Hubungan ‘foursome’ tiga pria dengan satu wanita asal kota Tangerang ini akhirnya kembali meneruskan perbuatannya. Tapi tidak dalam urusan seks, melainkan agresi positif di skena musik keras. Pejuang deathgrind yang memadukan gaya lama dengan pengaruh-pengaruh modern bernama 4SVM (baca: foursome) ini telah melampiaskan sebuah karya rekaman berformat demo bertajuk “Prelude to Diorama X62”.
Para personelnya; Iqbal ‘Omo’ Ify (vokal), Abas ‘Kangbaz’ (dram), Ricky ‘Dosa’ Erefa (bass) dan Anggi ‘Dat’ Pratiwi (gitar) menggeber tiga lagu yang menjadi amunisi panas di demo tersebut. Masing-masing berjudul “Konvensi 3 Kata”, “Tirani” serta lagu yang dijadikan judul demo, “Prelude to Diorama X62”.
Secara teknis, eksekusi rekaman “Prelude to Diorama X62” dilakukan 4SVM secara live di ERK Studio, di Tangerang yang hanya menghabiskan satu shift durasi pemakaian studio. Itu pun sudah termasuk tahapan mastering yang dipercayakan kepada Redu (Jasad). Menurut tuturan pihak 4SVM kepada MUSIKERAS, walau tidak menerapkan sistem tracking, tapi tata suara yang dihasilkan cukup lebar.
“Proses pembuatan demo CD kami kemarin cukup cepat ya, karena kami sudah tahu tugas masing-masing dalam pengerjaan materi. Kurang lebih proses dari pembuatan materi hingga jadi CD demo itu (selama) dua bulan. Walau dramer saat itu masih tinggal di Bandung, tetapi Alhamdulillah tidak ada halangan.”
.
.
Deathgrind yang menjadi benang merah musik 4SVM sebenarnya tak lepas dari latar belakang para personelnya. Bisa dibilang masing-masing awalnya punya minat besar terhadap grindcore, namun juga datang dari skena metal. Anggi sebelumnya pernah menghuni band Radang Kelamin, lalu Abas dari Jasad dan Undergod, Iqbal dari band Malam Jumat, Gelap dan Radang Kelamin serta yang terakhir, Ricky (Radang Kelamin/Aestees/Radical Artery).
“Konsep yang 4SVM usung tetap grindcore, yang lebih berat ke death metal, yang menjadikan musik kami disebut Deathgrind. Tetapi dengan konsep karakter kami masing-masing, dikarenakan gitaris kami yang baru memainkan musik yang kuat akan downstroke triplet dan dengan sentuhan riff minor diminish yang modern dan menjadi tantangan baru. Karena di band sebelumnya belum memainkan musik deathgrind,” urai pihak 4SVM lagi mempertegas.
Kurang lebih sama dengan gitaris, lini dram juga menghadapi tantangan yang seru. Untuk pertama kalinya, Abaz memainkan musik grindcore yang menerapkan traditional blast, dbeat, skankbeat yang lebih mendominasi. Sebelumnya, Abaz dikenal sebagai dramer dua band brutal death yang lumayan disegani di Bandung, yakni Jasad dan Undergod.
Tidak sampai di situ saja, karena bassis serta vokalis juga berada di zona baru yang belum membuat mereka terbiasa. Saat masih tergabung di band sebelumnya, yakni Radang Kelamin, Aestees atau Radical Artery, Ricky ada di posisi sebagai gitaris. Sementara vokalis, sebelumnya berada di balik perangkat dram saat masih menghuni band Malam Jumat, Gelap, Expendiency dan Radang Kelamin.
“Dia tidak pernah menjadi vokalis. Dan untuk vokalis (di 4SVM), menjadi agresif karena menerapkan empat karakter vokal, sehingga tidak monoton. Maka dari itu, semua musik 4SVM itu mempunyai karakter sendiri. Semua masih memiliki dasar karakter yang kuat, walau memasukkan unsur deathgrind yang fresh untuk didengar dan lebih ramah di kuping.”
Secara keseluruhan, 4SVM yang resmi dilahirkan pada 2022 lalu banyak terpengaruh konsep musik dari band-band grindcore dan metal dunia macam Terrorizer, Misery Index, Napalm Death, Rotten Sound, Infest, Sayyadina, Implore, Slayer, Deafheaven, Oathbreaker hingga Disfear. (mdy/MK01)
.
.
Leave a Reply