TANDA SERU!: Darah Grunge Yunan Helmi

Lewat entitas bernama Tanda Seru!, Yunan Helmi bebaskan alter egonya dalam bentuk album mini (EP) debut bertajuk “Negeri Para Begundal”.
tanda seru

Tanda Seru! menjadi pelampiasan sisi liar Helmi, produser dan pencipta lagu asal Yogyakarta, yang selama ini terkubur.

Di balik sosok yang selama ini dikenal sebagai penulis lagu anak-anak yang lembut dan pop yang ramah telinga, ternyata tersimpan gelegak musikalitas berdistorsi.

Lewat proyek Tanda Seru! yang juga diperkuat dramer Eunike Theresia (Leca Percussion) dan bassis Evanny Noei Rana tersebut, Helmi telah merilis EP “Negeri Para Begundal” yang sarat raungan distorsi, teriakan serta amarah yang dialamtakan pada kondisi sosial-politik Indonesia yang menurutnya kian membusuk.

EP itu sendiri memuat lima komposisi lagu panas, yang secara berurutan berjudul sangar; Setiap Hari Kami Berdoa Agar Koruptor Dihukum Mati”, Panitia Akhirat”, “Negeri Para Begundal”, Sidang Boneka” dan Tanda Bara”.

Lewat lima trek bertensi tinggi tersebut, Helmi yang menempati lini vokal sekaligus gitaris dan penulis lagu, melempar keresahan dan kemarahan yang tak pernah bisa ia sampaikan lewat identitas lamanya.

“Album ‘Negeri Para Begundal’ adalah album yang tercipta dari kegelisahan dan kekecewaan terhadap kondisi bangsa, dan fakta sosial. Album ini, cukup merepresentasikan amarah, dan album yang sangat jujur, dan tak terlalu memperhitungkan rambu-rambu pasar. Jujur, baik dari segi lirik atau musik,” urai Helmi kepada MUSIKERAS, meyakinkan.

“Alter-egoku sebenarnya Yunan Helmi. Itu sangat bukan saya. Orang banyak yang nggak tahu. Aku tidak begitu menikmati itu,” imbuh penggemar band Nirvana, Foo Fighters, Rage Against the Machine, Garbage, Silverchair hingga Soundgarden ini.

Tanda Seru! pun jadi ruang pelarian sekaligus pengakuan. Sebuah jati diri alternatif yang tak bisa eksis dalam format lama. ‘Ngeband sambil turut mencerdaskan kehidupan bangsa’ menjadi semacam manifestonya.

Simulakra

Ihwal terbentuknya tanda Seru! sendiri bermula dari hal sepele: kacamata putih ala Kurt Cobain (Nirvana) yang Helmi beli di Tokopedia. “Pas datang, tak buat foto. Keren juga ya. Dari situ kepikiran, ‘ah bikin grunge ah’,” ujarnya terus-terang.

Obsesi lama pada Nirvana pun menjelma jadi motor utama lahirnya EP debut tadi. Lagu pertama yang muncul? Sebuah judul brutal: “Setiap Hari Kami Berdoa Agar Koruptor Dihukum Mati”.

“Di kamar mandi waktu itu, kata-kata pertama yang pengen tak tuangkan ya itu. Belum ada notasi, belum ada apa-apa,” ucapnya mengenang.

Setelah dirilis resmi ke berbagai platform digital, EP “Negeri Para Begundal” langsung mendapat sambutan hangat—baik dari pendengar lama Helmi, maupun pendengar baru yang tak menyangka ia punya sisi sekeras ini.

Tak berhenti di situ, Tanda Seru! juga sudah meluncurkan satu lagu rilisan tunggal tambahan berjudul “Surga yang Dijarah” sebagai respon atas isu eksploitasi alam di Raja Ampat, dan saat ini tengah mempersiapkan album penuh debut yang dijadwalkan rampung bulan ini juga.

“Album sudah hampir selesai, akan ada 10 lagu di album yang akan diberi tajuk ‘Simulakra’,” Helmi membeberkan bocorannya.

Sebagai tambahan info, sebelum membetot distorsi bersama Tanda Seru!, Helmi adalah otak di balik sejumlah rilisan populer. Di antaranya memproduseri Nuca—finalis Indonesian Idol—lewat lagu rilisan viral bertajuk “Crolate”.

Karyanya bahkan sempat masuk nominasi AMI Awards ke-27 di kategori lagu anak-anak. Tapi Tanda Seru! adalah kebalikannya: penuh amarah, penuh kritik sosial, dan jauh dari segala hal yang manis dan rapi. (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts