Nuansa baru yang menyegarkan dan energi tak tertandingi yang telah menjadi ciri khas Anti Squad, tengah digodok oleh pejuang hardcore bernuansa Oi! asal kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat ini.
Konsep itu, bakal menjadi amunisi sebuah album penuh berjudul “Die Hard Legacy”, yang telah dicanangkan bakal disemburkan pada akhir 2024 mendatang.
Menuju hari perilisannya, sumbu album tersebut sudah mulai disulut lewat lagu rilisan tunggal pembuka, juga bertajuk “Die Hard Legacy”. Lagu yang diluncurkan sejak 9 September lalu itu, merupakan cerminan karya unggulan keseluruhan album.
“Die Hard Legacy” dirancang untuk menjadi anthem sempurna bagi para penggemar Anti Squad, menawarkan eksplorasi mendalam, dimana mereka menggabungkan elemen hardcore dengan entakan tempo cepat serta lirik yang penuh semangat.
“Manusia hidup perlu mengalami perubahan, perubahan yang menuju kebaikan. Awalnya kami mengklaim musik kami Oi! Tapi sekarang lebih kepada hardcore bernuansa Oi!,” seru pihak Anti Squad kepada MUSIKERAS, menegaskan konsep terkininya.
Anti Squad sendiri, sejak terbentuk pada 1998 silam, sudah mengalami perjalanan panjang sampai akhirnya memutuskan format yang sekarang. Sebagai pemanasan dan perkenalan format terbarunya, Anti Squad bakal melepas paket maxi-single berisi tiga lagu pada 19 Oktober mendatang.
Lagu yang termuat di rilisan itu adalah “Die Hard Legacy”, “Indonesiaku” dan “The Ordinary People”, yang bakal diedarkan via Psycho Candy Records.
Satu hal yang membuat para personel band ini semangat, adalah dukungan teknologi rekaman yang semakin bagus, sehingga mereka bisa melampiaskan ekspresi musik yang lebih maksimal. Sangat jauh dibanding era awal karir mereka.
“Yang paling terasa itu di kualitas output suara yang lebih proper, lebih enak didengarlah. Versi sekarang lebih komplit, kami lakukan agar kuping pendengar yang bukan berasal dari skena pun bisa lebih masuk. Sekarang sudah lumayan punya penghasilan, (jadi) kami bisa milih untuk nabung, agar rekamannya bisa lebih bagus. Ibarat hobi deh …. Bapak-bapak lain hobinya main otomotif, kami bapak-bapak Anti Squad yang hobinya ngeband. Tapi ya ngeband-nya diseriusin, bukan sekadar gonjreng-gonjreng doang dan asal keluar bunyi.”
Dengan niat itu, proses rekaman Anti Squad di karya terbarunya pun lebih dipikirkan setiap lini atau celah agar terisi dengan nada-nada harmoni yang asik. Mereka tak ingin sekadar dikenal sebagai band lama.
“Tapi juga sebagai band yang bagus musikalitasnya, walau kami berasal dari skena jalanan grass roots. Tujuan kami satu, kami ingin lebih establish, agar pendengar umum juga bisa menikmati entakan musik di lagu-lagu kami!”
Di siaran pers yang diterima redaksi, Anti Squad juga menegaskan bahwa karya-karya rekaman terbaru mereka menghadirkan nuansa baru yang menyegarkan dan energi tak tertandingi. Sebagai bentuk ekspresi berkesenian, mereka merasa perlu memberikan kenikmatan kepada pendengar musiknya.
“Isian lagu kami penuh. Dalam artian, ada fill-in di berbagai macam layer.
Bukan hanya pada ritmik gitar, namun juga melodi, vokal dan backing vocal. Bahkan panjang pendeknya kata di dalam lagu pun kami pikirkan, agar terasa enak disebut, enak dinyanyikan, enak diteriakkan, dan enak didengar.”
Sebagai band yang sudah menjalani kegiatan bermusik selama puluhan tahun, mereka merasa ingin naik tingkat dengan melengkapi plot-plot yang kosong pada materi lagu mereka yang lama. “Maka di karya baru ini, semua pola kami perbaiki, ya ini kan juga untuk kepentingan pendengar.”
Energi tak tertandingi sendiri dimaksudkan ibarat manusia yang terkena badai laju kencang tsunami, mengentak, menerjang, tak tertandingi. Anti Squad yang kini digerakkan formasi vokalis Syamsul Hadi (Hadi), gitaris Robee Polema dan Bayu Wirawan, bassis Budi Laksono serta bantuan gitaris Yan Yossie dan dua dramer; Empe Mandala Putra serta Bondan Yulian Prakoso (Ketu) menancapkan target, untuk menciptakan karya seni atau lagu yang maksimal.
“Bagi kami, nuansa baru ini terasa menyegarkan dan lebih fresh. Namun, semua ini (merupakan) hasil kerja sama satu tim, bukan hanya perseorangan.”
Dalam penggarapan “Die Hard Legacy”, beberapa referensi baru disuntikkan untuk mendapatkan formula fresh yang diinginkan. Anti Squad antara lain menyebut karya-karya milik band hardcore Kanada, Comeback Kid sebagai acuan mixing dan mastering. Mereka dianggap sebagai contoh yang pas, karena isian di dalam lagunya juga terdengar berlapis (layer).
Selain itu, juga ada beberapa referensi dari band-band punk rock, hardcore punk hingga heavy metal dunia macam Agnostic Front, Krawallbrüder, Unantastbar, The Unseen, Oxymoron, Starving Wolves, Motorhead hingga Iron Maiden.
Sejauh ini, penggarapan album baru Anti Squad sudah menghasilkan delapan lagu, dari 10 lagu yang ditargetkan.
Pada 2001, Anti Squad merilis album pertamanya, berjudul “Indonesian Proud”. Tiga tahun kemudian, karya debut ini lantas diproduksi ulang dalam bentuk piringan hitam (vinyl) oleh Bords De Seine Records, label independen asal Perancis. Diedarkan dalam jumlah terbatas, hanya sebanyak 500 keping.
Sampai sekarang, piringan hitam tersebut menjadi barang koleksi langka skena subkultur dunia, karena Anti Squad adalah band Oi! Indonesia generasi pertama yang merilis piringan hitam dan dirilis oleh label rekaman mancanegara. (mdy/MK01)
Kredit foto: Harisman Satria
Leave a Reply