Neurosesick terlahir kembali. Paling tidak itu yang dirasakan oleh unit cadas asal Malang, Jawa Timur ini, setelah akhirnya berhasil melampiaskan karya lagu rilisan tunggal terbaru bertajuk “Memoar Pemantik Bara” pada 6 Juni 2024.

“Bisa dibilang ini musik penuh semangat yang kami buat, dan ternyata lirik yang dibuat juga merasakan feel yang sama. Sehingga saling melengkapi. (Sementara) Materi lagu sebelumnya lebih kelam dalam aransemen, dengan lirik protes yang muram. Kami sendiri merasa seperti terlahir kembali,” seru pihak band kepada MUSIKERAS, meyakinkan.

Kebangkitan Neurosesick yang diperkuat barisan vokalis Fajar Adhityo Nugroho, bassis Achmad Hajar Haitami, gitaris Riyanto ‘Antok’ dan dramer Frendy Ferdian tak lepas dari dukungan para orang-orang dekat di sekeliling mereka. Rekan-rekan mereka yang selalu menyemangati dan menanyakan kapan ada materi baru lagi. Bagi Neurosesick, dukungan itu menjadi inspirasi terciptanya “Memoar Pemantik Bara”.

“Neurosesick tetap ada dan berjalan juga karena teman-teman yang selalu memberikan dukungan. Mereka selalu hadir dalam setiap show atau di luar show hingga seperti sebuah keluarga,” ujar Hajar, bassis Neurosesick.

“Lagu ini saya tulis berdasarkan semangat teman-teman yang masih peduli dengan Neurosesick. Dukungan mereka menjadi peletup bara yang tidak boleh padam sedikit pun. Mereka inspirasi dan semangat terbesar kami dalam lagu ini,” imbuh Fajar, sang vokalis.

Tak hanya ditujukan secara personal, Neurosesick menceritakan bahwa lagu mereka itu bisa berkaitan untuk siapa saja. Karena dalam perjalanan hidup setiap orang mengalami pasang surut, namun mereka enggan untuk menyerah.

“Setiap orang mengalami naik turun dalam perjalanan hidupnya, dan lagu ini sangat mewakili bagi mereka yang menolak menyerah dan tetap berjuang. Lagu ini adalah pengingat walau betapa getir dan kencangnya badai dalam kehidupan, namun tidak sekali pun untuk pasrah dan menyerah. Berhenti sejenak dan mari lanjutkan kembali pertempuran hingga menuai apa yang diharapkan. Begitu juga dengan kami, akan terus menyalakan bara Neurosesick serta bara pertemanan di berbagai penjuru kota yang kami jaga selama ini,” seru dramer Frendy turut menegaskan.

Hardcore Holocaust

Sebenarnya, “Memoar Pemantik Bara” sebelumnya sudah direkam sejak 2018 lalu, namun tak kunjung selesai lantaran Neurosesick mengalami pergantian vokalis hingga dua kali. Sehingga mereka butuh rentang waktu selama enam tahun untuk mewujudkan rekamannya.

“Singkat cerita, kami bereuni kembali dengan vokalis lama, Fajar dan akhirnya take vokal pada akhir April 2024. Tantangannya adalah domisili Fajar yang ada di Jakarta sekarang, sedangkan kami di Malang, sehingga kami hanya sharing dan membahas materi lagu lewat (aplikasi) WhatsApp. Namun itu bukan menjadi halangan buat kami untuk terus berkarya.”

Seluruh proses rekaman “Memoar Pemantik Bara” sendiri dieksekusi di Virtuoso Studio, Malang, termasuk untuk tahapan pemolesan mixing dan mastering.

Untuk musik, Neurosesick masih mengusung hardcore punk dengan nuansa gelap yang mereka sebut dengan istilah ‘hardcore holocaust’. Penamaan itu didasari alasan bahwa tidak ada batasan dalam genre yang mereka mainkan. Neurosesick menyampurkan musik hardcore punk dengan death metal, hingga thrash dan black metal, bahkan juga isian grindcore yang terselip di aransemennya.

“Kami masih mempertahankan aransemen hardcore holocaust yang gelap dengan berbagai macam inspirasi dari berbagai genre. Namun kali ini agak sedikit upbeat dengan penambahan anthemic part. Semoga bisa diterima,” ujar Antok, gitaris Neurosesick.

“Aransemen musik kami mengambil dari banyak sekali genre, dari hardcore hingga death metal kami racik menjadi satu. Dari (band) Death Breath, Entombed, SECT, All Pigs Must Die dan banyak lagi!”

Di “Memoar Pemantik Bara”, Neurosesick juga menampilkan rapper lokal, Mohammad Fatoni alias Tony Gentong, dari Gangster 25 untuk mengisi bagian tengah lagu. Penampilannya melengkapi ketegasan dalam pesan yang ingin disampaikan dalam lagu.

Video Klip Debut

Perwujudan “Memoar Pemantik Bara” juga ditorehkan dalam sebuah artwork yang dipercayakan kepada seniman asal Yogyakarta, Oik Wafuk yang banyak menangani desain sampul untuk berbagai band. Baik lokal atau pun luar negeri. Salah satunya adalah Watain, band black metal asal Swedia.

Dengan konsep engraving, Oik mengguratkan sebuah tulang berbentuk segitiga terbalik dengan cawan berisikan api yang dililit oleh dua ular, yang diartikan bahwa api semangat tetap berkobar meski berbagai masalah datang bertubi-tubi.

Selain itu, “Memoar Pemantik Bara” juga lantas divisualisasikan dalam bentuk video klip yang mengambil lokasi di atap Semeru Art Gallery, Malang. Video garapan disutradarai Saddam Natanegara tersebut sekaligus menandai pengalaman pertama Neurosesick membuat video klip sepanjang perjalanan 21 tahun karier mereka.

Sebelumnya, Neurosesick tercatat telah merilis beberapa karya rekaman seperti “Into The Holocaust” (EP-2010), “Refuse Resist Exist” (album-2011), “Sic Semper Tyrannis” (EP-2016) yang menghadirkan vokal Daniel Mardhany (Darksovls) di lagu “Terpasung Sumpah” dan “Petaka Neraka” serta beberapa karya split dan kompilasi.

Tak hanya menyalak ganas di dalam rilisan, Neurosesick juga tampil maksimal di setiap pertunjukan konsernya. Musik kelam namun agresif menjadi sempurna ketika mereka geber secara live. Beberapa festival besar telah mereka getarkan, di antaranya seperti Final Battle Wacken Open Air, Rock In Celebes, Kickfest serta perjalanan tur di sepanjang Pulau Jawa, Bali hingga ke Sulawesi.

Video “Memor Pemantik Bara” kini bisa ditonton di kanal YouTube Neurosesick dan mendengarkan audionya di Bandcamp serta berbagai platform digital lainnya. (aug/MK02)