Kudus tak hanya terkenal sebagai salah satu sentra penghasil kretek di Indonesia, namun kabupaten yang terletak di Jawa Tengah ini juga dikenal akan budayanya yang kental pengaruh agama Islam. Salah satunya adalah menghasilkan seni tetabuhan Terbang Papat, sebuah kesenian Islami yang sudah lama ada dan terpelihara di Kudus.
Tapi yang unik, sebuah band metal bernama Cemetery telah mengolaborasikan Terbang Papat ke dalam komposisi metal, yang tertuang di lagu bertajuk “Esotericism Revelation”. Bukan hanya itu. Masih di lagu yang sama, band bentukan Maret 1997 tersebut juga melibatkan Asa Jatmiko, seorang penggiat seni kenamaan asal Kudus yang melafalkan syair kehidupan Cakra Manggilingan, menjadikan “Esotericism Revelation” bak sebuah mantra nan menyihir.
Secara musikal, kali ini Cemetery yang diperkuat formasi Alifian Agus Susilo (vokal), Anto Sanjaya (gitar) dan Hendra Saputra (bass) mencoba memadukan tonal instrumen berdistorsi berat yang merupakan ciri khas musik cadas, yang menyeruak di antara tabuh Terbang Papat yang dimainkan cukup apik oleh seorang metalhead bernama Wavo, dan berdampingan dengan syair Cakra Manggilingan.
Repertoar “Esotericism Revelation” menangkap perjalanan sonik dari Cemetery, Terbang Papat dan Asa Jatmiko yang berani mewujudkan paduan tiga genre, yang saling melebur dan mengisi, menciptakan atmosfer modern berbalut mistikisme Jawa dan spiritual Islam. Mereka menjelajahi dunia baru dalam gemuruh distorsi namun memiliki nyawa keTimuran.
“‘Esotericism Revelation’ lebih banyak memakan ruang diskusi pada prosesnya,” seru Cemetery kepada MUSIKERAS, mengungkap proses kreatif penggarapan lagu barunya tersebut.
Kali ini, mereka merasa semakin leluasa untuk berekspresi. Tepatnya, jika dibandingkan dengan materi lagu-lagu di album mini (EP) mereka yang berjudul “Omnipoten Pyramid Poem” (2014), dimana tidak sedikit pendengar yang menilainya kurang brutal dan kurang ‘kebut-kebutan’. Terkhusus mereka yang mengikuti jejak Cemetery sejak album “Detrimental Expectancy” (2000).
“Proses kreatif produksi single ‘Esotericsm Revelation’ memang sengaja menabrak batasan pakem dari materi-materi sebelumnya. Menyampurkan tonal instrumentasi Terbang Papat, yang mana adalah musik otentik dari kota Kudus, dengan sejarah yang melatar belakangi Terbang Papat itu sendiri. ‘Nguri-nguri kabudayaan’ mudahnya. Kami sendiri menangkap perjalanan sonik atas proses pendewasaan dalam proses berkarya kali ini. Awalnya keberanian mengolaborasi musik metal, instrumentasi Terbang Papat dan prolog syair mantra Cakra Manggilingan sempat menimbulkan rasa skeptis dan ketakutan akan (dianggap) kurang ajar,” urai Cemetery lagi, terus-terang.
Namun pada akhirnya, mereka merasa mantap untuk meneruskan prosesnya, karena pada dasarnya dalam proses kreatif dan berkarya tidaklah ada batasan. “Kami sangat ingin ‘ngrungkepi’ kearifan tradisional (traditional wisdom) dari kota Kudus ini sebagai bentuk kampanye bahwa banyak traditional wisdom yang sudah terlebur dan terdistraksi oleh era modern. Tentunya pada saat ini kami sangat bangga atas jalan yang kami pilih untuk tidak stay on the line pada karya sebelumnya.”
Peracikan “Esotericism Revelation” sendiri dijalani dengan formula umum, yang diawali ide untuk memasukkan sesuatu yang khas dari Kudus. Lalu Terbang Papat adalah salah satu jawabannya, lalu kemudian mencari cara bagaimana bisa mengemasnya ke dalam komposisi death metal yang mereka geluti.
Tapi metal yang mereka eksplorasi sekarang sudah lebih berkembang. Para personel Cemetery menegaskan sangat minor referensi yang mereka serap dari musik lain saat meracik “Esotericism Revelation”. Mereka mencoba menyalurkan tentang apa yang mereka angankan dan mengimplementasikan ke dalam bentuk karya musik.
“Semakin ke sini, refrensi musik tidak kami batasi. NYDM (New York Death Metal) masih bisa ditemukan pada single ‘Esotericism Revelation’. Gaya death metal Eropa pada sisi melodik dan gelap sangat kami sukai, yang mana itu terkesan di tetabuhan mistik yang menyihir saat Terbang Papat dan Cakra Manggiling dikumandangkan.”
Proses rekaman dan pemolesan mixing “Esotericism Revelation” sendiri menghabiskan waktu selama kurang lebih setahun, yang dilakukan secara bertahap. Pemilihan studio pun beragam. Untuk dram dieksekusi di Strato Semarang, lalu gitar di rumah Anto sendiri, dan isian bass di Boy Studio Kudus. Sementara untuk vokal diselesaikan di ERK studio, Tangerang. Khusus untuk perekaman Terbang Papat dan Cakra Manggiling dieksekusi di Intro Studio, Kudus pada waktu yang berbeda.
Selain “Esotericism Revelation”, materi lagu-lagu selanjutnya juga sudah dirampungkan Cemetery untuk kebutuhan album terbaru. Semua materi sudah selesai digarap, dari proses rekaman hingga tahapan mixing dan mastering. Total ada delapan lagu, dan masih tersisa satu lagi dimana Cemetery kembali memasukkan elemen Terbang Papat dengan porsi yang lebih padat. Mereka menargetkan perilisan album tersebut bisa diwujudkan pada akhir 2023 atau awal 2024 mendatang. Selain “Detrimental Expectancy”, Cemetery juga pernah merilis album penuh berjudul “No End of Possibility” pada 2002 silam.
Sejak 26 Agustus 2023 lalu, “Esotericism Revelation” sudah didistribusikan via BME Records ke seluruh platform digital seperti Apple Music, Spotify, Resso, Deezer hingga YouTube Music. (mdy/MK01)
.
.
Leave a Reply