Usai menancapkan eksistensinya di ranah musik ‘bawah tanah’ lewat dua lagu rilisan tunggal, yakni “Still Burn” (3 Jan 2024) dan “918” (28 Maret 2024), kini Overdyze kembali memuntahkan amunisi terbarunya.

Karya lagu rekaman terkininya, berjudul “No More Hide” dilepasliarkan sejak 5 Desember 2024 lalu, dimana band bentukan 16 Juni 2023 tersebut menyuguhkannya dalam format video musik. 

Vokalis Savastian Reza Anggoro Putra (Eja), gitaris Muhammad Afif Maulana (Apip), bassis Fadly Adha Akmal Kautsar (Ele) dan dramer Ibnu Chizam (Inu) menjalani proses produksi “No More Hide” dalam waktu yang cukup lama.

Kepada MUSIKERAS, mereka menyebut faktor utama yang menyebabkan durasi penggarapan “No More Hide” yang diproduksi sejak bulan Ramadhan lalu melar, adalah lantaran tahapan revisi yang cukup banyak. Bahkan hampir setiap hari, mereka melakukan revisi di studio rekaman. Apalagi, Monztermaker – nama studionya – merupakan milik rekan mereka, Abdillah Rizqi.

“Kami selalu refresh materi-materi yang sudah direkam karena merasa kurang, maka kami aransemen ulang. Bahkan beberapa materi yang sudah selesai pernah kami batalkan karena kurang sesuai untuk masuk ke dalam daftar atau materi EP kami. Proses perekaman dan pembuatan materi ‘No More Hide’ sendiri kurang lebih tiga bulan selesai dan pemantapan,” urai Overdyze menerangkan prosesnya.

Ya, selain merekam dan merilis “No More Hide”, Overdyze juga tengah menjalani proses penggarapan album mini (EP) debutnya. Hampir pasti diberi judul “Grief In Ottority” dan bakal memuat empat lagu plus satu komposisi intro.

Selain “No More Hide”, judul-judul lagu di dalamnya adalah “⁠Pain F/or Peace”, “⁠Grief In Ottority” yang dijadikan tajuk EP, lalu “⁠Take Me Back” dan intro bertitel “Judgement Hammer”.

Para personel band asal Tegal, Jawa Tengah ini menyebut ada keunikan tersendiri yang membentuk warna hardcore yang mereka terapkan di lagu “No More Hide”, maupun di EP “⁠Grief In Ottority” secara keseluruhan.

Karena saat proses peracikannya, referensi para personelnya sebagian besar justru tidak datang dari band ber-genre hardcore. Namun mereka tetap berusaha menghargai akar musik hardcore dengan menggabungkan elemen modern dengan sentuhan old-school.

“Untuk referensi band pada saat pembuatan ‘No More Hide’, kami terinspirasi After The Burial, Shokran, Attack Attack, Allt, Chelsea Grin, Asking Alexandria, Dead Silence Hides My Cries hingga Knocked Loose.”

Khusus di No More Hide”, Overdyze merancangnya dengan lebih bertenaga. Mereka menyebutnya dengan istilah ‘dark hard strong’. Geberan musiknya kuat, brutal dan gelap, karena “No More Hide” sendiri adalah gambaran sebuah pembalasan atau penghakiman bagi seseorang.

Track ini kami garap sepadat mungkin, seperti menghantam-hantam dan kami berusaha membuat formula-formula baru yang kami racik dan pelajari dari band-band lainya. Karena perkembangan musik yang sangat pesat, banyak bermunculan musikalitas yang aneh dan unik. Kami membuat karya ini terinspirasi dari band-band mancanegara yang berhasil dengan karya mereka yang terbilang fresh.”

Dibanding lagu-lagu lainnya di EP, Overdyze juga menyebut “No More Hide” sebagai komposisi yang paling menantang penggarapannya. Bahkan sempat membuat mereka jenuh dan kesulitan lantaran berkali-kali melakukan revisi.

“Selain itu, juga teknik vokal yang sedikit berbeda dari single yang telah rilis sebelumnya. Mengingat hal ini, kami terus ditekan oleh manajer kami untuk selalu upgrade materi semaksimal mungkin. Secara teknis, proses rekaman berjalan lancar aman tanpa ada kendala apapun. Hanya, kami merasa tertantang dengan materi yang harus fresh.”

Sejauh ini, baru dua lagu – termasuk “No More Hide” – yang sudah berhasil direkam untuk kebutuhan EP. “Pada saat ini, kami masih di tahap evaluasi dari materi-materi yang sudah kami siapkan.” (mdy/MK01)