Terpasung selama lebih dari dua tahun akibat cengkeraman pandemi tidak menyurutkan semangat untuk tetap membarakan niat meneruskan tradisi gelaran Noxa Fest. Bertempat di pelataran Gudang Sarinah, Jakarta Selatan, Noxa Fest V akhirnya berhasil dieksekusi semalam (4/6), dengan getaran distorsi yang terus membahana sejak siang hingga malam hari.

Dimulai dengan aksi panggung Inhumanity, pejuang death metal/grindcore asal Sukabumi, Jawa Barat, yang tampil ketika cuaca panas bersiap menyengat kulit. Lalu disusul Busuk, unit metal ekstrim asal Depok yang memuntahkan lagu-lagu dari album “Worshipper”. 

Walau temperatur di lokasi konser mencapai angka sekitaran 40 derajat Celcius, Purgatory yang tampil berikutnya menanggung konsekuensi bersimbah keringat lantaran tampil dengan kostum yang lebih tertutup, namun kompak dan terkonsep, lengkap dengan topeng yang telah menjadi ciri khasnya selama ini. O ya, Purgatory sendiri merupakan salah satu band senior di skena ‘bawah tanah’, yang telah menggeliat sejak pertengahan era ’90-an. Kini dengan formasi terbarunya, Purgatory bangkit kembali dengan lafalan lirik yang masih mengedepankan tema seputar ajaran agama Islam. 

Darksovls, band Jakarta besutan para musisi yang pernah ikut membesarkan Deadsquad menghajar panggung sekitar pukul 13.00 WIB. Mereka membakar lantai dansa depan panggung yang sudah ‘berasap’ lewat materi lagu dari album “Omegalitikum”. Lalu khusus di komposisi “Radiusinis” dan “Hamba Alam Baka”, secara mengejutkan mereka menaikkan level keseruannya dengan menghadirkan DJ (disc-jockey) dan bintang film Winky Wiryawan untuk ikut bermain gitar.  

Sebelum memasuki jeda Magrib, band death metal senior yang disegani asal Bandung, Jasad menggasak panggung dan mengusik para metalhead yang hadir untuk ‘berolahraga’ sore. Setelah itu, sesi pertama ditutup oleh tuan rumah, atau sang penggagas hajatan, Noxa. Tentu saja, deru grindcore bertempo tinggi menjadi menu utama mereka dan menjadi juru kunci yang memuaskan dan klimaks.

.

.

Usai menanti selama dua jam, tibalah saatnya giliran penampilan tiga band tamu mengerikan asal Polandia, yakni Thy Disease, Hate dan Vader. Kebetulan, ketiganya memang tengah menjalani tur dunia, termasuk di kawasan Asia. Sebelum menjejakkan kaki di Jakarta, mereka telah memutari Manila, Bangkok dan Singapura sebagai rangkaian tur “An Act of Darkness in Asia”. Lalu, selanjutnya perjalanan mereka dilanjutkan ke tiga kota di Jepang. 

Thy Disease yang dihuni formasi Sebastian ‘Syrus’ Syroczyński (vokal), Dariusz ‘Yanuary’ Styczeń (gitar), Andrzej ‘Andrew’ Hejmej (bass) dan Ireneusz ‘Ireq’ Gawlik (dram) yang tampil membuka segmen kedua Noxa Fest cukup memukau. Band bentukan 1999 silam tersebut menggelindingkan komposisi hibrida death metal yang diberi ornamen industrial yang cukup pekat. Sebagian lagu yang dibawakan dicomot dari album terkini mereka, yang bertajuk “Transhumanism”, rilisan 2019 lalu.

Selanjutnya, giliran Hate menggetarkan pentas, yang perlahan menggiring para pemuja metal di depan panggung ke lorong kegelapan. Para personel yang menerapkan riasan corpse paint di wajahnya, yakni Adam ‘ATF Sinner’ Buszko (vokal/gitar), Dominik ‘Domin’ Prykiel (gitar), Daniel ‘Nar-Sil’ Rutkowski (dram) dan Tomasz ‘Tiermes’ Sadlak (bass) menggeber blackened death metal gaya klasik dengan raungan permainan gitar solo yang melodius membalut setiap lagu. Dalam turnya ini, Hate antara lain mengumbar lagu “Valley of Darkness”, “Luminous Horizon”, “Erebos” dan “Resurrection Machine” serta “The Wolf Queen” dari album “Rugia” yang dirilis via label Metal Blade Records pada 15 Oktober 2021 lalu.

Sekitar pukul 20.30 WIB, Vader pun naik panggung untuk melengkapi keseruan pesta Noxa Fest V. Band yang mendapatkan inspirasi namanya dari tokoh Darth Vader dari film “Star Wars” tersebut menjalani tur dunianya kali ini sekaligus untuk merayakan usia karirnya yang genap berusia empat dekade tahun ini. Vader memulai segalanya sejak 1983 silam, dan telah mengalami beberapa kali pergantian formasi.

Semalam, vokalis dan gitaris Piotr ‘Peter’ Wiwczarek yang menjadi satu-satunya personel asli yang tersisa memimpin jalannya konser dengan semburan energi tinggi yang layak diacungi jempol. Musisi yang sudah hampir berusia 60 tahun tersebut tidak henti memprovokasi audiens, lewat gempuran lagu-lagu terbaik Vader yang sarat energi death metal sejati, dengan suntikan elemen thrash dan heavy metal di sana-sini. 

“Senang sekali bisa kembali (hadir) di sini,” seru Peter dari atas panggung di sela reportoarnya. Ya, event semalam merupakan kedatangan Vader – yang juga diperkuat Michał Andrzejczyk (dram), Marek ‘Spider’ Pająk (gitar) dan Tomasz ‘Hal’ Halicki (bass) – untuk kedua kalinya di Jakarta. Sebelumnya, mereka sudah pernah menjejakkan kaki di panggung Hammersonic Festival pada 2015 silam.    

Sejurus kemudian, Peter pun melantangkan lagu yang sudah berusia lebih dari 30 tahun, yakni “Chaos” dari album debut mereka, “The Ultimate Incantation” rilisan 1992 silam. “Are you ready to die…?” Peter berkoar, dan langsung menggeber lagunya, yang seketika disambut dengan pusaran circle pit yang liar di lahan penonton. 

O ya, semalam, sebelum penampilan Thy Disease, pihak penyelenggara sempat menayangkan secuil video penghormatan, berupa foto-foto para dedengkot metal Tanah Air, para legenda yang telah lebih dulu berpulang ke pangkuan-Nya, di antaranya seperti Robin Hutagaol dan Tonny Christian Pangemanan (Noxa), Aris ‘Eben’ Tanto dan Ivan ‘Scumbag’ Firmansyah (Burgerkill), Krisna Sadrach (Suckerhead) hingga Irvan Sembiring (Rotor).

Noxa Fest sendiri pertama kali digelar pada 2012, bertepatan dengan perayaan hari jadi Noxa yang ke-10. Lalu berturut-turut dihelat lagi pada 2017, kemudian yang ketiga dan keempat pada 2018. Sebelum Vader, Hate dan Thy Disease, Noxa Fest pernah pula mendatangkan band luar negeri lainnya, di antaranya Wormrot (Singapura), Kandarivas (Jepang) dan Rottensound (Finlandia). (mdy/MK01)

.

Kredit foto: Dicky Moerdani (Vader)