“Menurut perspektif kami, ‘Rectoverso’ adalah ‘analogi dari sebuah keresahan dosa masa lalu yang terus berulang terjadi sehingga membuat suatu kenangan buruk yang tidak pernah terlupakan.”
Kalimat di atas dilampiaskan band penggeber paham metalcore/progressive metalcore asal Balikpapan, Kalimantan Timur ini, terkait makna dari karya lagu rilisan tunggal terbarunya yang bertajuk “Rectoverso”. Karya rekaman lepas ketiga Make Your Time Howl (MYTH) tersebut telah diluncurkan sejak 9 September 2022 lalu.
Sebelumnya, band yang telah dikukuhkan pembentukannya pada 11 Desember 2019 lalu ini telah merilis lagu berjudul “Konspirasi Fana” pada 19 Oktober 2020 serta “Messiah” pada 13 September 2021. Kedua karya rekaman mereka itu sudah tersedia di berbagai platform digital.
Proses kreatif penggarapan “Rectoverso” sendiri dimulai dari sang dramer, Kurniawan Aji yang menggambar permainan dramnya sebagai patokan awal, agar memudahkan proses pengulikan dalam membentuk sebuah kerangka musik.
“Referensi musik sendiri lebih ke arah yang lebih fresh, modern metalcore seperti ERRA, Architects, I Prevail, Wage War, Ocean At Alaska, dan juga tidak lepas dari modern hardcore sebagai referensi seperti Knocked Loose, Varials, Code Orange untuk mengambil sedikit breakdown sebagai bumbu dari lagu tersebut,” urai Aji kepada MUSIKERAS, mengungkap referensinya saat memulai patokan bagan lagunya.
Saat memulai proses rekaman, Aji dan personel lainnya – Fandi Razak (vokal), Putra Utatsu (gitar), Abdul Gafur (bass) – mengembangkan lagunya dengan merancang bagan gitar, lalu dilanjutkan pembuatan riff-riff dan melodi, lantas ke isian bass dan terakhir pada vokal.
.
.
“Durasi rekaman memakan waktu kurang lebih enam jam. Rekaman, mixing dan mastering kami percayakan kepada gitaris Kapital, Arie Wardhana di Backstage.Ina, Samarinda,” ujar Fandi kepada memperjelas.
Lebih jauh tentang konsep musik yang diterapkan di “Rectoverso”, MYTH secara gambalang menjelaskan bahwa sebenarnya pengaruh sedikit banyak terbentuk sejak awal mereka terbentuk. Mereka sering melakukan jamming dengan membawakan lagu-lagu milik band lain, khususnya yang bernuansa emo dan post-hardcore seperti Saosin hingga Killing Me Inside.
“Referensi lirik juga dari beberapa band yang bernuansakan emo tetapi kami mengemas ‘Rectoverso’ dengan nuansa modern metalcore dan lirik yang mengandung emosi. Hal ini yang membedakan kami dengan band lainnya. Kami membawakan konsep lirik bernuansa emo dengan modern metalcore yang lebih groovy tapi tetap bisa dibawa santai. (Didengarkan) Saat nyetir mobil contohnya….”
Yang pasti, jika dibandingkan dengan “Konspirasi Fana” dan “Messiah”, komposisi “Rectoverso” memang terbilang lebih kekinian. Sementara lagu-lagu sebelumnya, ujar Fandi, lebih ke arah metalcore gaya lama dan cenderung ‘gelap’.
Selain tiga lagu yang telah mereka letupkan, kini MYTH terus mengeksplorasi kreativitasnya untuk mengejar target perilisan album mini (EP) yang ditargetkan bisa rampung tahun depan. Saat ini sudah merekam beberapa materi, plus satu lagu demo bertajuk “Dosa” yang telah mereka perdengarkan di beberapa kesempatan gigs. (mdy/MK01)
.
.
Leave a Reply