Trio grindcore berkelakuan death metal asal Bandung, Jawa Barat ini berkoar lagi dengan karya lagu baru. Tapi lagi-lagi diperkuat vokalis baru, atau yang ketiga, sejak terbantuk pada 2019 lalu. Di lagu rilisan tunggal terbarunya yang bertajuk “Dissemination of Plague”, lini suara kali ini dieksekusi Diki Anugrah Senage. Sementara untuk musik, masih dikawal Tommy Budiawan (gitar) dan Cepie Setia Permana (dram), plus bantuan bassis additional, Aulia ‘Aul’ Akbar.

Di lagu “Dissemination of Plague” tersebut, ujar Dusx kepada MUSIKERAS, keterlibatan Diki di produksinya dianggap telah memberi warna tersendiri. Karakternya berbeda dibanding Syafriady ‘Ipenk’, vokalis Dusx di “Toxicious Anthropoid”, album mini (EP) yang mereka luncurkan via Disaster Records pada Oktober 2020 lalu.

“(Diki) memberi kesan fresh untuk Dusx. Dengan teknik vokal Diki, kami bisa eksplorasi lagi warna musik kami tanpa menghilangkan ciri khas Dusx itu sendiri. Pergantian posisi vokal dan penambahan instrumen bass membuat kami bisa lebih eksploratif dalam mengaransemen lagu. Jadi (‘Dissemination of Plague’) sekaligus menjadi gambaran keseluruhan warna musik Dusx di album yang akan datang,” seru Dusx meyakinkan.

Lirik “Dissemination of Plague” sendiri menceritakan tentang penyebaran wabah mematikan yang sangat masif di seluruh dunia, yang berlangsung selama kurang lebih tiga tahun lamanya. Ketika semua orang terancam nyawanya akibat wabah tersebut, tak bisa bergerak bebas, ketika adu argumen akan konspirasi pun bermunculan.

.

.

Tommy yang pernah menghuni band Godless Symptoms dalam periode 2003-2018 memulai peracikan “Dissemination of Plague” dari sebuah aransemen lagu yang direkam kasar. Setelah itu, ia lantas mengirimkannya ke seluruh personel, dan dijadikan patokan bagi Cepie untuk memastikan ketukan dram-nya, serta Diki untuk penyusunan liriknya.

Setelah itu, langkah berikutnya adalah melatih memainkannya di studio, sambil melakukan revisi sana-sini untuk mematangkan struktur komposisinya. Ketika memasuki tahapan perekaman, Tommy merampungkan isian gitarnya di studio miliknya sendiri, Valhalla Audio Labs. Sementara untuk dram dan vokal di FunHouse Studio, dan bass direkam di Peacelease milik Aul. Kurang lebih proses rekaman keseluruhan menghabiskan dua shift pemakaian studio. Tahapan terakhir adalah memoles audio hasil rekamannya lewat proses mixing dan mastering yang dikerjakan oleh Toteng Forgotten dalam kurun waktu seminggu.

Dibanding EP “Toxicious Anthropoid”, Dusx menyebut konsep grindcore yang diterapkan di “Dissemination of Plague” masih dipadukan dengan gestur death metal. Namun kali ini digeber dalam tempo lebih cepat, agresif dan singkat.

“Perbedaannya, single ‘Dissemination of Plague’ ini lebih padat secara aransemen dan juga karakter vokal yang berbeda dibanding EP ‘Toxicious Anthropoid’. Referensi musik kami (berasal) dari (band Perancis dan AS) seperti Benighted, Misery Index dan Absvrdist. Karena selain masing-masing personel menyukai lagu-lagu mereka, beat dram dari band-band tersebut juga keren dan jadi pelajaran tambahan buat Cepie… hahaha!”

Jika tak ada aral melintang, Dusx selanjutnya akan menggelar sejumlah kegiatan promo untuk menggaungkan “Dissemination of Plague”. Di antaranya dengan mempromosikan lagu tersebut lewat perjalanan tur ke sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara pada Juni tahun ini. (mdy/MK01)

.

.