Setelah jeda sekitar hampir dua tahun sejak melepas lagu rilisan tunggal pertamanya, “Deathcurse”, unit ‘pemusnah semesta’ asal Denpasar, Bali ini kembali bergolak. Kali ini Cosmic Genocide datang dengan formasi baru, dan sebuah karya lagu baru berjudul “Crown Of Perdition” yang telah digelegarkan sejak 12 Desember 2022 lalu. 

Formasi barunya, yakni Satrya Kresnayana Ida Bagus aka Gusade (vokal), I Gusti Ngurah Putu Aldi Riangga aka Wahjus (gitar), Kadek Dwi Angga (bass), Muhammad Afwan Maulana aka Wawan (dram) dan Ida Bagus Putu Emanda Pramana (gitar) mengeksekusi penggarapan “Crown Of Perdition” selama kurang lebih dua bulan, mulai dari pembuatan rekaman panduan (guide), lalu rekaman vokal dan instrumen hingga pemolesan mixing dan mastering. Keseluruhan proses dilakukan di Mozz Project yang kebetulan juga memproduseri produksi “Crown Of Perdition”. 

Konsep musikal “Crown Of Perdition”, tutur pihak band kepada MUSIKERAS, sangat berbeda dibanding “Deathcurse”. Kali ini lebih menekankan ke tekstur symphonic deathcore yang bernuansa gelap, dengan nada yang sedih agar kesan horor terasa pada setiap bagian lagunya. 

“Kali ini kami menambahkan sedikit unsur black metal atmospheric, sedikit symphony orchestra agar lebih terdengar dark dan horor. Untuk penulisan lirik sendiri, terdapat sedikit unsur kata-kata asing yang jarang didengar serta unsur-unsur black metal. Selain itu, kami juga mengubah tuning yang awalnya bermain di drop A, kali ini diubah menjadi drop G. Alasannya karena kami ingin terdengar lebih heavy atau berat. Untuk referensi musik kami terinspirasi dari beberapa band luar seperti Lorna Shore, Carnifex, Chelsea Grin dan Thy Art Is Murder,” urai Cosmic Genocide mempertegas.

.

.

Selain itu, formasi yang kini berlima juga membawa pengaruh yang signifikan di pengembangan musiknya. Bisa dibilang dengan terbentuknya susunan personel baru tersebut, merupakan langkah awal bagi Cosmic Genocide untuk menjadi lebih baik lagi.

“Kami juga lebih bisa mengeksplor lebih banyak lagi materi untuk ke depannya, saling berbagi referensi musik dan menambahkannya dalam materi kami yang baru.” 

O ya, lirik “Crown Of Perdition” sendiri bercerita tentang tragedi di masa sekarang, dimana semua orang memiliki mahkotanya sendiri atau kehormatannya sendiri tapi justru disalahgunakan oleh mereka sendiri. Mereka justru berjiwa gelap dan menggunakannya untuk hal yang tak sepantasnya, seperti menindas bahkan menyiksa sesamanya. ‘Mahkota’ yang mereka gunakan untuk menyiksa umat yang lainnya pantas untuk dibinasakan.

Sambil mempromosikan “Crown Of Perdition”, para personel Cosmic Genocide juga tengah menjalani peracikan materi-materi untuk album mini (EP) pertama mereka. Saat ini proses penggarapannya sudah mencapai sekitar 70% dari keseluruhan produksi. Band bentukan 6 April 2020 ini mengakui pengerjaannya agak lambat lantaran beberapa personel memiliki kewajiban dan rutinitas masing-masing di luar urusan band. (mdy/MK01)

.

.