Semakin banyak band yang menggalakkan kembali keseruan memiliki album-album rilisan fisik. Khususnya yang berformat piringan hitam (vinyl). Dan unit stoner beringas Komunal terbilang lumayan bernafsu ikut mengisi ceruk pasar menarik dan bergengsi tersebut, walau biaya produksi serta harga jualnya masih tergolong mahal.
Lewat inisiasi pihak band yang bekerja sama dengan label Disaster Records, kedua pihak pun sepakat merilis ulang album “Hitam Semesta” (2008) dan “Gemuruh Musik Pertiwi” (2012) dalam format piringan hitam. Tapi ini bukan pertama kalinya Komunal merambah vinyl. Karena sebelumnya, album pertama band asal Bandung bentukan 2004 ini, yang bertajuk “Panorama” (2004) juga sudah diabadikan dalam format yang sama oleh Sonic Funeral Records pada 2014 lalu.
Sebelum bekerja sama dengan Disaster Records, “Hitam Semesta” dan “Gemuruh Musik Pertiwi” selama ini hanya tersedia dalam format cakram padat (CD), yang diproduksi dan diedarkan via label rekaman Komunal sendiri, yakni Progresif Barbar Musik.
“Dari tiga album yang sudah kami rilis, hanya album pertama yang sudah pernah dirilis dalam format piringan hitam. Album kedua dan ketiga belum. Jadi, alasannya ya biar ‘lengkap’ semua album kami yang sudah rilis ada format piringan hitam-nya. Sesederhana itu,” urai pihak band kepada MUSIKERAS, mengungkapkan alasannya.
.
.
Inisiatif merilis ulang ke dalam format piringan hitam tentu saja harus diikuti dengan peningkatan kualitas audio, untuk menyesuaikan dengan tuntutan format. Dan menurut info dari Disaster Records, master rekaman kedua album tersebut telah melewati tahapan pemolesan mixing ulang yang dieksekusi oleh Edo Djatmika di Funhouse Studio, Bandung. Sementara untuk mastering khusus piringan hitam, dipercayakan pada James Plotkin di Plotkinworks, New Jersey, Amerika Serikat. Jadi dipastikan, kualitas audio versi baru ini akan terdengar berbeda dibanding format awalnya.
Selain proses mixing dan mastering, tahapan produksi vinyl “Hitam Semesta” dan “Gemuruh Musik Pertiwi” juga telah melewati proses pengujian kualitas (test pressing) sebelum diproduksi secara massal. Keseluruhan proses menghabiskan waktu selama sekitar empat bulan, mulai dari pengiriman master ke pabriknya di London, Inggris hingga keseluruhan pesanan piringan hitam tersebut sampai di Indonesia.
Untuk kedua produk vinyl tersebut, Disaster Records memproduksinya sebanyak 200 keping per judul. Kepingan “Gemuruh Musik Pertiwi” tersedia dalam dua pilihan warna, yakni hitam dan emas yang ditebari motif abstrak berwarna hitam. Sementara “Hitam Semesta” tersedia dalam pilihan warna kepingan hitam serta merah dengan taburan motif abstrak berwarna hitam. Masing-masing vinyl dibandrol seharga Rp. 399.000 dan Rp. 549.000, sudah termasuk selipan poster, woven patch dan sticker.
Sebagai sebuah karya yang sudah atau hampir berusia satu dekade, Komunal yang dimotori formasi Doddy Hamson (vokal), Muhammad Anwar Sadat (gitar), Harry Rezha (dram) dan Arie Khomaini (bass) di kedua album tersebut, melihat “Hitam Semesta” dan “Gemuruh Musik Pertiwi” saat ini sebagai bagian dari sejarah perjalanan musik mereka yang membanggakan, terlepas dari segala kekurangannya.
“Setiap album yang kami ciptakan selalu berbeda karena rasa dan kemampuan bermusik kami terus berkembang dan kedua album tersebut menjadi panduan arah dalam menciptakan karya yang baru. Kalau pun ada kekurangan dari dua album tersebut, itu cuma bagian dari sejarah perjalanan bermusik kami dan menjadi bahan bakar untuk meningkatkan kemampuan kami dalam berkreasi. Untuk puncak kreativitas kayaknya belum karena kami masih terus mendaki puncak kreativitas,” seru Komunal meyakinkan.
Terbukti, kreativitas itu tak pernah surut. Komunal saat ini sudah bersiap-siap lagi menebas kuping lewat materi album baru, tepatnya sebuah album penuh dan album mini (EP), yang ternyata sudah memasuki tahapan mixing serta pembahasan intens mengenai rancangan artwork-nya. “Sebelum mengeluarkan album penuh kami akan merilis album mini dulu yang bakal dirilis tahun ini.” (mudya/MK01)
Leave a Reply