Hendra Pillyang mencoba mengisi riuhnya skena musik keras Tanah Air dengan konsep solo, mengedepankan formula musik yang lebih berkiblat ke symphonic metal. Sebuah paham yang umumnya mengintegrasikan elemen gothic metal, power metal, black metal, death metal hingga classic heavy metal, plus sentuhan orkestrasi dan paduan suara (choir).
Pada awal 2023 lalu, musisi kelahiran Magelang, Jawa Timur 30 tahun lalu tersebut telah memperdengarkan karya awalnya, berupa dua komposisi berjudul “Deep Inside” dan “Elysia”. Bisa dibilang, penggarapannya sangat kental akan pengaruh band-band Eropa Timur macam Nightwish, Epica, Avantasia, Wintersun, Blind Guardian hingga unit power Metal legendaris, Helloween.
Di dua lagu tersebut yang direncanakan bakal menjadi bagian dari album “Seven Heavens”, Hendra mengeksplorasi alunan simfoni yang manis, lirik yang sendu, namun dipadukan dengan entakan serta distorsi yang epik, yang menghasilkan kombinasi rasa dan suasana yang berbeda.
Momentum tadi, kini dilanjutkan lagi oleh Hendra, dengan meluncurkan lagu rilisan tunggal terbaru berjudul “The Lightbringer”. Tepatnya pada 29 September 2023 lalu. Tapi menurut tuturan Hendra kepada MUSIKERAS, konsep lagu ketiganya itu berbeda nuansanya jika dibandingkan dengan “Deep Inside” dan “Elysia”.
“Lagu ini memiliki tempo lebih cepat dari dua lagu sebelumnya. Secara vokal pun berbeda. Kali ini lebih cenderung menggunakan range vokal menengah. Namun secara material bisa dikatakan matang dan nuansa symphony lebih kental dibanding lagu-lagu sebelumnya,” cetusnya.
Selain itu, perbedaan lainnya, “The Lightbringer” juga menerapkan konsep yang lebih bernuansa Timur Tengah, yang juga dibalut dengan ketukan kendang atau ketipung ala Timur Tengah. Disesuaikan dengan kebutuhan dan makna lagu.
“Proses pembuatan lagu ini tidak mengacu pada sebuah lagu yang pada umumnya memiliki role model tertentu. Karena sejak awal penulisan lagu, bisa dikatakan ‘puasa’ mendengarkan lagu milik orang lain agar tidak tercampur selama proses pembuatan.Tetapi karena penulis berangkat atau bisa dikatakan sangat ter-influence dari musik-musik ala Eropa Timur yang bernuansa symphony, maka tidak heran jika tiap part elemen lagu ini berasa bercampur menjadi satu. Akan tetapi ada satu solois Tanah Air yang saya sangat menyukai karyanya, yaitu Isyana Sarasvati. Sama-sama berkarya di symphonic metal akan tetapi dengan konsep berbeda.”
Symphonic metal sendiri, bagi Hendra, sangatlah istimewa. Alasannya, karena karakter string dalam symphony bisa mempertajam sebuah penekanan. Lagu yang happy akan terasa lebih happy, dan yang dark akan semakin dark.
“Karena saya sendiri sangat menyukai musik-musik klasik seperti J.S.Bach, Chopin, Beethoven, Mozart dan lain-lain. Disamping itu, hanya sedikit band atau solois yang berkarya di genre symphonic metal, lebih meyakinkan saya untuk terus berkarya di dalam genre ini, dan menyajikan sesuatu yang berbeda dan belum pernah ada dalam konteks karakter lagu maupun vokal dalam genre metal di Tanah Air maupun secara global.”
Hendra menggodok “The Lightbringer” selama hampir sebulan, yang diawali dari rekaman di ponsel sebagai panduan, dengan memanfaatkan aplikasi Bandlab. Setelah rampung secara struktur, barulah dieksekusi di Abols Record Music Studio secara lebih layak. Untuk melengkapi instrumentasinya, hendra juga melibatkan beberapa rekannya, yaitu Rio Satria Sakti, Bahtiar Arbi dan Danis Adyatma.
Dengan metode ini – tepatnya sebagai artis solo – Hendra merasa lebih memiliki kebebasan dalam berkarya dan bereksplorasi. Itulah makanya, untuk saat ini ia merasa lebih nyaman jika tidak mengedepankan konsep band. Walaupun pada dasarnya, ia sebenarnya ingin berkarya dan bermusik dengan konsep band.
“Akan tetapi banyak kendala dan pernah mendapat pengalaman kurang menyenangkan dalam hal hak cipta ketika bermusik dalam format band, serta keterbatasan waktu teman-teman untuk latihan sehingga akan lebih efektif untuk berkarya terlebih dahulu,” serunya meyakinkan.
Setelah “Deep Inside”, “Elysia” dan “The Lightbringer”, Hendra Pillyang masih akan terus merilis lagu-lagu rilisan tunggal berikutnya. Yang terdekat adalah sebuah lagu baru berjudul “The Battle of Martyrs (Surabaya)”. Nantinya, keseluruhan rilisan bakal dikemas dalam sebuah album. (mdy/MK01)
.
Leave a Reply