Menciptakan lagu yang nyaman didengar, meski liriknya sangat emosional dan cenderung bertema problematika hidup, adalah suasana yang ingin dibangun unit alternative-emo asal Jakarta ini. Bayangkan ketika entakan musik dari band post-hardcore asal AS, Movements dilebur bersama citarasa lagu dari penyanyi pop alternatif Billie Eilish. Konsep itulah yang kira-kira dituju Knuckle Bones, khususnya via lagu rilisan tunggal terbarunya yang bertajuk “I Don’t Wanna Die Alone”.
Sesuai judulnya, “I Don’t Wanna Die Alone” menceritakan keadaan yang hampir semua orang pernah rasakan di tuturan liriknya; kesepian, merasa tidak ada yang peduli hingga khawatir akan apa yang terjadi di masa depan. Lagu ini dibalut dengan lirik yang sederhana dan cenderung tanpa basa-basi. Menggambarkan keadaan yang memang sangat relevan.
Seluruh nada vokal di “I Don’t Wanna Die Alone” ditulis oleh Revi ‘Ipip’ Novkaputri (vokal) dan Riki Putrawan (bass), sementara pengolahan musiknya dieksekusi oleh Raka Putrawan (gitar) dengan bantuan Miracle ‘Michy’ Chisara Ibrahim (dram) dan gitaris Knuckle Bones sebelumnya, Savio Lagina. Kini, posisi Savio digantikan oleh Vallian Hanjani, gitaris yang pernah tergabung di Pro Monkey, dan kini juga menghuni Last Goal!.
Menurut tuturan Knuckle Bones kepada MUSIKERAS, sebenarnya awalnya mereka berencana merilis “I Don’t Wanna Die Alone” berurutan setelah lagu rilisan tunggal “You Only Miss Me When You’re Down”, “No Place to Hide”, “Empty Hearts” – ketiganya dirilis 2020 – dan “Crush” yang telah diperdengarkan sejak Maret 2021 lalu.
.
.
“Karena proses rekaman untuk kelima single ini, termasuk ‘I Don’t Wanna Die Alone’ sudah selesai di tahun 2020. Tapi ada beberapa hal yang terjadi sehingga kami sempat mengalami perpecahan, terhambat dalam proses produksi dan akhirnya memutuskan untuk rehat dulu,” ujar pihak band mengungkapkan alasan.
Jika dibandingkan materi-materi lagu Knuckle Bones sebelumnya, olahan musik di “I Don’t Wanna Die Alone” semakin memperlihatkan kecenderungan ke karakter pop. Tidak berbeda jauh dibandingkan rilisan “It’s Not Your Fault” yang dilepasliarkan pada Maret 2022 lalu. Tapi menurut Raka, dalam hal penulisan lagu, tak ada kamus genre dalam kepala mereka.
“Genre cuman nge-buat kita stuck di situ-situ aja dan ya, kalo ini dibilang pop ya terserah sih. Tapi balik lagi, kenapa ini harus dibilang pop? Kan lagunya tentang marah-marah. Lagu metal juga mayoritas tentang marah-marah kok, hehehe….”
Setelah “I Don’t Wanna Die Alone” yang diperdengarkan secara resmi sejak 20 Oktober 2022 lalu, Knuckle Bones yang terbentuk sejak 2017 lalu ini akan melepas beberapa karya rilisan tunggal lagi, sebelum fokus merampungkan materi album baru yang ditargetkan rilis tahun depan.
“Kami sudah membuat semua lagu dan sekarang masuk tahap penyempurnaan. Jadi mungkin bisa bilang kami sudah 80% dari finish.”
Selain lagu-lagu yang sudah disebutkan tadi, sejauh ini Knuckle Bones juga sudah pernah meluncurkan album mini (EP) “Inception” (2017) dan album penuh “C’est La Vie” (2018) serta dua lagu rilisan tunggal berjudul “Fatamorgana” (2017) dan “My Curse” (2019). (mdy/MK01)
.
.
Leave a Reply