia berada dalam titik terendah dalam hidupnya. Kata ‘Last’ di sini adalah sebuah metafora bahwa semangat juang itu dihayati setiap hari,  seakan-akan hari itu adalah hari terakhir dalam hidup. Dengan kata lain, semangat yang berusaha ditularkan oleh lagu “Last Fight” adalah semangat juang untuk memberikan yang terbaik setiap hari.

MightySound yang diperkuat formasi Yezki Hutagalung (vokal), Tino Hutabarat (gitar), Rey Masli (bass) dan Yoel Kusworo (dram), kali ini berkolaborasi dengan penyanyi neo soul/R&B wanita, Mathilda Alice Benedicta saat mengeksekusi “Last Fight”. Alasannya, karena mereka juga ingin menekankan bahwa sejatinya para pejuang dalam kehidupan tak hanya dari jenis kelamin laki-laki, melainkan juga para perempuan.

“Perempuan secara fisik kelihatannya mungkin lemah, tapi sebenarnya mereka kuat, mereka pejuang. Contohnya, perempuan yang melahirkan. Bukti-bukti sejarah lain seperti para pahlawan perempuan Indonesia yang telah berkontribusi besar terhadap negara ini juga membuktikan bahwa sejatinya perempuan adalah para pejuang,” seru Tino Hutabarat menegaskan. 

Namun dari sisi musikal, ada sedikit pergeseran terapan di aransemennya. Racikan musik dibuat lebih minimalis, dengan mengurangi kadar distorsi. Menjadi lebih transparan, tidak terlalu berat. Karena “Last Fight” memang diproyeksikan bisa didengarkan berbagai kalangan. Siapa saja yang mendengarkannya bisa merasa terwakili. 

“‘Last Fight’ lebih bermain di nuansa ambient modulasi sound. Kami ingin menghantar sound yang lebih seperti story teller , lebih sedikit secara emosi dan musiknya dibangun dari bawah. Lalu ada nuansa suara wanita dimana kami ingin mengantarkan rasa keanggunan melodi. Tapi di ujung lagu, tetap ada emosi teriakan Yezki dan ada unsur metal dengan sedikit suara scream,” urai pihak band kepada MUSIKERAS, menjelaskan.

Pengurangan kadar distorsi di sini, diawali Tino lewat sound gitar drive modulasi, ditemani alur bass dari Rey yang terjaga emosinya. Baru saat memasuki chorus menuju akhir lagu yang melibatkan distorsi. Di lini dram pun kuarng lebih senada, dimana Yoel memulai dengan pendekatan ketukan gospel yang pelan, yang lantas perlahan ditingkatkan menuju kekerasan rock. Di lagu ini, Yezki juga lebih banyak menerapkan alur vokal yang bernyanyi. “Kalau di ‘Lokomotif’, dari awal sampai akhir kami betul-betul direct distortion secara sound dan juga eksekusinya garang!”

.

.

Proses kreatif MightySound dalam menggarap “Last Fight” berawal dari ide riff gitar dari Tino yang dieksekusi dengan terapan sound berkarakter delay-drive. Dari situ lantas dikembangkan bersama personel lain untuk menentukan bentuk lagu keseluruhan. “ Kami ingin lagu ini bercerita dengan anggun tapi kuat dalam pesan, sehingga kami terpikir untuk duet dengan vokal wanita yang anggun sekaligus powerful.”

Saat rekaman yang dieksekusi di Sonic Garage, Jakarta, teknisnya melibatkan Reney Karamoy dari duo alternative rock, Scaller sebagai produser. Untuk teknis isian gitar, Tino menggunakan sistem todong ke ampli (direct), yang diarahkan secara teknis oleh Reney. Salah satu alasan Tino ingin diproduseri oleh Reney – selain karena berteman dan sama-sama berprofesi sebagai gitaris – tetapi juga karena Tino menginginkan ada nuansa Scaller yang mungkin bisa dimasukkan ke dalam lagu “Last Fight”. Khususnya dalam eksplorasi sound modulasi, delay, chorus dan drive.

Disamping itu, Reney juga banyak memberi referensi baru di lini bass dan dram, baik secara musikal maupun penataan suara. Namun tetap mempertahankan karakter Rey dan Yoel yang memang sudah kuat.

Selain Reney, juga ada kontribusi dari Stella Gareth – juga dari Scaller – sebagai pengarah vokal. Peran Stella, bagi MightySound juga sangat penting karena menghadirkan arah yang fresh bagi Yezki saat mengeksekusi lini vokal. Ditambah kehadiran Alice juga menambah keseruan “Last Fight”. Jadi selain rap dan rock dipertahankan Yezki sebagai warna dasar departemen vokal MightySound, kontribusi Alice juga memberi pengaruh ke Yezki sehingga dia bisa merespon dengan lebih melodius dalam lagu ini.

Kemasan musik “Last Fight” menyeluruh, di sisi lain juga banyak menyerap pengaruh atau inspirasi dari band-band luar macam Papa Roach – khususnya yang berkolaborasi dengan Skylar Grey – serta Bring Me the Horizon yang berkolaborasi dengan Sigrid. “Di situ mereka berkolaborasi dengan vokalis wanita dengan genre yang berbeda dari mereka, menghasilkan lagu yang ballad namun tetap ada unsur rock.”

Usai “Last Fight”, MightySound memproyeksikan dua lagu tunggal berikutnya. Kemudian sebelum tutup tahun, mereka berharap bisa merilis album mini (EP). “Saat ini kami sedang mereka bagian per bagian eksplorasi ide-ide baru. Sound semakin lebar, dan kami juga ingin lebih berani memasukkan unsur-unsur musikal yang lebih luas. Cukup terpengaruh dari pengalaman di ‘Last Fight’, bahwa kalau ternyata berani ekplorasi yang lebih out of the box itu seru banget sebagai musisi dan band.” (mdy/MK02)

.

.