Unit grindcore asal Jakarta ini kembali masuk studio rekaman dalam proses pembuatan album keduanya. Menuju ke sana, Trench Horror sudah memulai kuda-kudanya lewat sebuah lagu rilisan tunggal bertajuk “Hingar Bingar”.
Sebelumnya, Trench Horror sudah memperdengarkan agresi liarnya lewat album penuh pertama berjudul “Racun Kota Kapitalis” yang dirilis pada 29 Mei 2018 lalu.
Kini, Trench Horror yang terbentuk pada 2014 silam ini menghadirkan formasi anyar. Dramer Qory Arianto melengkapi kekuatan barunya dengan bergabungnya vokalis Fajrin Nitipraja dan gitaris Achmad Rizky Ruvian (Eky). Ketiganya bertekad memberikan sesuatu yang berbeda dibanding album sebelumnya.
Di “Hingar Bingar”, Trench Horror melancarkan komposisi yang cepat, padat dan tanpa kompromi. Sebuah racikan formula grindcore ‘ingar-bingar’ yang lahir dari penyatuan visi tiga kepala personelnya.
“Pada dasarnya konsep (kami) musik grindcore yang cepat padat tanpa basa basi, straight to the point pada inti permasalahannya. Kami menggabungkan beberapa elemen riff musik, sound dan ambience vokal dari old skool sampai modern. Jadi kami combine dari semua elemennya,” tutur pihak band kepada MUSIKERAS, merinci.
Saat peracikan komposisi serta aransemennya, mereka pun saling mendeskripsikan konsep dan referensi masing-masing. “Akhirnya kami menggabungkan semua menjadi satu benang merah musik!”
“Hingar Bingar” sendiri meluapkan tema tentang sebuah fenomena dan kekhawatiran di era saat ini di liriknya, dimana digitalisasi semakin menjajah Gen Z, dimana masyarakat bisa berkreasi tanpa berpikir panjang akan dampaknya, riuhnya berita, konten, kelenturan dan lain sebagainya.
“Bisa menjadi senjata pembunuh dan bumerang tersendiri bila kita tidak bisa mengendalikannya.”
Proses kreatif saat perekam “Hingar Bingar” dieksekusi Qory, Fajrin dan Eky saat bulan Ramadhan lalu. Lalu ada tambahan satu kali revisi di vokal untuk mengejar klimaks lantaran sebelumnya terbatasi waktu yang mendekati sahur dan imsak. Keseluruhan proses dilakukan di Venom Studio dan Apache Studio.
“Ketika kami kembali masuk studio, kami mendeskripsikan bagaimana konsep musik dan referensi masing-masing, lalu kami terjemahkan dalam guide musik oleh Eky dan notasi dram Qory, dan akhirnya disempurnakan liriknya oleh Fajrin. Kurang lebih proses sekitar tiga bulan.”
“Hingar Bingar” akan menuntun pendengar menuju benang merah musik Trench horror di album keduanya mendatang. Sebuah skema pembuka, dimana mereka telah menemukan satu core yang akan ditarik menjadi ‘cetak biru’ album Trench Horror selanjutnya, yang ditarget bisa rilis tahun depan.
“Bagi kami, saat ini persaingan musisi di era digital sangat dinamis, (kami) meneruskan tongkat estafet dan benang merah band yang sudah terbentuk. Kami akan berusaha bangkit dan memberikan persembahan yang variatif, di kancah musik underground Tanah Air,” seru band sarat semangat.
“Hingar Bingar” kini bisa dilantangkan via berbagai digital streaming platform sejak 8 Agustus 2024 lalu. (aug/MK02)
Leave a Reply