Berasal dari sisi selatan riuhnya Malang, Jawa Timur, band ini hadir dengan meluapkan amarah dan rasa kecewa, yang dikobarkan lewat gemuruh musik yang mewakili kata depresi itu sendiri. Mereka berusaha merobohkan sekat antara hardcore dan emo, seperti yang terlampiaskan di dua lagu rilisan tunggal debutnya, berupa demo bertajuk “Grief & Curse” dan “Buried Dreams”.
Berbagai macam elemen mempengaruhi karakter Inward dalam mengekspresikan musiknya. Isian lead gitar yang mengayun seakan mempertegas atmosfir keputusasaan yang ingin mereka sampaikan, gebukan dram yang mewakili amarah yang meledak, serta lirik menyayat yang menyambut luka.
“Secara musik, (kami) tetap memainkan musik hardcore, namun dibumbui dengan nuansa atmospheric serta memiliki nuansa emosional yang kental. Dari beberapa perpaduan tersebut musik yang diciptakan cukup fresh buat para personel Inward sendiri,” urai pihak band kepada MUSIKERAS, menegaskan konsep musiknya.
Tapi tidak sebatas hardcore dan emo saja. Band bentukan 2023 yang dihuni formasi Bajra Dhira (vokal), Gigo Bimby (gitar), Angger (bass) dan Hikam Putra (dram) inu juga melebur berbagai macam elemen yang disuntikkan ke dalam materi musik mereka, sebagai formula untuk meramu lagunya. Di antaranya seperti skramz, post-rock, midwest emo hingga atmospheric black metal.
“Referensi dari demo Inward adalah beberapa band melodic hardcore dari Inggris seperti More Than Life, Capsize dan Landscapes. Selain itu Inward juga mengusung nuansa atmospheric yang diambil dari beberapa band seperti Alcest dan Harakiri for the Sky. Yang terakhir, untuk referensi lirik mengambil inspirasi dari beberapa pengalaman pribadi, seperti lirik-lirik dari beberapa band emo, yaitu Title Fight, Citizen, dan Knuckle Puck.”
“Grief & Curse” dan “Buried Dreams” digarap Inward sejak Juli 2023 lalu, di Karasu Record Studio, terutama untuk isian gitar, bass dan vokal. Mereka dibantu pemilik Karasu, yakni Yusrian Azam untuk urusan teknis, termasuk pemolesan mixing dan mastering. Sementara khusus untuk dram dieksekusi di Vamos Record Studio dengan bantuan teknis dari Yasa Wijaya.
Demo ini adalah cara Inward untuk melampiaskan luka yang mereka rasakan dalam hidup, menjadi tonggak awal bagi Inward untuk meneruskan langkah mereka, dan sebagai pengingat untuk pendengar, bahwa kehidupan tidak selalu tentang suka cita, namun juga bagaimana kita harus menerima duka yang mungkin tak akan pernah bisa kita menangkan, rayakanlah luka!
“Grief & Curse”, dan “Buried Dreams” yang dirilis untuk menegaskan eksistensi Inward, kini sudah bisa didengarkan via platform digital Bandcamp. (aug/MK02)
.
Leave a Reply