Lucille mengawali karirnya dengan memainkan lagu-lagu cover Top 40, lalu kerap pula menggeber nomor-nomor dinamis berkontur Japanese Rock milik band-band seperti L~Arc~en~Ciel hingga Luna Sea. Hampir satu dekade menggelutinya akhirnya berujung pada kejenuhan, yang lantas melahirkan tekad untuk menuujukkan jati diri dan menghasilkan karya sendiri. Tahun ini, niat itu pun terujud lewat perilisan album perdana bertajuk “Innocent” yang diedarkan via label Sirkus Records, Jakarta.

Lewat “Innocent”, TB (vokal), Arnold (gitar), Adrian (bass) dan Bhaktie (dram) mendapatkan pelampiasan batin, dimana mereka akhirnya bisa menyalurkan inspirasi dan pengaruh musikal masing-masing personel. Pengaruh American rock, Britrock, Japanese rock dan Indonesian rock disaring dan dilebur menjadi sebuah style rock yang unik sekaligus enerjik. Dan penerapan formula itu, salah satunya bisa didengarkan lewat salah satu single unggulannya, “Darkness”.

“Musik di ‘Darkness’ tergolong unik,” seru pihak band kepada MUSIKERAS. “Dari permainan bass-nya yang aktif seperti pada lagu-lagu Japanese rock, tapi dengan nada-nada yang lebih mengarah ke tipe American. Dari sisi gitar memiliki sound khas American rock, seperti lagu ‘Decode’-nya Paramore. Ketukan dramnya pun simpel seperti pada lagu-lagu rock Indonesia, walau ada beberapa fill-in yang sering digunakan di lagu rock Amerika. Dan dari sisi vokal, diisi dengan karakter suara yang British rock. Sehingga terbentuk satu lagu harmonis yang unik.”

Keunikan musik di lagu “Darkness” bahkan juga mendapat pengakuan dari David Sinclair, seorang penulis dan kritikus pop dan rock yang pernah menjadi kontributor untuk Majalah Rolling Stones Inggris, Q dan Kerrang. “Sebuah penampilan yang sophisticated dengan produksi yang matang,” tulisnya.

Saat penggarapan “Innocent”, para personel Lucille menuturkan lirik-lirik yang sangat menyerminkan kehidupan mereka sehari-hari, hasil dari pengamatan mereka terhadap gaya hidup di lingkungan sekitarnya, serta sisi spiritualisme manusia. “Ada tiga tema dasar pada album ‘Innocent’, yaitu tema kehidupan, tema spiritual, dan tema percintaan tentunya,” urai pihak band lagi.

Untuk tema kehidupan, Lucille terinspirasi dari pengamatan situasi di tempat clubbing, lalu terinspirasi dari kebosanan seseorang dengan gaya hidupnya yang monoton dan terkekang di lagu “Running”, dan tentang persahabatan di lagu “Rise”. Untuk tema spiritual, Lucille menggambarkannya di lagu “Darkness” dan “High”, yang mengulas sisi pergolakan batin dalam diri manusia, berdasarkan persepsi dari para personel Lucille sendiri. Sementara untuk tema percintaan, diwakili lewat lagu “Someday”, “Half My Life” dan “I Will Love You”.

“Di sini kami lebih mengusung situasi yang realistis. Makna dari lirik-lirik lagu ini sangat jelas dan akan sama untuk setiap orang.”

Namun jika khusus menyoroti dari sudut pandang musikal, para personel Lucille mengaku sangat puas dengan performa mereka di lagi “High” yang sangat mengacu pada tipe lagu-lagu rock era ’80-’90-an seperti Guns N’ Roses, Skid Row dan sejenisnya. “Nah, pada lagu ‘High’ sendiri memang terinspirasi ke arah rock era tersebut, tapi ditambahkan nada-nada modern, sehingga seperti gabungan antara classic rock dan modern rock.” (Mdy)