Sejak terbentuk pada awal pandemi, tepatnya Mei 2020 lalu, dua musisi Arya Akbara (gitar) dan Erixon Sihite (dram) yang berkolaborasi membentuk ERYA telah melampiaskan 10 karya rilisan tunggal ke berbagai platform digital. Lalu kini, seiring dengan transformasinya menjadi sebuah band yang komplit – yang juga diperkuat Faisal Rahman (vokal), Zainal ‘Ence’ Arifin (gitar) dan Rezza Karmensa (bass) – mereka kembali meluncurkan karya rekaman terbaru, bertajuk “The House of Fortune”.

“The House of Fortune” adalah lagu yang tercipta atas pencarian kondisi ‘makmur dan sejahtera’. Karena kekayaan tanpa kebebasan atas rasa takut adalah ironi, dan tiada rasa takut tapi bergumul di lubang serba berkekurangan adalah tragedi. 

“Dalam hidup, seringkali pemenuhan rejeki bukan hanya saja sebagai pemenuhan pilar tanggung jawab; tapi juga perihal ketenangan dan kebercukupan pemikiran. Mungkin karena itulah definisi dari ‘makmur’ dan ‘sejahtera’ menjadi sebuah porsi yang unik; dimana ‘makmur’ cenderung berkesimpulan atas kondisi yang damai dan bebas dari rasa takut akan penjajahan, perundungan, penindasan, pencobaan dan intrik sejenis. Sedangkan ‘sejahtera’ ialah kondisi kebebasan dari kemiskinan finansial, dimana pendapatan lebih dari cukup untuk sekadar hidup,” urai ERYA tentang filosofi di balik lirik lagunya. 

“The House of Fortune” sendiri terinspirasi dari dua perspektif kacamata, yaitu ekonomi dan sastra. Pada kondisi ekonomi, lagu tersebut mengambil inspirasi dari buku “Bridging the Gap” oleh Wijayanto Samirin. Sedangkan dari sisi sastra, mengambil inspirasi dari “A Tear and A Smile”, salah satu mahakarya dari seniman, penyair dan penulis berdarah Lebanon-Amerika yang termasyhur, Kahlil Gibran.

“Dari sisi lirik, lagu ini ialah single pertama ERYA yang mengadopsi karya sastra dan ekonomi. Kami melihat ada benang merah dari dua karya tersebut, yaitu integritas, cinta kasih, ekonomi dan perjalanan hidup, yang mana parameter tersebut menjadi bagian dari konsepsi makmur dan sejahtera. Kami rasa tema ini cukup tepat untuk diterapkan di single ini. Karenanyalah kami rasa single ini bisa menjadi persembahan yang istimewa untuk para pendengar kami,” tutur Erixon mewakili ERYA, kepada MUSIKERAS.

Disamping terapan lirik, ERYA juga menerapkan konsep musikal yang sedikit berbeda kali ini, jika membandingkannya dengan karya-karya mereka terdahulu. Sebenarnya, menurut Erixon, ia masih bergulir pada tata cara penulisan lagu yang berpatokan pada pakem metalcore dan djent saat menggarap “The House of Fortune”, seperti yang bisa dirasakan di permainan riff gitarnya. Hal itu ia rasa wajar karena lagu tersebut ditulis oleh Arya, yang mana karya-karyanya sangat berpedoman pada sub-genre tadi. Seperti yang sebelumnya sudah terdengar di karya tunggal “Korosi” (Oktober 2020) dan “Samudera” (Mei 2022). 

“Tapi yang membedakan ialah, lagu ini memiliki banyak ‘jebakan’ dibanding kedua single yang telah disebutkan tadi. Walau notasinya 4/4, Arya banyak memasukan unsur polyrhytm di dalamnya. Ini yang membuat single ini terasa semakin istimewa dibandingkan single sebelumnya,” seru Erixon meyakinkan. 

Sejak tiga hari lalu, “The House of Fortune” sudah diperdengarkan secara resmi dalam dua versi aransemen. Yang pertama ialah “The House of Fortune Ft. Adyangga”, dan yang kedua “The House of Fortune” yang murni dimainkan oleh ERYA. 

Adyangga Wirawan sendiri sebelumnya telah berkontribusi pada dua rilisan ERYA, yaitu “Samudera” dan “Inklusi” Untuk kolaborasi kali ini, ia diberikan tampuk untuk memproduksi “The House of Fortune” secara lebih luas dan lugas, yang mana menerapkan not yang lebih padat dengan dentuman ‘dinding suara’ (wall of sound) yang menjadi karakteristik produksi Adyangga. Sedangkan untuk “The House of Fortune” versi ERYA, sound synthesizer dan frekuensi rendah lebih ditekankan untuk memberi nuansa kelam namun futuristik. 

Proses rekaman untuk versi Adyangga sendiri dieksekusi di Devious Studio, Spectran Studio, Otavice Studio dan AfterhourStudio, dimana proses pemolesan mixing dan mastering juga ditangani oleh Adyangga sendiri. Sementara untuk versi ERYA, digodok di Devious Studio, Spectran Studio dan Otavice Studio, dimana penataan serta pelarasan suaranya dipercayakan kepada gitaris Ence di Otavice Studio.

ERYA sendiri memutuskan menyuguhkan “The House of Fortune” dalam dua versi aransemen lantaran menginginkan adanya diferensiasi produk. Dan kebetulan, para personel ERYA juga sangat menyukai karya Adyangga saat ia membidani “Samudera” dan “Inklusi” (Maret 2022).

“Tapi Adyangga memiliki pendekatan yang sangat unik saat membidani sebuah karya. Beliau tidak segan untuk melakukan improvisasi ekstrim baik dalam hal menambahkan atau mengurangi bagian-bagian dalam sebuah lagu, yang mana kami sangat setuju dalam konteks ini,” ujar Erixon.

Tapi di lain sisi,  saat kolaborasi tersebut dilaksanakan, ada risiko mengurangi sentuhan murni dari penulis karyanya. Padahal pada kondisi produk kreatif, sentuhan itu dirasakan mahal. Hal itu menjadi semakin menarik lantaran gitaris ERYA lainnya, Ence juga merupakan seorang produser. “Dan kami sangat menyukai buah karya audionya saat membidani album band beliau, Aniph Prevocalic yang bertajuk ‘Dimensi’.” 

Sebagai solusi, akhirnya ERYA mengambil langkah signifikan, dimana mereka memberikan Adyangga kebebasan kreatif dengan supervisi yang minimal, tapi di lain sisi, mereka juga menganyam “The House of Fortune” dalam versi ERYA, dimana Ence mengambil alih komando produksinya. 

“Keputusan ini kami rasa tepat, karena hasilnya ialah dua buah pengalaman audio yang berbeda. Sentuhan ini pulalah yang ingin kami sajikan bagi pendengar kami agar single ini terasa semakin istimewa.” 

Setelah melepas 11 lagu rilisan tunggal, terbersit niatan untuk kemudian mengemasnya dalam sebuah album berformat fisik. Bisa saja memproduksinya dalam format kaset, CD, book sleeve dengan sertifikat otentifikasi yang dilabeli sesuai nomor cetakan serta ditanda tangani oleh tiap personelnya. Lalu, beberapa lagu juga mungkin perlu sedikit revisi, baik dari sisi mixing maupun mastering agar kemasannya bisa lebih layak didengar. Juga ada pertimbangkan untuk menambahkan satu trek lagi yang hanya ada dalam rilisan fisik tersebut untuk membuatnya lebih spesial. 

“Akan tetapi, di lain sisi, memang diskursus ini perlu kami telaah lebih lanjut, utamanya agar produk fisik yang dirilis ini bisa diserap oleh target pendengar kami. Karenanya fokus ERYA saat ini, kami perlu segera manggung sebanyak-banyaknya dahulu, sebelum visi ini bisa kami laksanakan di dunia nyata.”

Kedua versi dari “The House of Fortune” sudah bisa didengarkan dan ditonton via kanal YouTube dan Bandcamp sejak 26 Juni 2023 lalu. Lalu pada 13 dan 20 Juli 2023 mendatang akan menyusul di berbagai gerai digital streaming seperti Apple Music, Spotify, Deezer, Resso dan Joox. (mdy/MK01)

.

.