Governmice yang berasal dari Jakarta ini menyuarakan kritik sosial dan politik atas situasi yang terjadi lewat sepasang lagu bertajuk “Dead-End” dan “Dongeng Politik”.
Salah satu inspirasinya, berasal dari band asal Amerika Serikat, System of A Down (SOAD) yang kerap mengekspresikan tema lirik serupa dalam lagu-lagu mereka.
Itulah salah satu alasan mengapa band ini menamakan dirinya Governmice. Penggabungan dari kata ‘government’ (pemerintah) dan ‘mice’ (tikus).
Jadi lewat nama tersebut, mereka mengeritik banyaknya pejabat di pemerintahan suatu negara yang menyalahgunakan wewenang dan mementingkan perutnya sendiri seperti tikus.
Lalu, suara-suara protes itu disemburkan lewat racikan komposisi musik yang mengombinasikan elemen metal serta hard rock. Selain SOAD, band bentukan 2019 lalu ini juga menyerap pengaruh dari band-band seperti Slipknot, Avenged Sevenfold, Linkin Park serta unit rock dalam negeri, Jamrud, Power Metal, Superman Is Dead dan Betrayer.
Distorsi Jiwa
Formasi gitaris Darsya Khohamzah, dramer Winaryo (Aryo), bassis Gigih Santra Wirawan dan vokalis M. Irham Gimnastiar merekam “Dead-End” dan “Dongeng Politik” di Comma Studio, di Jakarta Timur.
“Single ‘Dongeng Politik’ dibuat oleh Darsya dan disampaikan ke anggota lainnya untuk dipelajari. Sementara ‘Dead-End’ cenderung dibuat bersama-sama. Proses pembuatan keduanya sampai perekaman hanya memakan waktu singkat. Kurang dari dua minggu,” beber pihak band kepada MUSIKERAS, mengurai proses kreatifnya.
Dari segi lirik, “Dead-End” berkisah tentang sepasang kekasih yang tidak didukung oleh semesta, sementara “Dongeng Politik” menceritakan tentang sebuah negara yang penuh dengan manipulasi dan kepalsuan demi kekuasaan politik dan harta.
Namun dari sisi penggarapan musikal, “Dead-End” dan “Dongeng Politik” menerapkan formula berbeda. Di lagu pertama, Governmice melebur elemen rock yang asyik dengan teriakan metal yang menggelegar, lalu dipadu dengan rap ala hip metal plus lengkingan gitar yang cadas.
“Sedangkan di ‘Dongeng Politik’ adalah full metal…! Penuh dengan distorsi jiwa dan amarah yang membara…! Kedua single ini berbeda genre tapi sama-sama asyik untuk headbanging!”
Tapi khusus di “Dead-End”, diakui para personel Governmice lebih menantang proses perekamannya. Pasalnya, lagu tersebut terdiri dari beberapa bagian yang menerapkan tempo berbeda.
“Selain itu, lagu ini juga memiliki empat jenis karakter vokal yang menantang sekaligus memberikan warna yang kaya ke dalam single ini.”
Tidak menunggu waktu lama. Usai meletupkan kedua lagu ‘ledakan pertama’ tersebut, Governmice telah mencanangkan peluncuran lagu rilisan tunggal ketiga dan keempatnya. Tema lirik yang kini dalam proses penulisan, menyasar isu korupsi serta ledakan populasi.
Sejak 22 September 2025 lalu, kedua lagu Governmice tersebut telah tersedia di digital streaming platform. (mdy/MK01)