Dengan kendaraan rock berkontur progresif, kuartet asal Jakarta ini selalu berusaha menyuguhkan komposisi musik instrumental yang diharapkan bisa membawa imajinasi pendengarnya. Trodon telah memulainya lewat single “Khalamith” yang telah diluncurkan pada 14 Agustus 2020 lalu. Dan kini, sebuah karya rekaman baru bertajuk “Dragon Rider” kembali menerapkan formula tadi.
Single yang diciptakan pada 2017 lalu tersebut, berawal dari ide Trodon untuk menggarap musik yang menggambarkan tentang seorang prajurit penunggang naga. Dalam tiap bagiannya, pemilihan melodi dan ritmik yang digunakan selalu mencoba untuk menyampaikan kesan gagah, sebagaimana seorang prajurit penunggang naga, namun juga tetap indah untuk menyampaikan suasana fantasi.
Di sisi lain, Trodon yang dihuni formasi Biondi Noya (gitar), Aprila Sitompul (bass), Sarah Hutahuruk (piano) dan Peter Lumingkewas (dram) juga berusaha mempertahankan karakter musik ‘cepat’ dan ‘teknikal’ yang selalu menjadi ciri khas mereka, sebagai penegasan dari citra nama Trodon sendiri.
Nama Trodon sendiri berasal dari kata Troodon, salah satu jenis dinosaurus yang konon merupakan jenis hewan purba terpintar yang hidup di zaman Cretaceous. Tapi ketika pertama kali terbentuk pada Januari 2013 silam, band ini sempat mengibarkan nama Tiamat selama setahun, yang lantas diubah menjadi Trodon untuk menghindari kesamaan nama dengan sebuah grup death metal asal Swedia.
“Pada dasarnya, Trodon mengutamakan unsur story-telling dalam setiap komposisinya,” cetus pihak band kepada MUSIKERAS, kembali menegaskan konsep musikalnya.
Lanjut mereka, aransemen musikal di single terbaru ditujukan untuk dapat menggambarkan seorang ksatria penunggang naga. Maka tiap pilihan not maupun ritmiknya benar-benar dipikirkan agar dapat merepresentasikan cerita tentang sang ‘Dragon Rider’, sambil tetap memperhatikan unsur rock atau metal yang menjadi konsep dasar musik Trodon.
“Referensi musikal Trodon banyak sekali terpengaruh dari musik video game dan soundtrack film.”
Sama seperti karya Trodon sebelumnya, proses penulisan ‘Dragon Rider’ juga dimulai dari materi tertulis Biondi, yang lantas dikulik sambil diinterpretasikan oleh personel lainnya. Trodon secara lengkap kemudian bertemu di studio untuk melakukan latihan bersama, sambil mendiskusikan ide-ide baru yang muncul ketika dimainkan.
“Untuk proses rekaman, biasanya semua sudah matang sebelum masuk ke studio sehingga personel hanya benar-benar merekam apa yang sudah dilatih bersama. Biasanya dimulai dengan take dram pertama kali, baru diikuti oleh instrumen lainnya.”
Proses rekaman “Dragon Rider” pertama kali dimulai pada 19 Juli lalu, di Mekel Music Studio, khusus untuk tracking dram dan kemudian di Studio Kelana (Kelana Proehoeman) untuk perekaman isian instrumen lainnya, sekaligus mixing dan mastering.
Setelah “Dragon Rider” yang telah tersedia di berbagai platform digital sejak 9 Oktober 2020 lalu, langkah Trodon berikutnya adalah mengarahkan fokus pada pembuatan album mini (EP) debutnya, yang kini sudah mencapai 65% persiapannya. (mdy/MK01)
Kredit foto: Dian P. Susilaradeya
.
Leave a Reply