Cosmic Genocide yang digerakkan pejuang musik cadas asal Bali dan Lombok akhirnya mengemas karya-karyanya jadi satu, termasuk yang telah dirilis sebelumnya, dalam sebuah album mini (EP) debut bertajuk “Constant Catastrophe”.
Pihak band menyebut EP tersebut sebagai karya rekaman yang secara menyeluruh merepresentasikan tentang bencana yang terjadi secara terus-menerus, yang merefleksikan kesengsaraan umat manusia di peradaban modern.
“EP ini mengacu pada maraknya wabah yang terjadi di masa pandemi, yang mencetuskan penamaan album ‘Constant Catastrophe’, yang berarti bencana bertubi-tubi,” seru mereka kepada MUSIKERAS, menegaskan.
Tiga dari lima trek yang terdapat di EP itu sendiri, masing-masing sudah pernah dirilis sebelumnya, dalam format rilisan tunggal. Tapi di komposisi yang berjudul “DEATHCVRSE”, mereka melakukan sedikit perubahan di musiknya, yang berbeda dibanding versi di video musiknya.
“(Lagu ini) mendapat penyegaran di versi EP,” ujar band yang saat ini diperkuat formasi vokalis Ida Bagus Made Satrya Kresnayana (Gusade), bassis Kadek Dwi Angga (Dogol), dramer M Afwan Maulana (Wawan) serta gitaris I Gusti Ngurah Putu Aldi Riangga (Wahjus) dan Ida Bagus Putu Emanda Pramana (Eman).
Keseluruhan lagu, yaitu “Crown of Perdition”, “DEATHCVRSE”, “Daemon Carnation”, “Eternal Nothingness” dan “Parasite” dikerjakan band ini secara mandiri dan lumayan menghabiskan waktu lama.
“Kami melakukan proses rekaman, mixing dan mastering memakan waktu yang lumayan lama karena adanya kesibukan dari personel dan produser. Semua proses rekaman serta mixing dan mastering dilakukan di Mozz Studio, dibantu oleh Zain Muhammad sebagai produser, co-writer dan sound engineer.”

Sementara dari sisi musikal, Cosmic Genocide mengekspresikan kreatifitasnya dalam konteks musik metal dengan balutan symphonic black metal yang lebih ekspresif, plus sentuhan nuansa yang lebih gelap.
Kata mereka, acuan serta referensi musiknya sedikit banyak mengambil dari beberapa band luar macam Worm Shepherd, Lorna Shore, Thy Art Is Murder, The Black Dahlia Murder, Chelsea Grin, The True Mayhem serta beberapa band penggeber deathcore dan black metal lainnya.
“Lalu kami kemas dengan ciri khas dan karakter kami!”
Bersamaan dengan pelepasan EP “Constant Catastrophe”, Cosmic Genocide juga sekaligus meluncurkan trek “Parasite” dalam bentuk video musik, sebagai penanda EP telah resmi dirilis.
“Parasite” merupakan sebuah trek yang bercerita tentang penderitaan umat manusia di peradaban modern, yang hidup dan matinya semakin sengsara akibat penyebaran wabah yang meracuni sebagian atmosfer. Kondisi itu lantas diperparah oleh ketakutan akan kematian yang kian hari semakin mendekat.
Bagi para personel Cosmic Genocide, “Parasite” yang juga menghadirkan vokal dari I Gede Wahyu Putra Winarta merupakan komposisi yang paling menantang eksekusi rekamannya secara teknis. Alasannya, terapan riff-riff yang mereka mainkan lumayan kompleks.
“Temponya juga lumayan cepat dan adanya perubahan tempo di beberapa part lagu, ditambah (terapan teknik) blastbeat di dram yang lumayan rapat,” cetus mereka beralasan.
Cosmic Genocide sendiri merupakan band yang terbentuk di Denpasar, Bali pada pertengahan 2020 lalu. Sejak awal mereka menancapkan pahamnya di deathcore. Sementara maksud di balik namanya, berasal dari kata ‘cosmic’ yang berarti ‘sinar kosmik alam semesta’, dan ‘genocide’ yang berarti ‘pemusnahan’.
“Cosmic Genocide kami artikan sebagai ‘sinar pemusnah alam semesta’. Diartikan seperti itu karena berdasarkan keresahan kami di masa pandemi, dimana banyak terjadi hal yang tidak diinginkan oleh semua orang.”
EP “Constant Catastrophe” sudah disemburkan ke berbagai platform digital sejak 25 Januari 2025 lalu. (mdy/MK01)
Leave a Reply