Usai berancang-ancang lewat pelepasan single pemanasan bertajuk “Green” pada 25 Desember 2018 lalu, tanpa basa-basi duo sludge/doom metal asal Bali, Cyclops kini langsung menerjang lewat album mini (EP) terbarunya berjudul “Still Burning”. Karya rekaman ini sudah diedarkan dalam format fisik (CD) oleh label Skullism Records sejak 22 Februari 2019 lalu, dan format kaset pita oleh Denses Record tiga hari setelahnya.
Sebenarnya, dari sudut pandang musikal, hampir tak ada perbedaan menyolok antara “Still Burning” dengan album “The Worship” yang mereka rilis dua tahun lalu. Tapi kepada MUSIKERAS, Cyclops menegaskan kali ini alur musiknya lebih jelas dan lebih terkonsep.
“Kami juga lebih eksplor akan sound-sound gitar, dram maupun vokal. Kalau dari segi lirik masih sama, masih tentang isu-isu sosial dan politik. Perbedaan secara musik nggak terlalu banyak. Ya cuma itu tadi, lebih terkonsep aja musiknya. Formula musik kami masih berpegang teguh pada sludge atau pun doom metal, cuma kami merasa kami sudah menemukan jati diri pada EP ini. Influence dan referensi baru tentu ada, seiring berjalannya waktu kami menemukan referensi-referensi musik baru yang sekiranya cocok untuk Cyclops.”
Sketsa-sketsa musik yang dikobarkan di “Still Burning” sebenarnya sudah mulai bergolak sejak awal 2018. Bahkan sempat beberapa kali mereka bawakan pada saat manggung. Lalu pada April 2018, Cyclops yang dimotori Gungyoga Prawira (dram) dan Blackkfr (gitar/vokal) mulai memasuki studio rekaman, di DEF Music Crib, tempat yang sama saat mengeksekusi album “The Worship”.
“Tetapi (rekaman tersebut) sempat mangkrak beberapa bulan karena kesibukan-kesibukan lain di luar band dan akhirnya pada bulan Juli, setelah kami melakukan tur Jakarta-Bandung, kami kembali memasuki studio rekaman. Beberapa kali kami bolak-balik studio rekaman untuk melakukan revisi karena kami memang ingin di EP terbaru ini benar-benar matang. Bisa dibilang hampir setahun penuh kami mempersiapkannya,” ungkap Cyclops panjang lebar.
Terbentuknya Cyclops sendiri sebenarnya tanpa disengaja. Berawal dari ajakan jamming di pesta perilisan album mini (EP) rekan mereka, yaitu Color Theory. Dan setelah acara tersebut, para personel Cyclops memutuskan untuk melanjutkannya. Awalnya beranggotakan tiga orang, namun karena salah di antaranya terlalu sibuk pada pekerjaannya, akhirnya diputuskan berjalan hanya dengan dua personel saja.
Sementara dari segi konsep, Cyclops banyak mengulik pengaruh-pengaruh dari genre doom, sludge hingga stoner metal yang dikumandangkan Sleep, YOB, Eyehategod, Fistula, Weedeater, Bongzilla hingga Black Sabbath. Namun khusus lirik, temanya juga banyak terinspirasi dari band-band hardcore punk.
Saat ini, untuk mendengarkan single dari EP “Still Burning” bisa langsung menuju kanal Soundcloud Skullism Records. Sementara untuk membeli rilisan fisik agar bisa mendengar keseluruhan lagunya dapat mengeksekusinya via akun Instagram @skullism.records dan @denses.record. (aug/MK01)
.
Leave a Reply