Unit keras asal Gianyar, Bali ini mengumumkan perilisan lagu rilisan tunggal terbarunya, “Lunox” yang menegaskan transisi mereka dalam konteks formula musik. Dibanding karya mereka sebelumnya, kini Nightmare On Stage tidak lagi berkutat di kontur post-hardcore menuju metalcore, melainkan merambah ke konsep yang lebih megah dan gelap.

“Dari segi musikal lebih mengarah ke genre metalcore dengan sentuhan-sentuhan orkestra/choir. Tapi tanpa menghilangkan ciri khas sentuhan melodi seperti lagu-lagu sebelumnya,” tutur pihak band kepada MUSIKERAS memperjelas.

Hal lain yang juga membedakan, adalah formasi vokalis. Sekarang tak lagi menerapkan dua vokal sehingga vokalis Wahyu PW kini juga mengambil isian clean singing di bagian chorus. “Selain itu, kami juga menurunkan tuning (gitar) dari Drop C ke Drop A# yang memberikan nuansa lebih heavy dibandingkan single-single sebelumnya.”

Hasil garapan terbaru ini, lahir dari berbagai referensi yang belakangan diserap oleh Wahyu, gitaris Emanda Pramana dan Jhony Wirawan, bassis Rahman dan dramer Edo Prasetia. Di racikan komposisi serta aransemennya, mereka memberi sentuhan Veil of Maya di bagian awal, serta juga agresi musik Alpha Wolf.

“Kemudian ada juga breakdown ala-ala modern hardcore dengan perubahan tempo yang terinspirasi dari Landmvrks. Akhir lagu yang terinspirasi lagu ‘Hostage’ dari Chelsea Grin, pengaruh Lorna Shore di sequencer serta juga referensi lain seperti Shokran dan juga Jinjer.”

Proses kreatif penggarapan “Lunox” sendiri diawali dari keinginan Nightmare On Stage untuk menuangkan sebuah cerita tentang perjalanan seseorang yang mencari cahaya namun gagal mencapainya. Seiring dengan proses komposisi berjalan, karena kegemaran mereka terhadap permainan (game) Mobile legends (MOBA) yang sedang popular di kalangan anak muda. Di game tersebut terdapat sebuah karakter yang kebetulan memiliki unsur ‘cahaya’ dan ‘kegelapan’ yang dirasa erat hubungannya dengan lagu ini,  maka judulnya pun sesuai dengan karakter Lunox yang ada di game tersebut.

Lunox sendiri menceritakan tentang proses seseorang dalam menemukan cahaya yang selama ini didambakan, dimana dalam perjalanannya dia harus menghadapi kejamnya takdir, melihat bahwa tidak semua hal yang diidamkan bisa tercapai, juga menyadari dunia yang dia bayangkan hanya berupa idealisme rapuh. Semakin diteruskan perjalanan, hatinya terus dihancurkan dengan berbagai macam hal, telah berjalan sangat jauh sampai lupa siapa dirinya yang dulu. Dan ketika akhirnya menemukan cahaya yang didamba, dia tetap tidak bisa meraihnya.

“Lunox” adalah langkah pertama Nightmare On Stage menuju perilisan album mini (EP) debut, yang diharapkan dapat menjadi tolak ukur perjalanan mereka selama bermusik. Tidak banyak yang bisa dijanjikan, namun yang pasti para pendengar akan mendapatkan berbagai macam pengalaman musik yang berbeda di dalam EP tersebut.

Sejauh ini, penggarapan EP tersebut tinggal menyisakan satu lagu yang belum direkam, sebelum masuk ke tahapan mixing dan mastering. “Untuk jumlah lagu masih belum bisa kami sebutkan, semoga pada pertengahan tahun ini sudah bisa kami rilis,” seru mereka menjanjikan.

Sebelum “Lunox”, Nightmare On Stage yang mulai terbentuk pada Mei 2017 sudah memperdengarkan beberapa lagu rilisan tunggal. Dimulai dari lagu “You” dan “Terpuruk” pada Desember 2019, lalu lagu “Crownless Blood” dan “Is This the End” pada 27 November 2023.

Saksikan video musik “Lunox” di laman ini, yang secara resmi sudah ditayangkan di kanal YouTube sejak 12 Februari 2024 lalu. (aug/MK02)

.